Pulau Doom, 'Kota Belanda' yang Hilang di Papua Barat
Posted Date : 28-04-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 347 kali.
Pulau Doom, yang terletak berhadapan langsung dengan Kota Sorong, Papua Barat, menyimpan misteri zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Di pulau ini, terdapat banyak peninggalan benda bersejarah yang sudah berangsung hilang.
Rumah-rumah yang dulu dibangun tentara Belanda begitu rapi berjejer, kini sudah tidak ada lagi. Apesnya lagi, gua yang menjadi tempat persembunyian tentara Jepang sudah tidak terawat. Padahal peninggalan sejarah tersebut menjadi buruan para wisatawan yang berkujung ke pulau tersebut.
Sekitar 3 kilometer dari pelabuhan kecil Kota Sorong, beberapa pulau terlihat cukup jelas. Salah satunya yang paling terkenal adalah Pulau Doom. Pulau ini terlihat cukup dekat dengan Sorong dan benar saja hanya memerlukan waktu 15 menit dengan menggunakan perahu nelayan untuk mencapainya.
Pulau Doom, atau yang biasa disebut juga Pulau Dum, oleh masyarakat asli setempat (Suku Malamooi) memiliki arti pulau yang ditumbuhi banyak pohon buah. Hal ini beralasan karena banyak sekali tanaman buah-buahan yang tumbuh di pulau ini, terutama buah sukun yang paling mendominasi.
Pulau ini tidak terlalu besar karena memiliki luas hanya sekitar 5 kilometer persegi dan dapat dikelilingi habis hanya dalam waktu 45 menit. Walaupun demikian, pulau ini termasuk padat dan banyak ditinggali oleh para pendatang yang umumnya berasal dari Jawa, Buton, Bugis, atau Toraja.
Pulau Doom sudah dikenal dan ditinggali sejak masa pendudukan Belanda. Istimewanya, pulau ini memiliki nilai sejarah. Belanda sudah melirik keberadaan pulau ini sejak tahun 1800-an dan kemudian Pulau Doom dijadikan sebagai ibu kota pusat pemerintahan Sorong yang disebut Onderafdeling sekitar tahun 1935.
Pada masa itu, Sorong sama sekali belum berbentuk kota, pusat kegiatan sepenuhnya berada di Pulau Doom.
Hal ini tentu saja membuat Doom lebih dulu mendapat aliran listrik, infrastruktur, dan berbagai fasilitas dibandingkan Sorong daratan. Jadi, tidak heran bila pada saat itu Pulau Doom yang paling bersinar di antara tempat-tempat lain di perairan Sorong. Oleh karena terang cahaya itu, masyarakat setempat juga menyebut Pulau Doom dengan sebutan 'Pulau Bintang'.
Tidak hanya Belanda, Jepang pun pernah merasakan tinggal di pulau ini. Pada masa Perang Dunia ke-2, Jepang menjadikan Pulau Doom sebagai basis pertahanan mereka di wilayah perairan Hollandia.
Tentara Jepang banyak membuat gua yang saling terhubung dengan banyak bunker pertahanan ala strategi perang Jepang kala itu. Oleh karenanya, tidak aneh bila saat ini kita akan menemukan banyak sekali gua peninggalan Jepang tersebar luas di wilayah daratan Pulau Doom.
Keberadaaan Belanda dan Jepang itu tentu saja memunculkan sebuah kondisi khusus bagi Pulau Doom saat ini. Pertama kali kami menjejakkan kaki di pulau ini, 'aura' sejarah sudah sangat terasa sekali. Bangunan-bangunan di Pulau Doom memiliki arsitektur yang sangat berbeda dengan wilayah Papua manapun, termasuk Kota Sorong.
Rumah masyarakat Papua pada umumnya berbentuk panggung dan dibuat dari kayu, namun di Pulau Doom kita bisa menyaksikan rumah-rumah khas Belanda dengan konstruksinya yang terkenal kuat dan tersusun rapi. Berbagai fasilitas peninggalan Belanda seperti gardu listrik, gereja, dan gedung serba guna pun masih berdiri kokoh. Kami merasa seperti tidak berada di wilayah Sorong.
Pewarta: Paul
Sumber : https://kumparan.com/balleonews/pulau-doom-kota-belanda-yang-hilang-di-papua-barat-1qyOJDJp1hF
Rumah-rumah yang dulu dibangun tentara Belanda begitu rapi berjejer, kini sudah tidak ada lagi. Apesnya lagi, gua yang menjadi tempat persembunyian tentara Jepang sudah tidak terawat. Padahal peninggalan sejarah tersebut menjadi buruan para wisatawan yang berkujung ke pulau tersebut.
Sekitar 3 kilometer dari pelabuhan kecil Kota Sorong, beberapa pulau terlihat cukup jelas. Salah satunya yang paling terkenal adalah Pulau Doom. Pulau ini terlihat cukup dekat dengan Sorong dan benar saja hanya memerlukan waktu 15 menit dengan menggunakan perahu nelayan untuk mencapainya.
Pulau Doom, atau yang biasa disebut juga Pulau Dum, oleh masyarakat asli setempat (Suku Malamooi) memiliki arti pulau yang ditumbuhi banyak pohon buah. Hal ini beralasan karena banyak sekali tanaman buah-buahan yang tumbuh di pulau ini, terutama buah sukun yang paling mendominasi.
Pulau ini tidak terlalu besar karena memiliki luas hanya sekitar 5 kilometer persegi dan dapat dikelilingi habis hanya dalam waktu 45 menit. Walaupun demikian, pulau ini termasuk padat dan banyak ditinggali oleh para pendatang yang umumnya berasal dari Jawa, Buton, Bugis, atau Toraja.
Pulau Doom sudah dikenal dan ditinggali sejak masa pendudukan Belanda. Istimewanya, pulau ini memiliki nilai sejarah. Belanda sudah melirik keberadaan pulau ini sejak tahun 1800-an dan kemudian Pulau Doom dijadikan sebagai ibu kota pusat pemerintahan Sorong yang disebut Onderafdeling sekitar tahun 1935.
Pada masa itu, Sorong sama sekali belum berbentuk kota, pusat kegiatan sepenuhnya berada di Pulau Doom.
Hal ini tentu saja membuat Doom lebih dulu mendapat aliran listrik, infrastruktur, dan berbagai fasilitas dibandingkan Sorong daratan. Jadi, tidak heran bila pada saat itu Pulau Doom yang paling bersinar di antara tempat-tempat lain di perairan Sorong. Oleh karena terang cahaya itu, masyarakat setempat juga menyebut Pulau Doom dengan sebutan 'Pulau Bintang'.
Tidak hanya Belanda, Jepang pun pernah merasakan tinggal di pulau ini. Pada masa Perang Dunia ke-2, Jepang menjadikan Pulau Doom sebagai basis pertahanan mereka di wilayah perairan Hollandia.
Tentara Jepang banyak membuat gua yang saling terhubung dengan banyak bunker pertahanan ala strategi perang Jepang kala itu. Oleh karenanya, tidak aneh bila saat ini kita akan menemukan banyak sekali gua peninggalan Jepang tersebar luas di wilayah daratan Pulau Doom.
Keberadaaan Belanda dan Jepang itu tentu saja memunculkan sebuah kondisi khusus bagi Pulau Doom saat ini. Pertama kali kami menjejakkan kaki di pulau ini, 'aura' sejarah sudah sangat terasa sekali. Bangunan-bangunan di Pulau Doom memiliki arsitektur yang sangat berbeda dengan wilayah Papua manapun, termasuk Kota Sorong.
Rumah masyarakat Papua pada umumnya berbentuk panggung dan dibuat dari kayu, namun di Pulau Doom kita bisa menyaksikan rumah-rumah khas Belanda dengan konstruksinya yang terkenal kuat dan tersusun rapi. Berbagai fasilitas peninggalan Belanda seperti gardu listrik, gereja, dan gedung serba guna pun masih berdiri kokoh. Kami merasa seperti tidak berada di wilayah Sorong.
Pewarta: Paul
Sumber : https://kumparan.com/balleonews/pulau-doom-kota-belanda-yang-hilang-di-papua-barat-1qyOJDJp1hF
Trofi La Liga Kesepuluh untuk sang Nomor 10
Longsor di Bogor, Dua Mobil Terseret Masuk Sungai
Mengerikan, Bayi 14 Bulan Ini Hampir Meregang Nyawa karena Tersedak
Nikita Mirzani Melahirkan Anak dari Dipo Latief
Soetrisno Bachir Sebut Pesantren Bakal Jadi Pusat Ekonomi
Mobil Baru Pesaing Toyota Rush Mulai Diserbu Konsumen
Usai Kunci Gelar LaLiga, Barcelona Bidik Treble Winner
Myanmar Catat Rekor dengan Suhu 46 Derajat Celsius
Emery: Arsenal Incar Kemenangan dari Leicester
Dishub DKI Jakarta Buka Pendaftaran Mudik Gratis
Longsor di Bogor, Dua Mobil Terseret Masuk Sungai
Mengerikan, Bayi 14 Bulan Ini Hampir Meregang Nyawa karena Tersedak
Nikita Mirzani Melahirkan Anak dari Dipo Latief
Soetrisno Bachir Sebut Pesantren Bakal Jadi Pusat Ekonomi
Mobil Baru Pesaing Toyota Rush Mulai Diserbu Konsumen
Usai Kunci Gelar LaLiga, Barcelona Bidik Treble Winner
Myanmar Catat Rekor dengan Suhu 46 Derajat Celsius
Emery: Arsenal Incar Kemenangan dari Leicester
Dishub DKI Jakarta Buka Pendaftaran Mudik Gratis
Ciri-Ciri Lupus pada Anak Perlu Orang Tua Waspadai
Hai Penggemar Naruto, Di Jepang Ada Desa Konoha yang Bisa Dikunjungi
Bedah Spesifikasi Moge Scrambler dan Petualang Murah Benelli
Jatuh dari Motor, Wanita ini Tewas Terlindas Truk Trailer di Surabaya
Soetrisno Bachir Ajak Santri di Probolinggo untuk Jadi Pengusaha
Motor Tabrak Bus Mira, Dua Pelajar SMA di Ngawi Tewas
Mobil Elf Berpenumpang 18 Orang Terguling di Magetan, 1 Tewas
Avengers Versi Kearifan Lokal, Gubernur Jatim Jadi Captain Khofifah
Dua Motor Tabrakan di Sidoarjo, 1 Orang Tewas dan 2 Luka
Tersambar Kereta Api, Pedagang Hewan di Banyuwangi Tewas
Hai Penggemar Naruto, Di Jepang Ada Desa Konoha yang Bisa Dikunjungi
Bedah Spesifikasi Moge Scrambler dan Petualang Murah Benelli
Jatuh dari Motor, Wanita ini Tewas Terlindas Truk Trailer di Surabaya
Soetrisno Bachir Ajak Santri di Probolinggo untuk Jadi Pengusaha
Motor Tabrak Bus Mira, Dua Pelajar SMA di Ngawi Tewas
Mobil Elf Berpenumpang 18 Orang Terguling di Magetan, 1 Tewas
Avengers Versi Kearifan Lokal, Gubernur Jatim Jadi Captain Khofifah
Dua Motor Tabrakan di Sidoarjo, 1 Orang Tewas dan 2 Luka
Tersambar Kereta Api, Pedagang Hewan di Banyuwangi Tewas