Musim Dingin di Korea Utara: Listrik Biarpet dan Resor Ski Modern
Posted Date : 24-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 559 kali.
Sewaktu saya menjadi mahasiswa selama dua tahun di Seoul, Korea Selatan, musim dingin adalah musim favorit saya. Setidaknya, ada dua alasan. Pertama, saya sangat menyukai saat salju turun dari langit, dan yang kedua adalah di musim inilah saya pertama kali bertemu dengan orang yang akhirnya menjadi istri saya.
Bagaimana dengan masalah suhu yang bisa turun sampai minus belasan derajat? Di Seoul, tiap rumah dan apartemen memiliki heater atau kipas pemanas. Selain itu, lantai apartemen juga biasanya memiliki pemanas elektrik, sehingga kita bisa tidur nyenyak dengan tubuh yang hangat.
Namun saat tinggal di Korea Utara, musim dingin mungkin adalah musim yang paling menyiksa, apalagi ketika salju tidak turun. Bahkan, menurut keterangan beberapa orang Korea Utara yang saya tanyai, selain karena suhu di Pyongyang bisa turun hingga minus belasan derajat Celsius, pengeluaran juga membengkak karena mereka harus membeli briket batu bara untuk menghangatkan rumah.
Bagi saya pribadi, terdapat beberapa alasan mengapa musim dingin di Pyongyang merupakan musim yang paling menyiksa, selain karena dinginnya yang menusuk tulang. Pertama, pada musim dingin, listrik sering biarpet mati-hidup dan air bersih bisa tidak mengalir sampai dua hari!
Alasannya, karena sumber listrik untuk Pyongyang dan Korea Utara umumnya berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang terganggu kinerjanya apabila sungai membeku akibat suhu minus belasan derajat.
Konsekuensi dari listrik sering mati di musim dingin sangatlah banyak. Mulai dari pemanas yang mati sehingga ruangan menjadi sangat dingin, sampai ke pekerjaan terganggu karena komputer sering mati.
Sementara untuk air bersih, saya biasanya menampung air bersih sebanyak-banyaknya di bak mandi atau ember-ember untuk mengantisipasi jika pada hari-hari berikutnya air bersih tidak mengalir.
Let It Snow! Let It Snow!: Kota Putih Pyongyang
Sebagai orang yang tinggal di negara tropis yang tidak ada salju, musim dingin tetap menyenangkan, khususnya ketika salju turun. Seluruh Kota Pyongyang menjadi putih tertutup salju. Namun salju yang turun menyebabkan jalanan menjadi licin, sehingga kita harus berhati-hati, apalagi kalau mengendarai mobil di jalanan.
Mobil yang saya kemudikan pernah menabrak pinggiran jalan dekat Universitas Teknik Pyongyang yang menyebabkan lampu, spion, dan pintu sebelah kanan mobil saya rusak parah. Padahal, saya menyetir di bawah kecepatan 50 kilometer per jam di bawah salju tipis. Salju yang turun bisa sangat lebat dan membuat jalanan tertutup salju, sehingga berbahaya bagi mobil yang lewat.
Namun, warga Pyongyang dengan penuh inisiatif bergotong-royong bersama membersihkan jalanan dari salju keesokan paginya, sehingga aspal jalanan kembali terlihat dan mobil kembali bisa lewat meskipun tetap harus menurunkan kecepatan dan berhati-hati.
Dinginnya suhu musim dingin di Pyongyang bisa membuat Sungai Taedonggang yang membelah Kota Pyongyang, juga membeku. Padahal, sungai tersebut lebarnya sekitar 1 kilometer dan sangat dalam.
Namun di musim dingin, sungai itu bisa membeku total, sehingga orang bisa berjalan melintasinya tanpa takut sungai yang membeku menjadi es tersebut akan retak. Warga Pyongyang bahkan banyak yang bersepeda di atas sungai yang membeku tersebut atau berjalan ke tengah sungai dan melubangi sebagian esnya untuk kemudian memancing.
Ice Skating dan Bermain Ski di Resor Ski Kelas Dunia
Di tengah kondisi listrik biarpet dan air mati, lantas tidak adakah hiburan selain menunggu salju berikutnya turun dari langit? Tidak juga, masih banyak yang bisa kita lakukan, selain nongkrong atau jalan-jalan di tengah sungai yang membeku.
Salah satunya adalah menonton kejuaraan ice skating tahunan yang digelar di Pyongyang Ice Rink. Ice rink ini sebetulnya buka sepanjang tahun untuk siapapun yang ingin bermain atau berlatih ice skating. Namun, kejuaraan tahunan yang juga diikuti oleh atlet dari Tiongkok, Russia, Belarus, dan negara-negara sahabat Korea Utara ini berlangsung saat musim dingin.
Selain itu, dengan berkendara selama kurang lebih 3,5 jam, kita akan sampai di Resor Ski Masikryong di Kota Wonsan. Resor ski? Betul, saya berbicara mengenai resor ski seperti yang selama ini kita lihat di foto-foto wisata Swiss, Jepang, atau Kanada.
Karena berangkat agak sore dari Pyongyang, saya dan teman-teman sampai di resor tersebut agak malam. Namun, situasi di resor ini sangat kontras.
Listrik menyala dengan terang bahkan di malam hari (tanpa biarpet!). Hotel di resort ski tersebut sangat nyaman dan terlihat mewah, lengkap dengan heater dan shower panas di kamar. Kekaguman semua orang yang datang ke Masikryong tidak akan berhenti di sana, melainkan saat mereka melihat langsung lintasan ski tepat di luar hotel.
Semua fasilitas standar resor ski internasional seperti di Swiss atau Kanada ada di sini. Mulai dari ragam lintasan ski (dari yang landai untuk pemula dan yang curam untuk yang pro), kereta gantung untuk mencapai puncak, hingga fasilitas-fasilitas lainnya.
Oleh karena saya pernah beberapa kali bermain ski di resor-resor di Korea Selatan, termasuk di Pyeongchang yang menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2016, saya bisa mengatakan bahwa resor ski Korea Utara ini tidak kalah dengan saudaranya di selatan.
Selama setahun pertama saya di Pyongyang, keberadaan resor ski ini menjadi perhatian domestik dan internasional. Pembangunan resor ski ini yang hanya memakan waktu 10 bulan oleh Tentara Rakyat Korea (KPA), menjadi kebanggaan nasional di negara tersebut.
Kecepatan pembangunan itu dijadikan etos kerja nasional yang disebut dengan "Masikryong Speed”. Pidato-pidato pemimpin tertinggi Korea Utara, Marsekal Kim Jong Un, kala itu bahkan banyak mengutip istilah Masikryong Speed untuk membangkitkan semangat rakyat Korea Utara dalam membangun negara mereka.
Pembukaan resor ski tersebut sekaligus juga "melawan" sanksi internasional yang mendera negara tersebut atas serangkaian uji coba senjata nuklirnya. Betapa tidak, negara-negara barat seperti Austria, Swiss, dan Kanada menolak mengekspor alat-alat skinya ke Korea Utara, karena alasan peralatan ski tersebut masuk ke dalam kategori “barang-barang mewah” yang masuk dalam daftar sanksi PBB untuk diekspor ke Korea Utara.
Namun, saat resor ski tersebut dibuka untuk umum pada awal tahun 2014, banyak diplomat dan orang asing di Korea Utara yang terkejut melihat peralatan ski yang sejatinya dilarang tersebut ternyata bisa ada di resor ski Masikryong.
Apapun itu, kelihaian Korea Utara “bermain ski” melewati sanksi-sanksi internasional membuat resor ski itu bisa beroperasi dan menjadi salah satu tujuan wisata utama orang asing ke Korea Utara di musim dingin. Bagi mereka bisa bermain ski di Swiss, Kanada, atau Jepang sudah biasa. Tetapi bermain ski di Korea Utara? Itu adalah pengalaman seumur hidup!
Epilog: Satu Musim, Dua Dunia
Dari keterangan teman-teman saya yang masih di Pyongyang, listrik di kota itu sekarang perlahan mulai membaik dan tidak separah saat saya masih di sana. Namun, musim dingin yang saya alami di Korea Utara antara 2013-2015 memperlihatkan dua sisi dunia yang kontras.
Dari mulai listrik biarpet yang menyebabkan heater mati, sehingga saya harus menahan dinginnya minus 20 derajat hanya berbekal jaket dan selimut, sampai menikmati indahnya kota Pyongyang yang memutih oleh salju dan berseluncur di lintasan ski modern di Masikryong.
Semuanya seolah mengingatkan saya bahwa sejatinya tidak ada yang tetap di dunia ini, dan selalu ada sisi lain dari sebuah tempat.
Sumber : https://kumparan.com/faisal-rachman1520279840512/musim-dingin-di-korea-utara-listrik-biarpet-dan-resor-ski-modern-1550591090471386691
Bagaimana dengan masalah suhu yang bisa turun sampai minus belasan derajat? Di Seoul, tiap rumah dan apartemen memiliki heater atau kipas pemanas. Selain itu, lantai apartemen juga biasanya memiliki pemanas elektrik, sehingga kita bisa tidur nyenyak dengan tubuh yang hangat.
Namun saat tinggal di Korea Utara, musim dingin mungkin adalah musim yang paling menyiksa, apalagi ketika salju tidak turun. Bahkan, menurut keterangan beberapa orang Korea Utara yang saya tanyai, selain karena suhu di Pyongyang bisa turun hingga minus belasan derajat Celsius, pengeluaran juga membengkak karena mereka harus membeli briket batu bara untuk menghangatkan rumah.
Bagi saya pribadi, terdapat beberapa alasan mengapa musim dingin di Pyongyang merupakan musim yang paling menyiksa, selain karena dinginnya yang menusuk tulang. Pertama, pada musim dingin, listrik sering biarpet mati-hidup dan air bersih bisa tidak mengalir sampai dua hari!
Alasannya, karena sumber listrik untuk Pyongyang dan Korea Utara umumnya berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang terganggu kinerjanya apabila sungai membeku akibat suhu minus belasan derajat.
Konsekuensi dari listrik sering mati di musim dingin sangatlah banyak. Mulai dari pemanas yang mati sehingga ruangan menjadi sangat dingin, sampai ke pekerjaan terganggu karena komputer sering mati.
Sementara untuk air bersih, saya biasanya menampung air bersih sebanyak-banyaknya di bak mandi atau ember-ember untuk mengantisipasi jika pada hari-hari berikutnya air bersih tidak mengalir.
Let It Snow! Let It Snow!: Kota Putih Pyongyang
Sebagai orang yang tinggal di negara tropis yang tidak ada salju, musim dingin tetap menyenangkan, khususnya ketika salju turun. Seluruh Kota Pyongyang menjadi putih tertutup salju. Namun salju yang turun menyebabkan jalanan menjadi licin, sehingga kita harus berhati-hati, apalagi kalau mengendarai mobil di jalanan.
Mobil yang saya kemudikan pernah menabrak pinggiran jalan dekat Universitas Teknik Pyongyang yang menyebabkan lampu, spion, dan pintu sebelah kanan mobil saya rusak parah. Padahal, saya menyetir di bawah kecepatan 50 kilometer per jam di bawah salju tipis. Salju yang turun bisa sangat lebat dan membuat jalanan tertutup salju, sehingga berbahaya bagi mobil yang lewat.
Namun, warga Pyongyang dengan penuh inisiatif bergotong-royong bersama membersihkan jalanan dari salju keesokan paginya, sehingga aspal jalanan kembali terlihat dan mobil kembali bisa lewat meskipun tetap harus menurunkan kecepatan dan berhati-hati.
Dinginnya suhu musim dingin di Pyongyang bisa membuat Sungai Taedonggang yang membelah Kota Pyongyang, juga membeku. Padahal, sungai tersebut lebarnya sekitar 1 kilometer dan sangat dalam.
Namun di musim dingin, sungai itu bisa membeku total, sehingga orang bisa berjalan melintasinya tanpa takut sungai yang membeku menjadi es tersebut akan retak. Warga Pyongyang bahkan banyak yang bersepeda di atas sungai yang membeku tersebut atau berjalan ke tengah sungai dan melubangi sebagian esnya untuk kemudian memancing.
Ice Skating dan Bermain Ski di Resor Ski Kelas Dunia
Di tengah kondisi listrik biarpet dan air mati, lantas tidak adakah hiburan selain menunggu salju berikutnya turun dari langit? Tidak juga, masih banyak yang bisa kita lakukan, selain nongkrong atau jalan-jalan di tengah sungai yang membeku.
Salah satunya adalah menonton kejuaraan ice skating tahunan yang digelar di Pyongyang Ice Rink. Ice rink ini sebetulnya buka sepanjang tahun untuk siapapun yang ingin bermain atau berlatih ice skating. Namun, kejuaraan tahunan yang juga diikuti oleh atlet dari Tiongkok, Russia, Belarus, dan negara-negara sahabat Korea Utara ini berlangsung saat musim dingin.
Selain itu, dengan berkendara selama kurang lebih 3,5 jam, kita akan sampai di Resor Ski Masikryong di Kota Wonsan. Resor ski? Betul, saya berbicara mengenai resor ski seperti yang selama ini kita lihat di foto-foto wisata Swiss, Jepang, atau Kanada.
Karena berangkat agak sore dari Pyongyang, saya dan teman-teman sampai di resor tersebut agak malam. Namun, situasi di resor ini sangat kontras.
Listrik menyala dengan terang bahkan di malam hari (tanpa biarpet!). Hotel di resort ski tersebut sangat nyaman dan terlihat mewah, lengkap dengan heater dan shower panas di kamar. Kekaguman semua orang yang datang ke Masikryong tidak akan berhenti di sana, melainkan saat mereka melihat langsung lintasan ski tepat di luar hotel.
Semua fasilitas standar resor ski internasional seperti di Swiss atau Kanada ada di sini. Mulai dari ragam lintasan ski (dari yang landai untuk pemula dan yang curam untuk yang pro), kereta gantung untuk mencapai puncak, hingga fasilitas-fasilitas lainnya.
Oleh karena saya pernah beberapa kali bermain ski di resor-resor di Korea Selatan, termasuk di Pyeongchang yang menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2016, saya bisa mengatakan bahwa resor ski Korea Utara ini tidak kalah dengan saudaranya di selatan.
Selama setahun pertama saya di Pyongyang, keberadaan resor ski ini menjadi perhatian domestik dan internasional. Pembangunan resor ski ini yang hanya memakan waktu 10 bulan oleh Tentara Rakyat Korea (KPA), menjadi kebanggaan nasional di negara tersebut.
Kecepatan pembangunan itu dijadikan etos kerja nasional yang disebut dengan "Masikryong Speed”. Pidato-pidato pemimpin tertinggi Korea Utara, Marsekal Kim Jong Un, kala itu bahkan banyak mengutip istilah Masikryong Speed untuk membangkitkan semangat rakyat Korea Utara dalam membangun negara mereka.
Pembukaan resor ski tersebut sekaligus juga "melawan" sanksi internasional yang mendera negara tersebut atas serangkaian uji coba senjata nuklirnya. Betapa tidak, negara-negara barat seperti Austria, Swiss, dan Kanada menolak mengekspor alat-alat skinya ke Korea Utara, karena alasan peralatan ski tersebut masuk ke dalam kategori “barang-barang mewah” yang masuk dalam daftar sanksi PBB untuk diekspor ke Korea Utara.
Namun, saat resor ski tersebut dibuka untuk umum pada awal tahun 2014, banyak diplomat dan orang asing di Korea Utara yang terkejut melihat peralatan ski yang sejatinya dilarang tersebut ternyata bisa ada di resor ski Masikryong.
Apapun itu, kelihaian Korea Utara “bermain ski” melewati sanksi-sanksi internasional membuat resor ski itu bisa beroperasi dan menjadi salah satu tujuan wisata utama orang asing ke Korea Utara di musim dingin. Bagi mereka bisa bermain ski di Swiss, Kanada, atau Jepang sudah biasa. Tetapi bermain ski di Korea Utara? Itu adalah pengalaman seumur hidup!
Epilog: Satu Musim, Dua Dunia
Dari keterangan teman-teman saya yang masih di Pyongyang, listrik di kota itu sekarang perlahan mulai membaik dan tidak separah saat saya masih di sana. Namun, musim dingin yang saya alami di Korea Utara antara 2013-2015 memperlihatkan dua sisi dunia yang kontras.
Dari mulai listrik biarpet yang menyebabkan heater mati, sehingga saya harus menahan dinginnya minus 20 derajat hanya berbekal jaket dan selimut, sampai menikmati indahnya kota Pyongyang yang memutih oleh salju dan berseluncur di lintasan ski modern di Masikryong.
Semuanya seolah mengingatkan saya bahwa sejatinya tidak ada yang tetap di dunia ini, dan selalu ada sisi lain dari sebuah tempat.
Sumber : https://kumparan.com/faisal-rachman1520279840512/musim-dingin-di-korea-utara-listrik-biarpet-dan-resor-ski-modern-1550591090471386691
Jerinx ‘SID’ Tantang Erie Prasetyo: Adu Fisik atau Bawa Anang ke Saya
Andien Terharu Adiknya Pulang Usai 11 Bulan Bersepeda Belanda-Jakarta
Luna Maya: Aku Kuat karena Aku Lemah
Gol Tunggal Luthfi Kamal Bawa Timnas U-22 ke Final
Sapi Makan Sampah di TPA Jatibarang, Menteri LHK Siapkan Padang Rumput
Pablo Benua dan Rey Utami Berkoar-koar, Risa Saraswati Beri Tanggapan Santai
Anissa Aziza Hamil, Raditya Dika Ngidam dan Jadi Doyan Jengkol
Rossa Bongkar Soal Asmara, Cakra Khan Malu-malu Kucing
Lama Menanti Jodoh, Aming Ingin Punya Anak Tanpa Nikah
Ultah Pertama, Putri Jenny Cortez Dapat Hadiah 'Mobil' dari Papa
Andien Terharu Adiknya Pulang Usai 11 Bulan Bersepeda Belanda-Jakarta
Luna Maya: Aku Kuat karena Aku Lemah
Gol Tunggal Luthfi Kamal Bawa Timnas U-22 ke Final
Sapi Makan Sampah di TPA Jatibarang, Menteri LHK Siapkan Padang Rumput
Pablo Benua dan Rey Utami Berkoar-koar, Risa Saraswati Beri Tanggapan Santai
Anissa Aziza Hamil, Raditya Dika Ngidam dan Jadi Doyan Jengkol
Rossa Bongkar Soal Asmara, Cakra Khan Malu-malu Kucing
Lama Menanti Jodoh, Aming Ingin Punya Anak Tanpa Nikah
Ultah Pertama, Putri Jenny Cortez Dapat Hadiah 'Mobil' dari Papa
Willy Dozan Cerita Keakraban Mantan Istri dengan Anak-anaknya
Bus Medali Mas Tabrak Truk di Tol Nganjuk, Satu Tewas dan 3 Luka
Eks Terpidana Terorisme Noim Baasyir Meninggal
Warga Sidoarjo Tewas di Situbondo
Mayat Bayi Dalam Karung Ditemukan di Areal Persawahan
Israel Tangkap Kepala Al Waqf Yerusalem, Syeikh Abdul Azim
Pascakebakaran, Kemenhub Terbitkan Imbauan untuk Pelayaran
Bhayangkara ke Delapan Besar Piala Indonesia
Kim Jon-un Sudah Jalan ke Vietnam Pakai Kereta
Surabaya Bhayangkara Samator Juara Proliga 2019
Bus Medali Mas Tabrak Truk di Tol Nganjuk, Satu Tewas dan 3 Luka
Eks Terpidana Terorisme Noim Baasyir Meninggal
Warga Sidoarjo Tewas di Situbondo
Mayat Bayi Dalam Karung Ditemukan di Areal Persawahan
Israel Tangkap Kepala Al Waqf Yerusalem, Syeikh Abdul Azim
Pascakebakaran, Kemenhub Terbitkan Imbauan untuk Pelayaran
Bhayangkara ke Delapan Besar Piala Indonesia
Kim Jon-un Sudah Jalan ke Vietnam Pakai Kereta
Surabaya Bhayangkara Samator Juara Proliga 2019