Menengok Toleransi Umat Budha dan Islam di Ponorogo
Posted Date : 19-05-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 530 kali.
jatimnow.com - Salah satu dusun yang terletak di Ponorogo memberikan contoh wujud toleransi tinggi antar umat beragama.
Dari 482 orang penduduk di Dusun Sodong, Desa Gelangkulon, Kecamatan Sampung, Ponorogo, 143 orang beragama Budha dan sisanya beragama Islam. Di dusun yang berjuluk Kampung Buddha tersebut terdapat Vihara Dharma Dwipa Suwandi.
Ketua Vihara Dharma Dwipa, Suwandi Cittapanno, (45) mengatakan kerukunan antar umat beragama telah dijaga masyarakat desa sejak tahun 1950. Tahun itu adalah pertama kali agama Budha masuk ke Dusun Sodong.
"Bahkan pembangunan vihara juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat di tahun 1969," katanya, Minggu (19/5/2019).
Kerukunan beragama terus dipertahankan termasuk dalam perayaan Waisak kali ini. Meski berbeda agama, masyarakat di kawasan ini memiliki rasa toleransi yang tinggi.
"Kami ingin terus menjaga kerukunan, jangan sampai ada orang yang merusak kerukunan antar umat kami. Untuk tahun ini sama seperti tahun kemarin, kami menunda anjangsana (silaturahmi,red). Kami tunda sampai Hari Raya Idul Fitri," ujarnya.
Menurutnya, perayaan Waisak ditunda karena menghormati umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Sebab, saat anjangsana biasanya pihak tuan rumah menghidangkan aneka makanan. Dan dirinya mengaku tidak nyaman jika harus bertamu namun tuan rumah sedang berpuasa.
"Kalau anjangsana harus semua. Misalnya saya datang ke si A yang pemeluk Budha, tapi saya nggak anjangsana ke si B yang beragama Islam. Kan nggak enak. Jadi mending nunggu lebaran sekalian, jadi bisa merayakan bersama-sama," terangnya.
Saat perayaan Waisak seperti saat ini, di Vihara Dharma Dwipa terlihat Budha Rupang lengkap dengan persiapannya. Pesan Waisak yang diambil dalam perayaan tahun ini adalah mencintai kehidupan berbudaya penjaga persatuan.
Ritual detik-detik Waisak yang jatuh tepat pukul 04.11 Wib, Minggu (19/5). Mulai dari perenungan, pembacaan pesan-pesan Waisak hingga meditasi selama satu jam. Berlanjut dengan sungkeman kepada sesepuh dan kedua orang tua. Terakhir dilanjutkan dengan pelepasan satwa, ikan.
Maknanya semua makhluk hidup supaya hidup bebas bisa hidup sesuai dengan alamnya tanpa adanya kekangan. Pihaknya ingin menunjukkan cinta kasih tanpa membeda-bedakan makhluk hidup sesuai dengan intisari ajaran Budha.
"Ini bentuk cinta kasih kepada universal," ujarnya.
Suwandi mengingatkan jika dalam pelaksanaan sembahyang yang dilakukan oleh umat Budha bukanlah menyembah patung. Melainkan sebagai simbol atau media untuk pemusatan pikiran dan perenungan.
"Kadang banyak yang salah kaprah, jadi disini kami luruskan patung sebagai simbol atau media untuk beribadah bukan menyembah patung," tukasnya.
Sumber : https://jatimnow.com/baca-16161-menengok-toleransi-umat-budha-dan-islam-di-ponorogo
Dari 482 orang penduduk di Dusun Sodong, Desa Gelangkulon, Kecamatan Sampung, Ponorogo, 143 orang beragama Budha dan sisanya beragama Islam. Di dusun yang berjuluk Kampung Buddha tersebut terdapat Vihara Dharma Dwipa Suwandi.
Ketua Vihara Dharma Dwipa, Suwandi Cittapanno, (45) mengatakan kerukunan antar umat beragama telah dijaga masyarakat desa sejak tahun 1950. Tahun itu adalah pertama kali agama Budha masuk ke Dusun Sodong.
"Bahkan pembangunan vihara juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat di tahun 1969," katanya, Minggu (19/5/2019).
Kerukunan beragama terus dipertahankan termasuk dalam perayaan Waisak kali ini. Meski berbeda agama, masyarakat di kawasan ini memiliki rasa toleransi yang tinggi.
"Kami ingin terus menjaga kerukunan, jangan sampai ada orang yang merusak kerukunan antar umat kami. Untuk tahun ini sama seperti tahun kemarin, kami menunda anjangsana (silaturahmi,red). Kami tunda sampai Hari Raya Idul Fitri," ujarnya.
Menurutnya, perayaan Waisak ditunda karena menghormati umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Sebab, saat anjangsana biasanya pihak tuan rumah menghidangkan aneka makanan. Dan dirinya mengaku tidak nyaman jika harus bertamu namun tuan rumah sedang berpuasa.
"Kalau anjangsana harus semua. Misalnya saya datang ke si A yang pemeluk Budha, tapi saya nggak anjangsana ke si B yang beragama Islam. Kan nggak enak. Jadi mending nunggu lebaran sekalian, jadi bisa merayakan bersama-sama," terangnya.
Saat perayaan Waisak seperti saat ini, di Vihara Dharma Dwipa terlihat Budha Rupang lengkap dengan persiapannya. Pesan Waisak yang diambil dalam perayaan tahun ini adalah mencintai kehidupan berbudaya penjaga persatuan.
Ritual detik-detik Waisak yang jatuh tepat pukul 04.11 Wib, Minggu (19/5). Mulai dari perenungan, pembacaan pesan-pesan Waisak hingga meditasi selama satu jam. Berlanjut dengan sungkeman kepada sesepuh dan kedua orang tua. Terakhir dilanjutkan dengan pelepasan satwa, ikan.
Maknanya semua makhluk hidup supaya hidup bebas bisa hidup sesuai dengan alamnya tanpa adanya kekangan. Pihaknya ingin menunjukkan cinta kasih tanpa membeda-bedakan makhluk hidup sesuai dengan intisari ajaran Budha.
"Ini bentuk cinta kasih kepada universal," ujarnya.
Suwandi mengingatkan jika dalam pelaksanaan sembahyang yang dilakukan oleh umat Budha bukanlah menyembah patung. Melainkan sebagai simbol atau media untuk pemusatan pikiran dan perenungan.
"Kadang banyak yang salah kaprah, jadi disini kami luruskan patung sebagai simbol atau media untuk beribadah bukan menyembah patung," tukasnya.
Sumber : https://jatimnow.com/baca-16161-menengok-toleransi-umat-budha-dan-islam-di-ponorogo
Puluhan KIP yang Ditemukan Tercecer di Kediri Diserahkan ke Polisi
Ini Tanggapan Warga Soal Kapal Motor Baru Probolinggo-Gili Ketapang
Diduga Jadi Korban Pengeroyokan, Remaja di Trenggalek Tewas
4 Kg Bahan Peledak Diamankan dari Tangan Komplotan di Kediri
BNN Tangkap Bandar Ganja di Surabaya
Ketahuan Comot Foto Orang Lain, Ini Penjelasan Ayu Ting Ting
Bulu Mata Satu Lapis dan Makeup Tipis, Reino Barack Puji Syahrini Bak Gadis Jepang
Jadi Translator Red Velvet, Lee Jeong Hoon Akui Istrinya Kalah Cantik
Putus dari Reino Barack, Luna Maya Pacari Pria Korea?
Dua Bulan Lagi Melahirkan, Aura Kasih Rahasiakan Jenis Kelamin Calon Anak
Ini Tanggapan Warga Soal Kapal Motor Baru Probolinggo-Gili Ketapang
Diduga Jadi Korban Pengeroyokan, Remaja di Trenggalek Tewas
4 Kg Bahan Peledak Diamankan dari Tangan Komplotan di Kediri
BNN Tangkap Bandar Ganja di Surabaya
Ketahuan Comot Foto Orang Lain, Ini Penjelasan Ayu Ting Ting
Bulu Mata Satu Lapis dan Makeup Tipis, Reino Barack Puji Syahrini Bak Gadis Jepang
Jadi Translator Red Velvet, Lee Jeong Hoon Akui Istrinya Kalah Cantik
Putus dari Reino Barack, Luna Maya Pacari Pria Korea?
Dua Bulan Lagi Melahirkan, Aura Kasih Rahasiakan Jenis Kelamin Calon Anak
Hilang Lima Hari, Mbah Paini Ditemukan Tewas di Sungai
Polisi Bongkar Jaringan Prostitusi Online di Banyuwangi
Begini Pengakuan Pelaku Mencabuli Siswi Kelas 3 SD di Pasuruan
14 PSK Hingga Miras Diamankan dari Stasiun Wonokromo Surabaya
Identitas Mayat Berbaju Koko di Sungai Kedungploso Sidoarjo Terungkap
Pesawat Komersial Diperingatkan tak Lintasi Teluk Persia
Warga India Antusias Ikuti Fase Terakhir Pemilu
Boeing Akui Perangkat Lunak Simulator Max 737 Bermasalah
Tiga Kandidat Pengganti Bill Shorten di Partai Buruh
Scott Morrison Menangi Pemilu Federal Australia
Polisi Bongkar Jaringan Prostitusi Online di Banyuwangi
Begini Pengakuan Pelaku Mencabuli Siswi Kelas 3 SD di Pasuruan
14 PSK Hingga Miras Diamankan dari Stasiun Wonokromo Surabaya
Identitas Mayat Berbaju Koko di Sungai Kedungploso Sidoarjo Terungkap
Pesawat Komersial Diperingatkan tak Lintasi Teluk Persia
Warga India Antusias Ikuti Fase Terakhir Pemilu
Boeing Akui Perangkat Lunak Simulator Max 737 Bermasalah
Tiga Kandidat Pengganti Bill Shorten di Partai Buruh
Scott Morrison Menangi Pemilu Federal Australia