Pilah Bahan Makanan Tepat untuk Hindari Pemicu Kanker, Ini Syaratnya
Posted Date : 15-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 172 kali.
KOMPAS.com — Menurut para ahli, bahan makanan secara umum bisa dibedakan menjadi good guys dan bad guys atau pemicu dan pencegah kanker. Mewaspadai konsumsi makanan karsinogenik adalah cara ampuh hindari munculnya kanker.
Ulrike Gonder adalah pakar bahan pangan. Ia mengenali, mana bahan pangan yang bisa memicu kanker dan mana yang melindungi diri dari kanker. Istilahnya adalah Bad Guys dan Good Guys.
"Brokkoli adalah bintangnya jenis sayuran. Mengandung senyawa belerang yang disebut Glukosinolate, yang akan terlepas saat dikunyah atau dipotong-potong. Dalam riset ilmiah (brokoli) terbukti memiliki sifat mencegah kanker. Kadarnya dua kali lipat lebih tinggi di tangkai daripada bunganya. Jadi kita harus memasak seluruhnya. Tapi saat dimasak, tentu ada senyawa yang rusak. Artinya kita boleh memotong-motong atau menumisnya, tapi jangan sampai terlalu matang, karena sebagian unsur aktifnya akan rusak," jelas Gonder.
Menurut Gonder, jenis buah yang termasuk pelindung kanker bisa dilihat dari warnanya. Umumnya, makanan kategori Good Guys berwarna merah atau kuning terang.
"Yang membuat warna Apel atau anggur merah adalah Anthocyane. Sementara warna oranye pada labu besar dan pepaya adalah Karotinoide. Ini bukan hanya zat warna, melainkan juga unsur pencegah kanker," katanya.
"Unsur tanaman sekunder seperti zat warna merah, berdampak antioksidan serta melindungi sel. Tentu tidak ada jaminan, bahwa kita tidak akan terserang kanker. Tapi jika pola makan sehat, tubuh disiagakan agar mampu memanfaatkan unsur pelindung secara optimal untuk dapat mencegah kanker," sambungnya.
Orientasi warna dan rasa pencegah kanker
Selain warna, rasa juga bisa menentukan apakah makanan tersebut tergolong pelindung kanker atau pemicu. Umumnya, makanan yang memiliki rasa pedas dapat melindungi diri dari kanker.
Hal ini karena semua makanan dengan rasa pedas mengandung senyawa ikatan belerang, seperti pada brokoli.
Kemudian kacang-kacangan juga baik untuk melindungi kanker karena kaya akan unsur balast dan senyawa berkhasiat lainnya.
"Kacang banyak keunggulannya. Misalnya kacang Brazil mengandung Selenium yang amat penting untuk perlindungan kanker. Semua jenis kacang mengandung Polyphenol, yang terbukti melindungi dari kanker usus," jelasnya.
Meski demikian, kacang tidak boleh disimpan terlalu lama karena mudah jamuran. Bila sudah muncul jamur pada kacang, hal ini justru akan memicu kanker.
"Saya sarankan membeli kacang utuh dan giling sendiri di rumah. Jika sudah digiling, juga jangan dibiarkan terlalu lama", ujarnya.
Pilihan daging merah, setengah kilo untuk satu minggu
Saat berbelanja, Gonder memilih membeli daging campuran daging ayam, babi, dan sapi di mana berat seluruhnya setengah kilogram.
Setengah kilo daging adalah porsi konsumsi mingguan yang disarankan Organisasi Pangan Dunia. Tidak lebih.
Hal ini karena mengonsumsi daging berlebih dapat meningkatkan risiko kanker. Terutama daging merah dengan kandungan zat besi yang diduga memicu kanker. Tapi riset terbaru membantah teori zat besi. Walau begitu, terlalu banyak daging meningkatkan risiko.
"Masalah sebenarnya dari konsumsi daging, adalah pengolahannya. Jika digoreng atau dibakar terlalu lama hingga coklat tua, tercipta beragam unsur pemicu kanker. Misalnya hidrokarbon poli-aromatik saat dibakar. Yang lainnya adalah Amino hetero-siklik, yang selalu tercipta jika daging dimasak hingga kecoklatan," ujarnya.
"Artinya, jika kita ingin mereduksi risiko kanker, jangan makan daging terlalu banyak. Terutama jangan makan bagian yang gosong. Memasak juga jangan sampai gosong", tegas Ulrike Gonder.
Saran jitu bagi pecinta daging
Gonder punya saran bagus untuk pecinta daging.
"Pada dasarnya ini menyangkut kombinasi. Bad Guys di piring harus diimbangi sayuran campur, herbal, unsur sekunder tanaman, dan unsur serat. Dengan itu, makanan berkontribusi mencegah kanker", paparnya.
Tapi Bad Guys tidak selalu mudah dikenali.
"Ada potensi lain pemicu kanker, akril-amida. Ini tercipta jika bahan pangan mengandung banyak pati dipanaskan. Jadi ada pada keripik, kue atau kopi. Karena itu pabrik diminta mereduksi kandungannya saat diproduksi. Di rumah kita bisa melakukan pencegahan, agar tidak tercipta akril-amida, misalnya saat menggoreng dan membakar, jangan sampai warnanya terlalu gelap."
Ikan
Untuk ikan, makanan yang dapat melindungi diri dari kanker adalah yang mengandung asam lemak Omega-3.
Gonder menyebut, mengonsumsi ikan sekali atau dua kali dalam seminggu sudah cukup.
"Asam lemak tersebut berfungsi memblokir peradangan dan ini sangat bagus. Pasalnya, banyak penyakit termasuk kanker, asalnya dari peradangan", tegas pakar bahan pangan itu.
Jadi resepnya, makan lebih sedikit Bad Guys dan lebih banyak Good Guys. Dengan itu risiko kanker akan turun. Pada dasarnya, jangan berpantang ketat, tapi kombinasikan makanan berimbang.
Sumber : https://sains.kompas.com/read/2019/01/15/132954923/pilah-bahan-makanan-tepat-untuk-hindari-pemicu-kanker-ini-syaratnya
Ulrike Gonder adalah pakar bahan pangan. Ia mengenali, mana bahan pangan yang bisa memicu kanker dan mana yang melindungi diri dari kanker. Istilahnya adalah Bad Guys dan Good Guys.
"Brokkoli adalah bintangnya jenis sayuran. Mengandung senyawa belerang yang disebut Glukosinolate, yang akan terlepas saat dikunyah atau dipotong-potong. Dalam riset ilmiah (brokoli) terbukti memiliki sifat mencegah kanker. Kadarnya dua kali lipat lebih tinggi di tangkai daripada bunganya. Jadi kita harus memasak seluruhnya. Tapi saat dimasak, tentu ada senyawa yang rusak. Artinya kita boleh memotong-motong atau menumisnya, tapi jangan sampai terlalu matang, karena sebagian unsur aktifnya akan rusak," jelas Gonder.
Menurut Gonder, jenis buah yang termasuk pelindung kanker bisa dilihat dari warnanya. Umumnya, makanan kategori Good Guys berwarna merah atau kuning terang.
"Yang membuat warna Apel atau anggur merah adalah Anthocyane. Sementara warna oranye pada labu besar dan pepaya adalah Karotinoide. Ini bukan hanya zat warna, melainkan juga unsur pencegah kanker," katanya.
"Unsur tanaman sekunder seperti zat warna merah, berdampak antioksidan serta melindungi sel. Tentu tidak ada jaminan, bahwa kita tidak akan terserang kanker. Tapi jika pola makan sehat, tubuh disiagakan agar mampu memanfaatkan unsur pelindung secara optimal untuk dapat mencegah kanker," sambungnya.
Orientasi warna dan rasa pencegah kanker
Selain warna, rasa juga bisa menentukan apakah makanan tersebut tergolong pelindung kanker atau pemicu. Umumnya, makanan yang memiliki rasa pedas dapat melindungi diri dari kanker.
Hal ini karena semua makanan dengan rasa pedas mengandung senyawa ikatan belerang, seperti pada brokoli.
Kemudian kacang-kacangan juga baik untuk melindungi kanker karena kaya akan unsur balast dan senyawa berkhasiat lainnya.
"Kacang banyak keunggulannya. Misalnya kacang Brazil mengandung Selenium yang amat penting untuk perlindungan kanker. Semua jenis kacang mengandung Polyphenol, yang terbukti melindungi dari kanker usus," jelasnya.
Meski demikian, kacang tidak boleh disimpan terlalu lama karena mudah jamuran. Bila sudah muncul jamur pada kacang, hal ini justru akan memicu kanker.
"Saya sarankan membeli kacang utuh dan giling sendiri di rumah. Jika sudah digiling, juga jangan dibiarkan terlalu lama", ujarnya.
Pilihan daging merah, setengah kilo untuk satu minggu
Saat berbelanja, Gonder memilih membeli daging campuran daging ayam, babi, dan sapi di mana berat seluruhnya setengah kilogram.
Setengah kilo daging adalah porsi konsumsi mingguan yang disarankan Organisasi Pangan Dunia. Tidak lebih.
Hal ini karena mengonsumsi daging berlebih dapat meningkatkan risiko kanker. Terutama daging merah dengan kandungan zat besi yang diduga memicu kanker. Tapi riset terbaru membantah teori zat besi. Walau begitu, terlalu banyak daging meningkatkan risiko.
"Masalah sebenarnya dari konsumsi daging, adalah pengolahannya. Jika digoreng atau dibakar terlalu lama hingga coklat tua, tercipta beragam unsur pemicu kanker. Misalnya hidrokarbon poli-aromatik saat dibakar. Yang lainnya adalah Amino hetero-siklik, yang selalu tercipta jika daging dimasak hingga kecoklatan," ujarnya.
"Artinya, jika kita ingin mereduksi risiko kanker, jangan makan daging terlalu banyak. Terutama jangan makan bagian yang gosong. Memasak juga jangan sampai gosong", tegas Ulrike Gonder.
Saran jitu bagi pecinta daging
Gonder punya saran bagus untuk pecinta daging.
"Pada dasarnya ini menyangkut kombinasi. Bad Guys di piring harus diimbangi sayuran campur, herbal, unsur sekunder tanaman, dan unsur serat. Dengan itu, makanan berkontribusi mencegah kanker", paparnya.
Tapi Bad Guys tidak selalu mudah dikenali.
"Ada potensi lain pemicu kanker, akril-amida. Ini tercipta jika bahan pangan mengandung banyak pati dipanaskan. Jadi ada pada keripik, kue atau kopi. Karena itu pabrik diminta mereduksi kandungannya saat diproduksi. Di rumah kita bisa melakukan pencegahan, agar tidak tercipta akril-amida, misalnya saat menggoreng dan membakar, jangan sampai warnanya terlalu gelap."
Ikan
Untuk ikan, makanan yang dapat melindungi diri dari kanker adalah yang mengandung asam lemak Omega-3.
Gonder menyebut, mengonsumsi ikan sekali atau dua kali dalam seminggu sudah cukup.
"Asam lemak tersebut berfungsi memblokir peradangan dan ini sangat bagus. Pasalnya, banyak penyakit termasuk kanker, asalnya dari peradangan", tegas pakar bahan pangan itu.
Jadi resepnya, makan lebih sedikit Bad Guys dan lebih banyak Good Guys. Dengan itu risiko kanker akan turun. Pada dasarnya, jangan berpantang ketat, tapi kombinasikan makanan berimbang.
Sumber : https://sains.kompas.com/read/2019/01/15/132954923/pilah-bahan-makanan-tepat-untuk-hindari-pemicu-kanker-ini-syaratnya
Presiden AS Donald Trump Ancam Hancurkan Turki
Pesawat Jatuh 15 Tewas, Hanya Insinyur Penerbangan yang Selamat
Bocah Boyolali Hilang Terseret Arus Saat BAB di Sungai
Heboh Penangkapan Ular Piton, BKSDA Minta Tidak Ada Jual Beli Satwa
Al Azhar Men-DO Seorang Mahasiswi, Ini Alasannya
Pimpin Latihan Perdana, Radovic Puas dengan Kondisi Pemain Persib
Ini Kabar Terbaru Ustaz Arifin Ilham dari Penang, Malaysia
Kota Tertua Bulgaria Plovdiv Menjadi Ibukota Kebudayaan Eropa 2019
Mobil Tertimpa Papan Raksasa di Jalan Tol, Wanita Australia Selamat
Si Mungil Honda Monkey Pakai Jubah Cafe Racer
Pesawat Jatuh 15 Tewas, Hanya Insinyur Penerbangan yang Selamat
Bocah Boyolali Hilang Terseret Arus Saat BAB di Sungai
Heboh Penangkapan Ular Piton, BKSDA Minta Tidak Ada Jual Beli Satwa
Al Azhar Men-DO Seorang Mahasiswi, Ini Alasannya
Pimpin Latihan Perdana, Radovic Puas dengan Kondisi Pemain Persib
Ini Kabar Terbaru Ustaz Arifin Ilham dari Penang, Malaysia
Kota Tertua Bulgaria Plovdiv Menjadi Ibukota Kebudayaan Eropa 2019
Mobil Tertimpa Papan Raksasa di Jalan Tol, Wanita Australia Selamat
Si Mungil Honda Monkey Pakai Jubah Cafe Racer
Allah ‘Utus’ Tikus Menyelamatkan Keluargaku
Isi Pidato Kebangsaan Prabowo Subianto
Biadab! Begini Cara Pelaku Habisi Para Korban Pembunuhan di Bengkulu
CVR Lion Air JT-610 Ditemukan 50 Meter dari Lokasi FDR
Tenggak Miras Oplosan saat Nonton Dangdut, 4 Pemuda Tewas dan 1 Kritis
Karamasang, Pulau Cantik Tapi Tersembunyi di Sulawesi Barat
Karena Sudah Seharusnya Milan Menangi Supercoppa Italiana
Viral Bocah 11 Tahun Bersyahadat Kembali ke Islam
Yatim Piatu dan Berhenti Sekolah, Gadis 14 Tahun Asal Riau Pilih Urus 2 Adik Balita Sendirian
Tiga Sikap JK Bertentangan Dengan Jokowi-Ma’ruf
Isi Pidato Kebangsaan Prabowo Subianto
Biadab! Begini Cara Pelaku Habisi Para Korban Pembunuhan di Bengkulu
CVR Lion Air JT-610 Ditemukan 50 Meter dari Lokasi FDR
Tenggak Miras Oplosan saat Nonton Dangdut, 4 Pemuda Tewas dan 1 Kritis
Karamasang, Pulau Cantik Tapi Tersembunyi di Sulawesi Barat
Karena Sudah Seharusnya Milan Menangi Supercoppa Italiana
Viral Bocah 11 Tahun Bersyahadat Kembali ke Islam
Yatim Piatu dan Berhenti Sekolah, Gadis 14 Tahun Asal Riau Pilih Urus 2 Adik Balita Sendirian
Tiga Sikap JK Bertentangan Dengan Jokowi-Ma’ruf