Allah ‘Utus’ Tikus Menyelamatkan Keluargaku

Posted Date : 15-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 191 kali.


TIGA tahun sudah, saya bersama keluarga; istri dan dua putri, mendapat amanah dari institusi mengkhidmatkan diri, untuk menemani mahasantri di kampus II. Terletak di sebuah desa paling ujung, bagian Utara, kota Gresik. Panceng namanya.

Untuk tempat tinggal, ada sebuah rumah semi permanen, yang berada di bagian barat, tepat di bibir hutan jati miliki pesantren. Dua rumah lainnya, berada di bagian Timur, yang jaraknya selemparan batu. Satu rumah baru yang ditempati pimpinan. Satu lagi rumah lawas dihuni bagian umum.

Menurut kisah, rumah itu sering didatangi oleh binatang-binatang berbisa, seperti lipan, kalajengking, dan ular. Sejatinya saya pribadi sudah tidak kaget dengan informasi itu. Sebab, tiga tahun sebelumnya, saya yang masih lajang, pernah juga bermukim di situ, yang saat itu menjalani tahun pertama masa pengabdian menjadi pengasuh santri (2010).

Satu malam, di tengah asyik menikmati makan malam seorang diri di kamar, tiba-tiba kedua sorot mata menangkap gerak seekor hewan berukuran panjang. Innaa lillah. Ular. Saya pun langsung menginformasikan ke teman-teman lain, yang saat itu tengah berada di ruang depan.

Serentak kami pun berburu. Dan benar, ia ditemukan menyelinap di bagian pojok kasur, tempat kami tidur.

Syukurnya, ketika saya yang telah berkeluarga kembali menempati rumah itu. Menurut keterangan pimpinan, yang sebelumnya menempati rumah, suasana ‘angker’ itu sudah tidak ada lagi. Nyaris dua tahunan lebih berdiam di sana, aman-aman saja.

Bahkan, tikus pun yang semulanya banyak, tidak banyak bertingkah. Pasalnya, banyak kucing yang mengintai. Jadi takut untuk keluar. Sehingga semua menjadi terkendali.

Ada rasa lega mendapat informasi itu. Meski, kewaspadaan tetap terus dilakukan. Namanya juga di pinggir hutan. Sudah pasti banyak binatang berbisanya. Namun al-Hamdulillah. Seperti kata atasan saya itu. Semua aman. Itu pula yang saya dan keluarga rasakan.

Gejolak Tikus

Ketika menempati rumah itu, rumah sudah aman dari tikus. Pasalnya, ada beberapa ekor kucing yang berseliweran sekitar rumah. Terkadang juga bermalam di dalam. Namun entah mengapa, setelah sekian lama, terutama setelah ditinggal liburan ke kampung halaman, kucing-kucing itu mulai tidak kelihatan. Sepertinya mereka pergi, untuk mencari makan guna menyambung hidup.

Maklum saja, ketika liburan, kondisi pondok sepi. Tidak hanya mahasiswa yang ingin luburan. Para asatidz dan pengasuh juga dimikian. Ingin berlibur, dan bersilaturrahim dengan keluarga di kampung halaman.

Nah, saat itulah, tikus-tikus mulai beraksi. Kadang-kadang riuh suaranya di balik dinding. Bahkan tak jarang, menggigiti benda-benda/perabotan-perabotan, hingga pakaian.

Merasa terganggu, akhirnya bersepakatlah saya dan istri untuk memburunya. Mulai dari racun, jebakan, dan lem dipasang. Tapi ternyata tidak efektif. Tikus-tikus itu seperti mahir sekali mencium bahaya. Mereka tidak memakan, bahkan seolah tahu, mereka ini melewati saja semua jebakan yang dipasang, di areal yang kerap mereka lalui. Tapi kalau dilepas, mereka baru keluar.

Tugas Keluar Kota

Selain mengajar dan mengasuh mahasantri sebagai tugas pokok, ada amanah tunjangan (meminjam istilah Ustad Abdul Shomad), yang harus saya kerjakan, di setiap bulannya. Yaitu liputan untuk sebuah majalah Islam.

Tak ayal, posisi ini membuat saya sering meninggalkan keluarga. Setiap kali melakukan perjalanan, sering kali saya berpesan kepada istri untuk siaga. Seperti menutup pintu, jendela, dan sebagainya. Khawatir ada tamu-tamu yang tak diundang, masuk ke rumah. Termasuk binatang-binatang berbisa itu.

Selain itu, tentu saja, sebagai kepala keluarga yang mengkhawatirkan keselamatan mereka yang ditinggal. Saya sering mendoakan mereka kepada Allah, agar diberi penjagaan. Saya meyakini, bahwa Allah adalah sebaik-baik Penjaga bagi setiap hambanya.

“Bismillah laa yadhurru ma’a ismihi syai’un fii al-ardi wa laa fii smaa’i wa huwa sami’un alim (Dengan nama Allah yang tidak ada sesuatu pun di bumi dan di langit yang bisa memberikan bahaya. Dan Dia Maha mendengar dan mengetahui)

Doa inilah yag sering saya ucapkan. Terutama dalam perjalanan. Sebab keyakinan lainnya; Allah akan mengabulkan doa seorang hambanya dalam beberapa kondisi. Termasuk musyafir dalam perjalanannya.

Laa hau laa wa laa quwwata illa billah. Ternyata benar, Allah mengabulkan doa ini. Melalui suatu kejadian, yang wasilahnya pun tak disangka-sangka.

Jadi waktu itu, saya harus meninggalkan rumah untuk beberapa saat lamanya. Sebabnya, karena mendapat panggilan untuk repat redaksi di Depok, Jawa Barat. Niatnya, langsung hendak lanjut ke Lampung, guna bersilaturrahim dengan orangtua di sana.

Singkatnya, barangkatlah saya sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan. Selang beberapa hari kemudian. Ketika malam telah beranjak larut, nada ponsel berbunyi. Oh, dari istri.

Innaa lillah. Batinku bergemuruh. Ia mengabarkan, bahwa rumah nyaris kemasukan ular. Kisahnya, entah mengapa malam itu ia sulit sekali untuk tidur. Sudah beberapa kali berupa, masih belum juga memejamkan mata.

Mengisi kekosongan, ia baca-baca buku/kitab yang dipelajari di majelis tahsin yang diikuti. Buku itu sudah beberapa kali dibaca. Namun, nuansa kantuk belum juga datang. Tak lama berselang, ia mendengar ada suara aneh berasal dari ruang belakang. Sepertinya, ada binatang yang tengah mengunyah tulang belulang.

Penasaran, istri pun mengecek. Ketika dilihat dengan seksama, ia pun kaget, ternyata ada seekor ular berusaha masuk dari lobang dinding yang sering dilitasi tikus. Dan ia terjebak oleh lem tikus. Tepat dibagian dekat kepalanya. Jadi ia tidak bisa bergerak.

Di posisi lain, istri menyaksikan, tikus tengah memakan buntut sampai badan ular itu, hingga ia pun mati mengenaskan.

“Biasanya ular yang makan tikus, tapi kali ini tikus dimakan ular,” tulis istri, di ujung ‘laporan’-nya.

Saya pun bersyukur kepada Allah, atas pertolongan-Nya itu, melalui satu makhluknya yang bernama tikus. “al-Hamdulillah. Itu pasti pertolongan Allah!” ujarku kepada istri.

Terkait dengan peristiwa ini, semakin memantapkan diri, untuk terus memunajatkan doa, untuk diri dan keluarga, agar senantiasa dijaga dari segala bahaya. Sebab Dia adalah sebaik-baik Penjaga.

Pelajaran lainnya; jangan pula mudah berburuk sangka dengan sesuatu yang tak diinginkan. Karena boleh jadi, ia akan mendatangkan ‘kebaikan’ di kemudian hari. Seperti firman Allah;

“……….Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (al-Baqarah: 216).*/Sebagaimana dikisahkan Abu Anis kepada Khairul Hibri

Sumber : https://www.hidayatullah.com/feature/cermin/read/2019/01/15/158307/allah-utus-tikus-menyelamatkan-keluargaku.html