Kisah Pilu Anak Beruang yang "Ditolak" Kampungnya
Posted Date : 17-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 195 kali.
KOMPAS.com - Warga Rusia baru-baru ini mengumpulkan uang untuk menerbangkan seekor anak beruang dari satu ujung negeri ke ujung lainnya.
Tentu hal ini bukan tanpa alasan, mereka bertujuan agar anak beruang itu bisa memulai hidup baru setelah induknya dibunuh para pemburu liar.
Penduduk Desa Malka di Semenanjung Kamchatka, timur jauh Rusia, menemukan anak beruang berumur 10 bulan yang kelaparan sedang terlunta-lunta menyusuri jalan-jalan di desa mereka yang membeku bulan lalu.
Beruang itu mencari makanan dan bantuan.
Sesudah berhasil dibujuk untuk masuk ke sebuah tempat penampungan oleh para relawan setempat, barulah didapati bahwa beruang malang itu beratnya setengah dari berat normal anak-anak beruang sebayanya.
Berat normal anak beruang seumurannya sekitar 50 kg. Namun berat beruang itu hanya sekitar 25 kg, tulis surat kabar Komsomolskaya Pravda.
Warga desa Malka lalu memberikan nama Mashka pada anak beruang itu. Mereka juga memberi makan beruang itu dengan ikan.
Mereka kemudian mulai mencari habitat baru baginya, setelah para petugas kehutanan di sana memastikan bahwa ibunya sudah mati.
Sayangnya, itu bukan hal mudah untuk dilakukan.
Kebun binatang lokal di Yelizovo, misalnya. Mereka hanya bisa menawarkan penampungan sementara bagi Mashka.
Alasannya karena mereka sudah punya beruang cokelat bernama Kamchatka.
Mereka tidak punya tempat lain untuk jenis beruang yang pertumbuhannya sangat cepat dan sub-spesies terbesar di Eurasia itu.
Tak hanya kebun binatang, cagar alam juga menolaknya Mashka. Mereka beralasan karena anak binatang yang sudah terbiasa dengan manusia akan rentan terhadap predator.
Terlebih, Mashka sudah kehilangan ibunya sebelum ia bisa belajar menangkap ikan sendiri, lapor surat kabar itu pula.
Tetapi akhirnya penyelamat Mashka bersyukur, karena ada Pusat Rehabilitasi Hewan Feniks di Kaluga, di barat negara itu, yang mau mengulurkan tangan.
Masalahnya, jaraknya kedua wilayah luar biasa jauh, dari ujung ke ujung. Ongkos penerbangan beruang kecil ini juga jauh dari kata murah.
Maka Veronika Matyushina, direktur Feniks Center, membuat akun Facebook bagi Mashka untuk menggalang dana yang diperlukan, yaitu sebesar 220.000 rubel (Sekitar Rp40 juta).
Kisah ini mengetuk hati warga Rusia. Berbagai saluran TV, tabloid, dan bahkan surat kabar pemerintah, Rossiyskaya Gazeta, ambil bagian untuk memperjuangkan nasib Mashka.
Sehingga kampanye pengumpulan dana itu bisa mencapai target dengan cepat.
"Halo! Karcis saya untuk pesawat terbang dengan sayap perak sudah siap. Terima kasih untuk semua yang telah membantu saya sampai ke Feniks Center," kata akun Mashka, seraya menambahkan bahwa ia akan tiba di rumah barunya pada 22 Januari.
Beruang adalah binatang sangat disukai dalam budaya Rusia. Liputan media tentang kisah Marshka juga berperan pada bangkitnya keharuan pada nasib Mashka.
Tetapi Feniks Center menekankan bahwa si kecil itu, "bukan beruang kartun - dia adalah satwa liar."
"Kami menyadari tanggung jawab besar yang kami pikul, dan akan melakukan semua yang kami bisa untuk merawatnya dan menjamin keselamatannya dan keselamatan orang lain, saat kami mempersiapkan Mashka untuk hidup barunya di antara manusia," kata Matyushina melalui akun Facebook.
Dia juga menegaskan bahwa semakin banyak pemburu liar membunuh beruang dewasa, semakin banyak anak beruang yang terlunta-lunta dan kelaparan yang akan berkeliaran ke kota-kota untuk mencari makanan.
Bahkan, di musim dingin ini telah terjadi sejumlah serangan beruang di Kamchatka. Ini membuat jaksa penuntut setempat menyerukan pihak berwenang bertindak untuk melindungi masyarakat.
Sumber : https://sains.kompas.com/read/2019/01/17/125746923/kisah-pilu-anak-beruang-yang-ditolak-kampungnya
Tentu hal ini bukan tanpa alasan, mereka bertujuan agar anak beruang itu bisa memulai hidup baru setelah induknya dibunuh para pemburu liar.
Penduduk Desa Malka di Semenanjung Kamchatka, timur jauh Rusia, menemukan anak beruang berumur 10 bulan yang kelaparan sedang terlunta-lunta menyusuri jalan-jalan di desa mereka yang membeku bulan lalu.
Beruang itu mencari makanan dan bantuan.
Sesudah berhasil dibujuk untuk masuk ke sebuah tempat penampungan oleh para relawan setempat, barulah didapati bahwa beruang malang itu beratnya setengah dari berat normal anak-anak beruang sebayanya.
Berat normal anak beruang seumurannya sekitar 50 kg. Namun berat beruang itu hanya sekitar 25 kg, tulis surat kabar Komsomolskaya Pravda.
Warga desa Malka lalu memberikan nama Mashka pada anak beruang itu. Mereka juga memberi makan beruang itu dengan ikan.
Mereka kemudian mulai mencari habitat baru baginya, setelah para petugas kehutanan di sana memastikan bahwa ibunya sudah mati.
Sayangnya, itu bukan hal mudah untuk dilakukan.
Kebun binatang lokal di Yelizovo, misalnya. Mereka hanya bisa menawarkan penampungan sementara bagi Mashka.
Alasannya karena mereka sudah punya beruang cokelat bernama Kamchatka.
Mereka tidak punya tempat lain untuk jenis beruang yang pertumbuhannya sangat cepat dan sub-spesies terbesar di Eurasia itu.
Tak hanya kebun binatang, cagar alam juga menolaknya Mashka. Mereka beralasan karena anak binatang yang sudah terbiasa dengan manusia akan rentan terhadap predator.
Terlebih, Mashka sudah kehilangan ibunya sebelum ia bisa belajar menangkap ikan sendiri, lapor surat kabar itu pula.
Tetapi akhirnya penyelamat Mashka bersyukur, karena ada Pusat Rehabilitasi Hewan Feniks di Kaluga, di barat negara itu, yang mau mengulurkan tangan.
Masalahnya, jaraknya kedua wilayah luar biasa jauh, dari ujung ke ujung. Ongkos penerbangan beruang kecil ini juga jauh dari kata murah.
Maka Veronika Matyushina, direktur Feniks Center, membuat akun Facebook bagi Mashka untuk menggalang dana yang diperlukan, yaitu sebesar 220.000 rubel (Sekitar Rp40 juta).
Kisah ini mengetuk hati warga Rusia. Berbagai saluran TV, tabloid, dan bahkan surat kabar pemerintah, Rossiyskaya Gazeta, ambil bagian untuk memperjuangkan nasib Mashka.
Sehingga kampanye pengumpulan dana itu bisa mencapai target dengan cepat.
"Halo! Karcis saya untuk pesawat terbang dengan sayap perak sudah siap. Terima kasih untuk semua yang telah membantu saya sampai ke Feniks Center," kata akun Mashka, seraya menambahkan bahwa ia akan tiba di rumah barunya pada 22 Januari.
Beruang adalah binatang sangat disukai dalam budaya Rusia. Liputan media tentang kisah Marshka juga berperan pada bangkitnya keharuan pada nasib Mashka.
Tetapi Feniks Center menekankan bahwa si kecil itu, "bukan beruang kartun - dia adalah satwa liar."
"Kami menyadari tanggung jawab besar yang kami pikul, dan akan melakukan semua yang kami bisa untuk merawatnya dan menjamin keselamatannya dan keselamatan orang lain, saat kami mempersiapkan Mashka untuk hidup barunya di antara manusia," kata Matyushina melalui akun Facebook.
Dia juga menegaskan bahwa semakin banyak pemburu liar membunuh beruang dewasa, semakin banyak anak beruang yang terlunta-lunta dan kelaparan yang akan berkeliaran ke kota-kota untuk mencari makanan.
Bahkan, di musim dingin ini telah terjadi sejumlah serangan beruang di Kamchatka. Ini membuat jaksa penuntut setempat menyerukan pihak berwenang bertindak untuk melindungi masyarakat.
Sumber : https://sains.kompas.com/read/2019/01/17/125746923/kisah-pilu-anak-beruang-yang-ditolak-kampungnya
Penggembala Kerbau Temukan Mayat Tergeletak di Hutan Ngawi
Longsor di Desa Ngampungan Bareng, Satu Rumah Jadi Korban
Momen Pertemuan Sandiaga Uno dan Nissa Sabyan
Deklarasi Pemilu Jujur, Andi Arief Sarankan Alumni 212 Kumpul Lagi Jelang Pilpres
Brutalnya Tentara Jepang, Perkosa Wanita Pribumi hingga Belanda
Mobil Made in Bandung Ini Punya 8 Roda, Bagaimana Cara Jalannya?
Otoritas Pemerintah dan Politisi sebenarnya di bawah Para Ulama
Intip Pesawat Luar Angkasa Tiongkok yang Mendarat di Sisi Tergelap Bulan
Persis Solo Pindah ke Bekasi, Pasoepati di Jabodetabek Campur Aduk
Trump Dinilai Sering Tutupi Pembicaraannya dengan Putin
Longsor di Desa Ngampungan Bareng, Satu Rumah Jadi Korban
Momen Pertemuan Sandiaga Uno dan Nissa Sabyan
Deklarasi Pemilu Jujur, Andi Arief Sarankan Alumni 212 Kumpul Lagi Jelang Pilpres
Brutalnya Tentara Jepang, Perkosa Wanita Pribumi hingga Belanda
Mobil Made in Bandung Ini Punya 8 Roda, Bagaimana Cara Jalannya?
Otoritas Pemerintah dan Politisi sebenarnya di bawah Para Ulama
Intip Pesawat Luar Angkasa Tiongkok yang Mendarat di Sisi Tergelap Bulan
Persis Solo Pindah ke Bekasi, Pasoepati di Jabodetabek Campur Aduk
Trump Dinilai Sering Tutupi Pembicaraannya dengan Putin
KPK Sindir Pejabat Ombudsman Ini Terkait Pengusutan Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul KPK Sindir Pejabat Ombudsman Ini Terkait Pengusutan Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan, http://w
Perpanjang Kontrak di Persib, Tanggung Jawab Ghozali Lebih Besar
Sempurnakan Wudhu Anda, Ini Beberapa Manfaatnya Secara Medis
Sempurnakan Wudhu Anda, Ini Beberapa Manfaatnya Secara Medis
Yose Rizal: Semoga Tahun 2019 Penganguran Bisa Berkurang
Kegeraman Buni Yani kepada Rezim Saat Ini
Perdana Umroh, Cita Citata Merasa Seperti Dihipnotis
Pelatihan Quranic Trauma Healing bagi Korban Bencana Palu
Kisah Gadis Cantik Turki Jatuh Cinta Pada Aceh Darussalam
MUI : Vaksin Measles Rubella Belum Mendapat Sertifikat Halal
Perpanjang Kontrak di Persib, Tanggung Jawab Ghozali Lebih Besar
Sempurnakan Wudhu Anda, Ini Beberapa Manfaatnya Secara Medis
Sempurnakan Wudhu Anda, Ini Beberapa Manfaatnya Secara Medis
Yose Rizal: Semoga Tahun 2019 Penganguran Bisa Berkurang
Kegeraman Buni Yani kepada Rezim Saat Ini
Perdana Umroh, Cita Citata Merasa Seperti Dihipnotis
Pelatihan Quranic Trauma Healing bagi Korban Bencana Palu
Kisah Gadis Cantik Turki Jatuh Cinta Pada Aceh Darussalam
MUI : Vaksin Measles Rubella Belum Mendapat Sertifikat Halal