Cerita Rumiati, Mempertaruhkan Nyawa Demi ke Sekolah
Posted Date : 22-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 137 kali.![](https://iyem.id/images/news/1548155358.jpg)
jpnn.com, BOGOR - Rumiati (14), siswi SMP Negeri 2 Sukamakmur Jonggol Kabupaten Bogor harus mempertaruhkan nyawannya setiap hari, menerjang sungai agar bisa sampai ke rumah usai pulang sekolah.
Seluruh pakaian yang dia kenakan basah. Di tepi sungai, Rus, sapaannya, menunggu orang yang lebih dewasa menyeberang.
Satu persatu batu berhasil dia loncati. Sampai di tengah sungai, Rus sempat panik karena ketinggian air semakin dalam. Tak berselang lama, sejumlah warga menolongnya saat di tengah sungai.
“Iya atuh mau bagaimana, kalau ke sana (jembatan lain, red) mah jauh,” ucapnya saat di wawancara di tepi sungai. Wajahnya sedikit tegang, namun mencair setelah teman sebayanya tertawa.
Perjuangan Rus ini adalah sisi lain kehidupannya sebagai warga di Kampung Bojong, Desa Sukajaya, Kecamatan Jonggol. Rus mengatakan, warga yang tidak memiliki kendaraan harus berjalan kaki menyeberang sungai.
Dia rela menyeberang sungai, karena untuk ke jembatan gantung terdekat harus menempuh jarak lebih dari tujuh kilometer. “Kalau menyeberang sungai paling sepuluh menit sudah sampai sekolah,” ucapnya.
Bupati Bogor Ade Yasin mengaku sudah mengetahui kondisi warganya di sana. Dia berjanji bakal menindak lanjuti masalah tersebut. Pihaknya bakal memerintahkan anak buahnya untuk mengecek lokasi tersebut. “Pemerintah saya konsen juga pembangunan jembatan. Ada dua jembatan yang kami resmikan menggunakan CSR, satu jembatan bahkan sudah diresmikan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dusun Kampung Bojong Yudi Tunggul menjelaskan, menyeberang sungai sudah menjadi kebiasaan warga. Walau dianggap menantang maut, namun tak ada pilihan lagi. Sebab, warga harus memutar jauh ketika hendak ke pasar, puskesmas, dan ke sekolah.
Selama tidak ada jembatan, lanjut Yudi, wargannya mengandalkan sebilah bambu. Bambu itu dililitkan kain sarung kemudian dibentuk ayunan untuk dijadikan alat angkut hasil panen. Jika belum musim panen tiba, alat ini jadi langgganan mengendong anak sekolah hingga warga sakit. “Warga sukarela mengantarkan warga lainnya. Ada bahasa sedikasihnya saja,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Terpisah, Kepala Desa Sukajaya Ujang Royani, menyebut keinginan warganya begitu besar untuk memiliki jembatan. Warga sudah mengibahkan lahan untuk dijadikan jembatan. Sedikit demi sedikit tiang pancang sudah dibangun sebanyak empat buah. Namun, sudah dua tahun lebih tiang tersebut tidak dilanjutkan.
“Sekarang naik kendaraaan ongkosnya mahal, jual hasil tani butuh biaya bertambah lagi, jadi sampai sekarang warga memilih menyeberang lewat sungai,” ungkapnya.
Warga berharap 100 hari kinerja Bupati Ade Yasin bisa mewujudkan impian warga memiliki jembatan. (don/c/radarbogor)
Sumber : https://www.jpnn.com/news/cerita-rumiati-mempertaruhkan-nyawa-demi-ke-sekolah
Seluruh pakaian yang dia kenakan basah. Di tepi sungai, Rus, sapaannya, menunggu orang yang lebih dewasa menyeberang.
Satu persatu batu berhasil dia loncati. Sampai di tengah sungai, Rus sempat panik karena ketinggian air semakin dalam. Tak berselang lama, sejumlah warga menolongnya saat di tengah sungai.
“Iya atuh mau bagaimana, kalau ke sana (jembatan lain, red) mah jauh,” ucapnya saat di wawancara di tepi sungai. Wajahnya sedikit tegang, namun mencair setelah teman sebayanya tertawa.
Perjuangan Rus ini adalah sisi lain kehidupannya sebagai warga di Kampung Bojong, Desa Sukajaya, Kecamatan Jonggol. Rus mengatakan, warga yang tidak memiliki kendaraan harus berjalan kaki menyeberang sungai.
Dia rela menyeberang sungai, karena untuk ke jembatan gantung terdekat harus menempuh jarak lebih dari tujuh kilometer. “Kalau menyeberang sungai paling sepuluh menit sudah sampai sekolah,” ucapnya.
Bupati Bogor Ade Yasin mengaku sudah mengetahui kondisi warganya di sana. Dia berjanji bakal menindak lanjuti masalah tersebut. Pihaknya bakal memerintahkan anak buahnya untuk mengecek lokasi tersebut. “Pemerintah saya konsen juga pembangunan jembatan. Ada dua jembatan yang kami resmikan menggunakan CSR, satu jembatan bahkan sudah diresmikan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dusun Kampung Bojong Yudi Tunggul menjelaskan, menyeberang sungai sudah menjadi kebiasaan warga. Walau dianggap menantang maut, namun tak ada pilihan lagi. Sebab, warga harus memutar jauh ketika hendak ke pasar, puskesmas, dan ke sekolah.
Selama tidak ada jembatan, lanjut Yudi, wargannya mengandalkan sebilah bambu. Bambu itu dililitkan kain sarung kemudian dibentuk ayunan untuk dijadikan alat angkut hasil panen. Jika belum musim panen tiba, alat ini jadi langgganan mengendong anak sekolah hingga warga sakit. “Warga sukarela mengantarkan warga lainnya. Ada bahasa sedikasihnya saja,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Terpisah, Kepala Desa Sukajaya Ujang Royani, menyebut keinginan warganya begitu besar untuk memiliki jembatan. Warga sudah mengibahkan lahan untuk dijadikan jembatan. Sedikit demi sedikit tiang pancang sudah dibangun sebanyak empat buah. Namun, sudah dua tahun lebih tiang tersebut tidak dilanjutkan.
“Sekarang naik kendaraaan ongkosnya mahal, jual hasil tani butuh biaya bertambah lagi, jadi sampai sekarang warga memilih menyeberang lewat sungai,” ungkapnya.
Warga berharap 100 hari kinerja Bupati Ade Yasin bisa mewujudkan impian warga memiliki jembatan. (don/c/radarbogor)
Sumber : https://www.jpnn.com/news/cerita-rumiati-mempertaruhkan-nyawa-demi-ke-sekolah
Berlibur di Indonesia, Ayah Kendall Jenner Foto Bareng Tunangan di Sawah
Cara Sederhana Cek Mobil Bekas yang Pernah Terkena Banjir
Boy William Bakal Alih Profesi Jadi Karyawan Laundry
TKN Jokowi Heran Ada Survei Tempatkan Jagonya di Bawah 50 Persen
Kemenlu Suriah: Agresi Israel Perpanjang Krisis di Suriah
Ketika Muslim Masuk ke Dalam Rumah
Demi Kurangi Keramaian, Tokyo Metro Tawarkan Makanan Gratis
Sebagian Wilayah Makassar Terendam Banjir
Naik Tangga Mampu Tingkatkan Kesehatan Jantung
Bea Cukai Amankan 1,16 Juta Batang Rokok Ilegal
Cara Sederhana Cek Mobil Bekas yang Pernah Terkena Banjir
Boy William Bakal Alih Profesi Jadi Karyawan Laundry
TKN Jokowi Heran Ada Survei Tempatkan Jagonya di Bawah 50 Persen
Kemenlu Suriah: Agresi Israel Perpanjang Krisis di Suriah
Ketika Muslim Masuk ke Dalam Rumah
Demi Kurangi Keramaian, Tokyo Metro Tawarkan Makanan Gratis
Sebagian Wilayah Makassar Terendam Banjir
Naik Tangga Mampu Tingkatkan Kesehatan Jantung
Bea Cukai Amankan 1,16 Juta Batang Rokok Ilegal
5 Hal Penyebab Jakarta Tidak Ramah untuk Pejalan Kaki
Kekompakan Babinsa Botoputih Berbaur dengan Petani Bantu Tanam Padi
Selamatkan Anak dalam Menjelajahi Dunia dengan Ujung Jarinya
Merindukan Soeratin
Kepanikan Warga Sumba Diguncang 13 Kali Gempa, Siswa Berhamburan Keluar Sekolah
Restoran di Jalan Pemuda Pulogadung Terbakar, Diduga Disebabkan Gas Elpiji Bocor
Menko Darmin ke Pegawainya: Kerja yang Benar, Jangan Pamer Kesombongan
Sempat Viral Buang Buah Naga ke Sungai, Pedagang Ini Buat Klarifikasi ke Netizen
Ekspor ke Filipina dan Nigeria, Sido Muncul Incar Pendapatan Tumbuh 10%
Mengerikan, Saat Ular King Kobra Besar Telan Piton Secara Utuh
Kekompakan Babinsa Botoputih Berbaur dengan Petani Bantu Tanam Padi
Selamatkan Anak dalam Menjelajahi Dunia dengan Ujung Jarinya
Merindukan Soeratin
Kepanikan Warga Sumba Diguncang 13 Kali Gempa, Siswa Berhamburan Keluar Sekolah
Restoran di Jalan Pemuda Pulogadung Terbakar, Diduga Disebabkan Gas Elpiji Bocor
Menko Darmin ke Pegawainya: Kerja yang Benar, Jangan Pamer Kesombongan
Sempat Viral Buang Buah Naga ke Sungai, Pedagang Ini Buat Klarifikasi ke Netizen
Ekspor ke Filipina dan Nigeria, Sido Muncul Incar Pendapatan Tumbuh 10%
Mengerikan, Saat Ular King Kobra Besar Telan Piton Secara Utuh