'Rambut Nenek' Sumari, Jajanan Tempo Dulu di Kota Lama
Posted Date : 04-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 455 kali.
Merdeka.com, Semarang - Kota Lama Semarang memiliki banyak cerita unik nan menarik. Tak hanya gedung-gedung berarsitektur Eropa yang menjuntai, kuliner tempo dulu juga banyak dijajakan di sana.
Salah satunya adalah 'Rambut Nenek' Sumari, penganan semacam gula-gula atau yang biasa dikenal masyarakat luas dengan sebutan arum manis. Berbeda dengan arum manis yang dijual di pasaran pada umumnya, rambut nenek yang dijual Sumari masih mempertahankan unsur tradisional.
Sehari-hari, Sumari, 76, berkeliling di kawasan Kota Lama Semarang untuk menjajakan rambut neneknya kepada pengunjung. Penampilan nyentriknya selalu membuat wisatawan tertarik untuk membelinya.
Bertopi koboi dan berjari penuh cincin akik, Sumari biasa menjajakan rambut nenek dengan cara berjalan kaki. Sambil menggendong kotak tempat rambut nenek itu, dia berkeliling dengan memainkan alat musik yang dinamainya 'Sitren,' dari segi bentuk dan cara memainkan seperti rebab. Kesan klasik dan jadul begitu terasa, saat menemuinya.
Belum lagi rambut nenek yang dia jual, hanya sederhana. Penganan manis itu seperti serabut berwarna kuning keemasan, sehingga seperti rambut nenek-nenek tempo dulu.
"Ini namanya rambut nenek, atau ada juga yang menyebutnya kembang gula, arum manis, gula-gula dan sebagainya. Tapi kalau orang dahulu, tahunya makanan ini ya rambut nenek," kata Sumari saat ditemui di Kota Lama Semarang, Minggu (3/2).
Warga Kuningan, Kota Semarang tersebut sudah sejak puluhan tahun lalu menjajakan rambut nenek di kawasan Kota Lama. Dengan alat musik yang selalu dia mainkan, Sumari berhasil memikat para pembeli.
"Sitren ini hanya alat untuk menarik perhatian pembeli. Sekaligus ini menambah kesan kuno, karena jajanan ini memang jajanan anak-anak tempo dulu," terangnya.
Penggunaan alat musik siren dan penampilan uniknya mampu membuat dagangannya laris. Dalam sehari, tak pernah kurang dari Rp300.000 uang yang dia dapatkan.
"Apalagi kalau ada bule-bule yang beli, penghasilan semakin besar. Penampilan saya sekaligus alat musik ini memang menjadi daya tarik luar biasa, kalau tidak seperti ini mungkin tidak laku," imbuhnya.
Sumari mengaku sudah menjual rambut nenek di kawasan Kota Lama sejak tahun 1963 lalu. Semua proses pembuatan penganan tempo dulu itu dia lakukan sendiri dengan alat-alat sederhana.
"Bahannya ya cuma tepung gandum, gula pasir dan bahan lainnya. Tapi proses membuatnya membuat waktu cukup lama dan harus pas dengan takaran, kalau tidak maka tidak jadi," terangnya.
Uniknya, Sumari tidak pernah mematok harga dari jajanannya itu. Masyarakat dibebaskan untuk membeli sesuai uang yang dimiliki. "Terserah, mau beli Rp2000 boleh, Rp10.000 juta boleh. Kalau zaman dahulu saya jualnya lima perak," kenangnya.
Kehadiran Sumari dengan rambut neneknya cukup mengobati rasa kangen warga di Kota Semarang. Bagaimana tidak, mereka yang kini sudah berusia puluhan tahun, masih bisa menikmati makanan saat masa kecil.
"Ingatan saya langsung kembali pada saat usia 6-10 tahun lalu. Dulu saat kecil, selalu ngejar-ngejar penjual rambut nenek untuk beli. Saat menggigit rambut nenek ini, saya kembali menikmati kenangan-kenangan indah masa kecil," kata Ajie Nugroho, 33, warga Pecinan Kota Semarang.
(NS)
Sumber : https://semarang.merdeka.com/kuliner/rambut-nenek-sumari-jajanan-tempo-dulu-di-kota-lama-190203j.html
Salah satunya adalah 'Rambut Nenek' Sumari, penganan semacam gula-gula atau yang biasa dikenal masyarakat luas dengan sebutan arum manis. Berbeda dengan arum manis yang dijual di pasaran pada umumnya, rambut nenek yang dijual Sumari masih mempertahankan unsur tradisional.
Sehari-hari, Sumari, 76, berkeliling di kawasan Kota Lama Semarang untuk menjajakan rambut neneknya kepada pengunjung. Penampilan nyentriknya selalu membuat wisatawan tertarik untuk membelinya.
Bertopi koboi dan berjari penuh cincin akik, Sumari biasa menjajakan rambut nenek dengan cara berjalan kaki. Sambil menggendong kotak tempat rambut nenek itu, dia berkeliling dengan memainkan alat musik yang dinamainya 'Sitren,' dari segi bentuk dan cara memainkan seperti rebab. Kesan klasik dan jadul begitu terasa, saat menemuinya.
Belum lagi rambut nenek yang dia jual, hanya sederhana. Penganan manis itu seperti serabut berwarna kuning keemasan, sehingga seperti rambut nenek-nenek tempo dulu.
"Ini namanya rambut nenek, atau ada juga yang menyebutnya kembang gula, arum manis, gula-gula dan sebagainya. Tapi kalau orang dahulu, tahunya makanan ini ya rambut nenek," kata Sumari saat ditemui di Kota Lama Semarang, Minggu (3/2).
Warga Kuningan, Kota Semarang tersebut sudah sejak puluhan tahun lalu menjajakan rambut nenek di kawasan Kota Lama. Dengan alat musik yang selalu dia mainkan, Sumari berhasil memikat para pembeli.
"Sitren ini hanya alat untuk menarik perhatian pembeli. Sekaligus ini menambah kesan kuno, karena jajanan ini memang jajanan anak-anak tempo dulu," terangnya.
Penggunaan alat musik siren dan penampilan uniknya mampu membuat dagangannya laris. Dalam sehari, tak pernah kurang dari Rp300.000 uang yang dia dapatkan.
"Apalagi kalau ada bule-bule yang beli, penghasilan semakin besar. Penampilan saya sekaligus alat musik ini memang menjadi daya tarik luar biasa, kalau tidak seperti ini mungkin tidak laku," imbuhnya.
Sumari mengaku sudah menjual rambut nenek di kawasan Kota Lama sejak tahun 1963 lalu. Semua proses pembuatan penganan tempo dulu itu dia lakukan sendiri dengan alat-alat sederhana.
"Bahannya ya cuma tepung gandum, gula pasir dan bahan lainnya. Tapi proses membuatnya membuat waktu cukup lama dan harus pas dengan takaran, kalau tidak maka tidak jadi," terangnya.
Uniknya, Sumari tidak pernah mematok harga dari jajanannya itu. Masyarakat dibebaskan untuk membeli sesuai uang yang dimiliki. "Terserah, mau beli Rp2000 boleh, Rp10.000 juta boleh. Kalau zaman dahulu saya jualnya lima perak," kenangnya.
Kehadiran Sumari dengan rambut neneknya cukup mengobati rasa kangen warga di Kota Semarang. Bagaimana tidak, mereka yang kini sudah berusia puluhan tahun, masih bisa menikmati makanan saat masa kecil.
"Ingatan saya langsung kembali pada saat usia 6-10 tahun lalu. Dulu saat kecil, selalu ngejar-ngejar penjual rambut nenek untuk beli. Saat menggigit rambut nenek ini, saya kembali menikmati kenangan-kenangan indah masa kecil," kata Ajie Nugroho, 33, warga Pecinan Kota Semarang.
(NS)
Sumber : https://semarang.merdeka.com/kuliner/rambut-nenek-sumari-jajanan-tempo-dulu-di-kota-lama-190203j.html
Shincan Merasa Puas Setelah Bunuh Mama Vina
Berita Duka, Putra Terbaik Sekaligus Pelaku Pertempuran Laut Aru Wafat
Bulog Ingin Ekspor Beras, Ombudsman Ingatkan Hati-Hati
Umumkan Episode ke-1000 Anak Langit, Stefan William Didoakan
Visual Stories: Si Cantik Cheongsam untuk Imlek
Gunung Karangetang Erupsi, Ratusan Warga Sitaro Mengungsi
Dibimbing Ustaz Arifin Ilham, Seorang Dokter Masuk Islam
Granat Bekas Perang Dunia I Ditemukan dalam Tumpukan Kentang
Pemerintah Diingatkan Lonjakan Impor Gula
Rumah Zakat dan Penny Appeal Inggris Jalin Kerja Sama
Berita Duka, Putra Terbaik Sekaligus Pelaku Pertempuran Laut Aru Wafat
Bulog Ingin Ekspor Beras, Ombudsman Ingatkan Hati-Hati
Umumkan Episode ke-1000 Anak Langit, Stefan William Didoakan
Visual Stories: Si Cantik Cheongsam untuk Imlek
Gunung Karangetang Erupsi, Ratusan Warga Sitaro Mengungsi
Dibimbing Ustaz Arifin Ilham, Seorang Dokter Masuk Islam
Granat Bekas Perang Dunia I Ditemukan dalam Tumpukan Kentang
Pemerintah Diingatkan Lonjakan Impor Gula
Rumah Zakat dan Penny Appeal Inggris Jalin Kerja Sama
Matahari yang mendekat ke Kepala Manusia Di Padang Masyar Sebabkan Banjir Keringat
Uni Eropa Puji Upaya Pemberantasan Ujaran Kebencian Online
Pendiri Quadriga Wafat, Jutaan Mata Uang Digital Terkunci di Komputernya
Hungaria Tolak Kerjasama Uni Eropa-Liga Arab
Perampok Bank BNP Paribas Beraksi Lewat Pipa Selokan
DPR dan Kemenag Sepakati Biaya Haji 2019 Tidak Naik
Murid di Babel Diwajibkan Rangkum Cerita Sultan Al Fatih
AS Desak Negara Lain Bawa Pulang Simpatisan Islamic State yang Ditangkap di Suriah
Ada Lafaz Allah di Air Max, Produsen Sepatu NIKE Tuai Kecaman
90% Rumah di Gaza yang Dihancurkan Israel Selama Ofensif Militer 2014 Telah Dibangun Kembali
Uni Eropa Puji Upaya Pemberantasan Ujaran Kebencian Online
Pendiri Quadriga Wafat, Jutaan Mata Uang Digital Terkunci di Komputernya
Hungaria Tolak Kerjasama Uni Eropa-Liga Arab
Perampok Bank BNP Paribas Beraksi Lewat Pipa Selokan
DPR dan Kemenag Sepakati Biaya Haji 2019 Tidak Naik
Murid di Babel Diwajibkan Rangkum Cerita Sultan Al Fatih
AS Desak Negara Lain Bawa Pulang Simpatisan Islamic State yang Ditangkap di Suriah
Ada Lafaz Allah di Air Max, Produsen Sepatu NIKE Tuai Kecaman
90% Rumah di Gaza yang Dihancurkan Israel Selama Ofensif Militer 2014 Telah Dibangun Kembali