Keluarga Penembak Masjid: Kami Semua Ditampar
Posted Date : 19-03-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 273 kali.
REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Aksi Brenton Tarrant menembak jamaah Muslim di masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat lalu, telah mengoyak batin keluarganya. Mereka tak menyangka Tarrant bisa melakukan perbuatan sesadis itu.
"Kami semua ditampar, kami tidak tahu harus berpikir apa. Sekarang semua orang baru saja hancur," kata nenek Tarrant, Marie Fitzgerald, Ahad (17/3), dikutip laman The Straits Times.
Paman Tarrant, Terry Fitzgerald awalnya tak percaya keponakannya adalah pelaku penembakan masjid di Christchurch. "Pertama-tama saya berkata, 'tidak, itu tidak mungkin', tapi kemudian saya melihat fotonya," ucapnya.
Menurut Marie, Tarrant tidak pernah menunjukkan dia tertarik atau mengagumi ideologi nasionalis kulit putih. Kendati demikian, hal itu mulai terlihat setelah Tarrant melakukan perjalanan ke Eropa.
"Hanya sejak dia bepergian ke luar negeri, saya pikir anak itu telah berubah sepenuhnya," ujarnya.
Dia mengungkapkan, saat ini ibu dan adik Tarrant yang tinggal di daerah Dunedin, dijaga ketat aparat kepolisian. Bahkan anggota keluarga lainnya tidak diizinkan menghubungi mereka.
"Polisi akan melakukan tugasnya dan melindungi mereka, itulah yang mereka butuhkan, dan tidak ada kontak telepon, mereka mengatakan Anda tidak bisa menghubungi mereka," kata Marie.
Setidaknya 50 orang meninggal dalam insiden penembakan di Christchurch. Sementara lebih dari 30 lainnya masih menjalanin perawatan di rumah sakit.
Tarrant telah menjalani persidangan pada Sabtu. Dia didakwa dengan satu pasal pembunuhan berdasarkan Undang-Undang Kejahatan. Namun, jaksa diperkirakan akan mengajukan tuntutan lain terhadap Tarrant.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/poibs2366/keluarga-penembak-masjid-kami-semua-ditampar
"Kami semua ditampar, kami tidak tahu harus berpikir apa. Sekarang semua orang baru saja hancur," kata nenek Tarrant, Marie Fitzgerald, Ahad (17/3), dikutip laman The Straits Times.
Paman Tarrant, Terry Fitzgerald awalnya tak percaya keponakannya adalah pelaku penembakan masjid di Christchurch. "Pertama-tama saya berkata, 'tidak, itu tidak mungkin', tapi kemudian saya melihat fotonya," ucapnya.
Menurut Marie, Tarrant tidak pernah menunjukkan dia tertarik atau mengagumi ideologi nasionalis kulit putih. Kendati demikian, hal itu mulai terlihat setelah Tarrant melakukan perjalanan ke Eropa.
"Hanya sejak dia bepergian ke luar negeri, saya pikir anak itu telah berubah sepenuhnya," ujarnya.
Dia mengungkapkan, saat ini ibu dan adik Tarrant yang tinggal di daerah Dunedin, dijaga ketat aparat kepolisian. Bahkan anggota keluarga lainnya tidak diizinkan menghubungi mereka.
"Polisi akan melakukan tugasnya dan melindungi mereka, itulah yang mereka butuhkan, dan tidak ada kontak telepon, mereka mengatakan Anda tidak bisa menghubungi mereka," kata Marie.
Setidaknya 50 orang meninggal dalam insiden penembakan di Christchurch. Sementara lebih dari 30 lainnya masih menjalanin perawatan di rumah sakit.
Tarrant telah menjalani persidangan pada Sabtu. Dia didakwa dengan satu pasal pembunuhan berdasarkan Undang-Undang Kejahatan. Namun, jaksa diperkirakan akan mengajukan tuntutan lain terhadap Tarrant.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/poibs2366/keluarga-penembak-masjid-kami-semua-ditampar
Facebook: Tak Ada yang Laporkan Video Serangan Christchurch
Stapac Ingin Patahkan Tradisi Final IBL
Susun Kebijakan Prioritas, Bank Data Lapan Dimanfaatkan
Kantor INSA Johnson Digeledah Polisi
Cuaca Buruk di Perairan, Nelayan Melaut tanpa Hasil
Masjid di Adelaide Tawarkan Pelatihan Bela Diri Gratis
Kasus TBC di Indonesia Menurun 200 Ribu Kasus
Enam Jenazah Korban Penembakan di Christchurch Dipulangkan
Pelaku Penembakan Didoakan Dapat Hidayah
Pesan Mencegah Kemungkaran dan Tetap Konsisten
Stapac Ingin Patahkan Tradisi Final IBL
Susun Kebijakan Prioritas, Bank Data Lapan Dimanfaatkan
Kantor INSA Johnson Digeledah Polisi
Cuaca Buruk di Perairan, Nelayan Melaut tanpa Hasil
Masjid di Adelaide Tawarkan Pelatihan Bela Diri Gratis
Kasus TBC di Indonesia Menurun 200 Ribu Kasus
Enam Jenazah Korban Penembakan di Christchurch Dipulangkan
Pelaku Penembakan Didoakan Dapat Hidayah
Pesan Mencegah Kemungkaran dan Tetap Konsisten
Bamsoet Bangga Keris Indonesia Diakui Dunia
Kecelakaan Pesawat Ethiopia Mirip Lion Air JT610, Boeing Makin Terpojok
BNN Tangkap Sindikat Narkoba Jaringan Malaysia di Dumai
KOMPAK Indonesia: Proyek Jalan dan jembatan di NTT Harus Transparan
Hasil Drawing Perempat Final Piala Presiden 2019
Nikita Mirzani Beber Kriteria Calon Suami
Menyamar, Polisi Berhasil Bekuk 4 Pencuri Motor
OBU IV Bali Gelar Inspeksi Masuk ke Daerah Keamanan Terbatas
DPR Sahkan Dua Hakim Konstitusi
Pelatih Persebaya Ungkap Kekuatan Utama Arema FC
Kecelakaan Pesawat Ethiopia Mirip Lion Air JT610, Boeing Makin Terpojok
BNN Tangkap Sindikat Narkoba Jaringan Malaysia di Dumai
KOMPAK Indonesia: Proyek Jalan dan jembatan di NTT Harus Transparan
Hasil Drawing Perempat Final Piala Presiden 2019
Nikita Mirzani Beber Kriteria Calon Suami
Menyamar, Polisi Berhasil Bekuk 4 Pencuri Motor
OBU IV Bali Gelar Inspeksi Masuk ke Daerah Keamanan Terbatas
DPR Sahkan Dua Hakim Konstitusi
Pelatih Persebaya Ungkap Kekuatan Utama Arema FC