AS Diminta Sanksi Saudi karena Eksekusi Mati 37 Warganya
Posted Date : 27-04-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 294 kali.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pemerintah Amerika Serikat (AS) diminta menjatuhkan hukuman kepada Arab Saudi karena telah mengeksekusi mati 37 warganya yang dituduh terlibat dalam aktivitas terorisme.
Komisi AS Bidang Kebebasan Beragama Internasional menilai eksekusi mati yang dilakukan Saudi terhadap 37 warganya sangat mengejutkan. Terlebih kebanyakan dari mereka yang dieksekusi adalah penganut aliran Syiah. Ia mendesak Departemen Luar Negeri AS mengakhiri keringanan terhadap Riyadh.
“Eksekusi minoritas Muslim Syiah oleh Pemerintah Saudi atas dasar identitas keagamaan dan aktivisme damai tidak hanya mengejutkan, tapi juga secara langsung bertentangan dengan narasi resmi pemerintah tentang bekerja menuju modernisasi yang lebih besar serta meningkatkan kondisi kebebasan beragama,” kata ketua komisi tersebut Tenzin Dorjee, dilaporkan laman Aljazirah, Jumat (27/4).
Dorjee meminta Departemen Luar Negeri AS berhenti memberikan izin gratis kepada Pemerintah Saudi. Sebab selama bertahun-tahun banyak warga, bahkan pekerja asing, di negara tersebut yang dieksekusi hanya karena menggunakan hak fundamentalnya untuk memeluk atau meyakini agama tertentu.
Anggota Kongres AS Rashida Tlaib dan Ilhan Omar juga telah melayangkan kecaman terhadap Saudi setelah mengeksekusi 37 warganya yang dituduh terlibat terorisme. Mereka mendesak Pemerintah AS menangguhkan penjualan peralatan militer kepada Riyadh.
Tlaib, yang merupakan anggota Kongres keturunan Palestina-Amerika pertama di negara tersebut, secara khusus melayangkan kritiknya kepada Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). “Sudah tahun ini, dia telah membunuh 100 orang. Setidaknya tiga hari para remaja ditangkap dan disiksi dalam pengakuan palsu. Dia membunuh mereka karena menghadiri aksi protes! Pikirkan tentang hal itu,” kata Tlaib melalui akun Twitter pribadinya.
Sementara Omar menyebut eksekusi mati 37 warga Saudi sebagai peristiwa mengerikan. “Kita harus berhenti menjual senjata kepada Saudi dan berhenti mendukung kebrutalan ini,” kata Omar.
Ke-37 warga Saudi yang dieksekusi adalah pria. Menurut Badan Pers Saudi, mereka dieksekusi karena mengadopsi pemikiran teroris dan ekstremis. Mereka juga dituding memiliki niatan untuk membentuk sel-sel teroris dengan tujuan merusak serta mengganggu stabilitas keamanan.
Organisasi hak asasi manusia Amnesty International menyebut dari 37 warga yang dieksekusi, 32 orang di antaranya berasal dari minoritas Syiah. Amnesty mengklaim bahwa mereka telah menjadi sasaran peradilan palsu. Mereka disiksa untuk dipaksa memberi keterangan sesuai dengan tuduhan yang dilayangkan otoritas Saudi.
Di antara mereka yang dieksekusi, salah satunya diketahui bernama Abdulkareem Al Hawaj. Remaja berusia 16 tahun itu ditangkap karena dituduh terlibat dalam gerakan protes antipemerintah.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/amerika/pqm5wd382/as-diminta-sanksi-saudi-karena-eksekusi-mati-37-warganya
Komisi AS Bidang Kebebasan Beragama Internasional menilai eksekusi mati yang dilakukan Saudi terhadap 37 warganya sangat mengejutkan. Terlebih kebanyakan dari mereka yang dieksekusi adalah penganut aliran Syiah. Ia mendesak Departemen Luar Negeri AS mengakhiri keringanan terhadap Riyadh.
“Eksekusi minoritas Muslim Syiah oleh Pemerintah Saudi atas dasar identitas keagamaan dan aktivisme damai tidak hanya mengejutkan, tapi juga secara langsung bertentangan dengan narasi resmi pemerintah tentang bekerja menuju modernisasi yang lebih besar serta meningkatkan kondisi kebebasan beragama,” kata ketua komisi tersebut Tenzin Dorjee, dilaporkan laman Aljazirah, Jumat (27/4).
Dorjee meminta Departemen Luar Negeri AS berhenti memberikan izin gratis kepada Pemerintah Saudi. Sebab selama bertahun-tahun banyak warga, bahkan pekerja asing, di negara tersebut yang dieksekusi hanya karena menggunakan hak fundamentalnya untuk memeluk atau meyakini agama tertentu.
Anggota Kongres AS Rashida Tlaib dan Ilhan Omar juga telah melayangkan kecaman terhadap Saudi setelah mengeksekusi 37 warganya yang dituduh terlibat terorisme. Mereka mendesak Pemerintah AS menangguhkan penjualan peralatan militer kepada Riyadh.
Tlaib, yang merupakan anggota Kongres keturunan Palestina-Amerika pertama di negara tersebut, secara khusus melayangkan kritiknya kepada Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). “Sudah tahun ini, dia telah membunuh 100 orang. Setidaknya tiga hari para remaja ditangkap dan disiksi dalam pengakuan palsu. Dia membunuh mereka karena menghadiri aksi protes! Pikirkan tentang hal itu,” kata Tlaib melalui akun Twitter pribadinya.
Sementara Omar menyebut eksekusi mati 37 warga Saudi sebagai peristiwa mengerikan. “Kita harus berhenti menjual senjata kepada Saudi dan berhenti mendukung kebrutalan ini,” kata Omar.
Ke-37 warga Saudi yang dieksekusi adalah pria. Menurut Badan Pers Saudi, mereka dieksekusi karena mengadopsi pemikiran teroris dan ekstremis. Mereka juga dituding memiliki niatan untuk membentuk sel-sel teroris dengan tujuan merusak serta mengganggu stabilitas keamanan.
Organisasi hak asasi manusia Amnesty International menyebut dari 37 warga yang dieksekusi, 32 orang di antaranya berasal dari minoritas Syiah. Amnesty mengklaim bahwa mereka telah menjadi sasaran peradilan palsu. Mereka disiksa untuk dipaksa memberi keterangan sesuai dengan tuduhan yang dilayangkan otoritas Saudi.
Di antara mereka yang dieksekusi, salah satunya diketahui bernama Abdulkareem Al Hawaj. Remaja berusia 16 tahun itu ditangkap karena dituduh terlibat dalam gerakan protes antipemerintah.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/amerika/pqm5wd382/as-diminta-sanksi-saudi-karena-eksekusi-mati-37-warganya
Pengawal Tim Vaksinasi Ditembak, Pakistan Setop Anti-Polio
Keamanan Masjid Selandia Baru Diperketat Selama Ramadhan
AS Lancarkan Serangan Udara di Somalia, 2 Anggota ISIS Tewas
Baby Katherine Lahir, DJ Butterfly Wariskan Akun Instagram Buat Putrinya
Bukan Della Perez atau Aurel, Diego Michiels Bakal Nikahi Gadis Berhijab?
Syahrini dan Reino Bakal Gelar Resepsi Pernikahan di Jakarta, Hotman Paris Diundang?
Pantai Kejauhan, Ammar dan Irish Geser Lokasi Nikah ke Bukit Hutan Pinus
Jelang Bulan Puasa, Melody Eks JKT48 Belajar Masak
Kini Berhijab, Dinda Hauw Sumbangkan Baju-Baju Seksi
Inka Christie Menikah di Usia 44 Tahun, Istri Ridwan Kamil jadi Tamu Undangan Spesial
Keamanan Masjid Selandia Baru Diperketat Selama Ramadhan
AS Lancarkan Serangan Udara di Somalia, 2 Anggota ISIS Tewas
Baby Katherine Lahir, DJ Butterfly Wariskan Akun Instagram Buat Putrinya
Bukan Della Perez atau Aurel, Diego Michiels Bakal Nikahi Gadis Berhijab?
Syahrini dan Reino Bakal Gelar Resepsi Pernikahan di Jakarta, Hotman Paris Diundang?
Pantai Kejauhan, Ammar dan Irish Geser Lokasi Nikah ke Bukit Hutan Pinus
Jelang Bulan Puasa, Melody Eks JKT48 Belajar Masak
Kini Berhijab, Dinda Hauw Sumbangkan Baju-Baju Seksi
Inka Christie Menikah di Usia 44 Tahun, Istri Ridwan Kamil jadi Tamu Undangan Spesial
Ribuan Suku Asli Brasil Protes Kebijakan Presiden Bolsonaro
Rusia Sambut Inisiatif Trump Dorong Lucuti Senjata Nuklir
Sri Lanka: Pengebom Dipengaruhi Ide Ekstremis di Australia
Eropa: Israel Rusak Prospek Perdamaian dengan Palestina
Ibunda Aa Gym Wafat, Pimpinan MPR RI & Gubernur Jabar Berbelasungkawa
Wanita Muda Jerman Ini Tipu Bank di New York Jutaan Dolar
Presiden Bolsonaro Tak mau Brazil Jadi Surga Kaum Gay
Haniyah: Palestina Tidak akan Terima 'Kesepakatan Abad Ini' Trump
Terjadi Penembakan di Sinagog San Diego AS, Satu Orang Tewas
PBB Desak Bantuan Lanjutan untuk Muslim Rohingya
Rusia Sambut Inisiatif Trump Dorong Lucuti Senjata Nuklir
Sri Lanka: Pengebom Dipengaruhi Ide Ekstremis di Australia
Eropa: Israel Rusak Prospek Perdamaian dengan Palestina
Ibunda Aa Gym Wafat, Pimpinan MPR RI & Gubernur Jabar Berbelasungkawa
Wanita Muda Jerman Ini Tipu Bank di New York Jutaan Dolar
Presiden Bolsonaro Tak mau Brazil Jadi Surga Kaum Gay
Haniyah: Palestina Tidak akan Terima 'Kesepakatan Abad Ini' Trump
Terjadi Penembakan di Sinagog San Diego AS, Satu Orang Tewas
PBB Desak Bantuan Lanjutan untuk Muslim Rohingya