Sri Lanka: Pengebom Dipengaruhi Ide Ekstremis di Australia
Posted Date : 27-04-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 307 kali.
REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengatakan, militan yang melakukan pengeboman pada Hari Paskah dipengaruhi ide-ide ekstremis saat berada di Australia. Ia percaya salah satu penyerang mungkin telah diradikalisasi saat belajar di negara itu.
"Begitulah perasaan keluarga. Kami tahu ada beberapa militan di Australia di kalangan Muslim. Australia telah berperang (dalam perang melawan teror) di luar sana," kata Wickremesinghe di kediaman perdana menteri di Colombo, dilansir dari Guardian, Sabtu (27/4).
Ia mengungkapkan, salah satu pengebom, Abdul Lathief Jameel Mohamed, mengambil gelar pascasarjana di Universitas Swinburne Melbourne pada 2009, dan meninggalkan negara itu pada 2013. Menurutnya, pelaku telah dipengaruhi oleh ide-ide ekstremis selama periode itu.
Wickremesinghe mengonfirmasi Mohamed, yang juga belajar di Inggris, berniat meledakkan bom di hotel mewah Taj Samudra. Hotel tersebut terletak di antara Hotel Cinnamon Grand, dan Shangri-La yang diserang pada Ahad (21/4).
Namun, bahan peledak gagal meledak, dan ia mundur ke sebuah wisma tempat dia tinggal di lingkungan Dehiwala. Ketika ia mencoba memperbaiki bom, bom itu meledak tanpa sengaja, membunuhnya dan dua lainnya.
"Dia berusaha memperbaikinya dan semuanya meledak," ujar Wickremesinghe.
Saudara perempuan Mohamed, Samsul Hidaya mengatakan, Jameel Mohamed setelah kembali dari Australia menjadi seorang pria yang berbeda. "Dia menjadi serius dan menarik diri dan bahkan tidak akan tersenyum pada siapa pun yang tidak dia kenal, apalagi tertawa," kata Hidaya.
Hidaya mengatakan ia lebih sering berdebat dengan kakaknya tentang agama. "Pada awalnya dia mulai mengutip tulisan suci dan saya akan mengatakan baik, Anda benar," ucap Hidaya.
Australia melaporkan pada Jumat bahwa Mohamed, 36 tahun, sebelumnya menjadi salah satu subjek penyelidikan terorisme oleh polisi Australia. Hal itu berdasarkan pada bukti yang menghubungkannya dengan perekrut ISIS, Neil Prakash.
Dalam laporan tersebut, keduanya diyakini tidak pernah bertemu. Akan tetapi, setidaknya ada tautan online di antara mereka berdua.
Prakash, 27 tahun, merupakan tokoh terkemuka dalam video propaganda ISIS. Di mana ia mendesak umat Islam untuk melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kekhalifahan mereka.
Kewarganegaraan Australia Prakash dicabut pada Desember. Dia berada di penjara Turki dan didakwa melakukan pelanggaran terorisme.
Perburuan kaki tangan sembilan pembom bunuh diri berlanjut pada Sabtu. Seorang juru bicara militer menyatakan, mayat 15 orang, termasuk enam anak-anak, ditemukan setelah pertempuran sengit semalam di pantai timur Sri Lanka.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/pqm0dt382/sri-lanka-pengebom-dipengaruhi-ide-ekstremis-di-australia
"Begitulah perasaan keluarga. Kami tahu ada beberapa militan di Australia di kalangan Muslim. Australia telah berperang (dalam perang melawan teror) di luar sana," kata Wickremesinghe di kediaman perdana menteri di Colombo, dilansir dari Guardian, Sabtu (27/4).
Ia mengungkapkan, salah satu pengebom, Abdul Lathief Jameel Mohamed, mengambil gelar pascasarjana di Universitas Swinburne Melbourne pada 2009, dan meninggalkan negara itu pada 2013. Menurutnya, pelaku telah dipengaruhi oleh ide-ide ekstremis selama periode itu.
Wickremesinghe mengonfirmasi Mohamed, yang juga belajar di Inggris, berniat meledakkan bom di hotel mewah Taj Samudra. Hotel tersebut terletak di antara Hotel Cinnamon Grand, dan Shangri-La yang diserang pada Ahad (21/4).
Namun, bahan peledak gagal meledak, dan ia mundur ke sebuah wisma tempat dia tinggal di lingkungan Dehiwala. Ketika ia mencoba memperbaiki bom, bom itu meledak tanpa sengaja, membunuhnya dan dua lainnya.
"Dia berusaha memperbaikinya dan semuanya meledak," ujar Wickremesinghe.
Saudara perempuan Mohamed, Samsul Hidaya mengatakan, Jameel Mohamed setelah kembali dari Australia menjadi seorang pria yang berbeda. "Dia menjadi serius dan menarik diri dan bahkan tidak akan tersenyum pada siapa pun yang tidak dia kenal, apalagi tertawa," kata Hidaya.
Hidaya mengatakan ia lebih sering berdebat dengan kakaknya tentang agama. "Pada awalnya dia mulai mengutip tulisan suci dan saya akan mengatakan baik, Anda benar," ucap Hidaya.
Australia melaporkan pada Jumat bahwa Mohamed, 36 tahun, sebelumnya menjadi salah satu subjek penyelidikan terorisme oleh polisi Australia. Hal itu berdasarkan pada bukti yang menghubungkannya dengan perekrut ISIS, Neil Prakash.
Dalam laporan tersebut, keduanya diyakini tidak pernah bertemu. Akan tetapi, setidaknya ada tautan online di antara mereka berdua.
Prakash, 27 tahun, merupakan tokoh terkemuka dalam video propaganda ISIS. Di mana ia mendesak umat Islam untuk melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kekhalifahan mereka.
Kewarganegaraan Australia Prakash dicabut pada Desember. Dia berada di penjara Turki dan didakwa melakukan pelanggaran terorisme.
Perburuan kaki tangan sembilan pembom bunuh diri berlanjut pada Sabtu. Seorang juru bicara militer menyatakan, mayat 15 orang, termasuk enam anak-anak, ditemukan setelah pertempuran sengit semalam di pantai timur Sri Lanka.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/asia/pqm0dt382/sri-lanka-pengebom-dipengaruhi-ide-ekstremis-di-australia
Rusia Sambut Inisiatif Trump Dorong Lucuti Senjata Nuklir
Ribuan Suku Asli Brasil Protes Kebijakan Presiden Bolsonaro
AS Diminta Sanksi Saudi karena Eksekusi Mati 37 Warganya
Pengawal Tim Vaksinasi Ditembak, Pakistan Setop Anti-Polio
Keamanan Masjid Selandia Baru Diperketat Selama Ramadhan
AS Lancarkan Serangan Udara di Somalia, 2 Anggota ISIS Tewas
Baby Katherine Lahir, DJ Butterfly Wariskan Akun Instagram Buat Putrinya
Bukan Della Perez atau Aurel, Diego Michiels Bakal Nikahi Gadis Berhijab?
Syahrini dan Reino Bakal Gelar Resepsi Pernikahan di Jakarta, Hotman Paris Diundang?
Pantai Kejauhan, Ammar dan Irish Geser Lokasi Nikah ke Bukit Hutan Pinus
Ribuan Suku Asli Brasil Protes Kebijakan Presiden Bolsonaro
AS Diminta Sanksi Saudi karena Eksekusi Mati 37 Warganya
Pengawal Tim Vaksinasi Ditembak, Pakistan Setop Anti-Polio
Keamanan Masjid Selandia Baru Diperketat Selama Ramadhan
AS Lancarkan Serangan Udara di Somalia, 2 Anggota ISIS Tewas
Baby Katherine Lahir, DJ Butterfly Wariskan Akun Instagram Buat Putrinya
Bukan Della Perez atau Aurel, Diego Michiels Bakal Nikahi Gadis Berhijab?
Syahrini dan Reino Bakal Gelar Resepsi Pernikahan di Jakarta, Hotman Paris Diundang?
Pantai Kejauhan, Ammar dan Irish Geser Lokasi Nikah ke Bukit Hutan Pinus
Eropa: Israel Rusak Prospek Perdamaian dengan Palestina
Ibunda Aa Gym Wafat, Pimpinan MPR RI & Gubernur Jabar Berbelasungkawa
Wanita Muda Jerman Ini Tipu Bank di New York Jutaan Dolar
Presiden Bolsonaro Tak mau Brazil Jadi Surga Kaum Gay
Haniyah: Palestina Tidak akan Terima 'Kesepakatan Abad Ini' Trump
Terjadi Penembakan di Sinagog San Diego AS, Satu Orang Tewas
PBB Desak Bantuan Lanjutan untuk Muslim Rohingya
Kemenag Tetapkan 34 Lokasi Rukyatul Hilal di 43 Provinsi
Wasekjen MUI Pertanyakan Film LGBT "Kucumbu Tubuh Indahku" Bisa Lulus Sensor
ARI Gelar Pelatihan dan Simulasi Siaga Bencana untuk Pelajar Sleman
Ibunda Aa Gym Wafat, Pimpinan MPR RI & Gubernur Jabar Berbelasungkawa
Wanita Muda Jerman Ini Tipu Bank di New York Jutaan Dolar
Presiden Bolsonaro Tak mau Brazil Jadi Surga Kaum Gay
Haniyah: Palestina Tidak akan Terima 'Kesepakatan Abad Ini' Trump
Terjadi Penembakan di Sinagog San Diego AS, Satu Orang Tewas
PBB Desak Bantuan Lanjutan untuk Muslim Rohingya
Kemenag Tetapkan 34 Lokasi Rukyatul Hilal di 43 Provinsi
Wasekjen MUI Pertanyakan Film LGBT "Kucumbu Tubuh Indahku" Bisa Lulus Sensor
ARI Gelar Pelatihan dan Simulasi Siaga Bencana untuk Pelajar Sleman