Perjuangan Vaggelis Chatzis, Sang Petinju Bertangan Satu
Posted Date : 13-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 193 kali.
Suara.com - Cobra julukannya. Penonton riuh ketika namanya disebut. Memasuki arena dengan topeng berwarna hitam, dia langsung memeluk lawannya saat naik ke ring.
Kala baku hantam, pukulan demi pukulan dilancarkannya. Tanpa henti dia berjuang. Persis seperti ular kobra menyerang mangsa dan menancapkan bisanya.
Tapi dia lain. Dia berbeda dari petinju kebanyakan. Cobra hanya memiliki satu tangan. Dia hanya melancarkan pukulan menggunakan tangan kirinya.
Sementara, lengan kanannya ikut sesekali melancarkan pukulan. Meski jangkauannya tidak jauh, lengan kanan ini cukup bikin kewalahan.
Nama aslinya Vaggelis Chatzis. Kisah Vaggelis disebut banyak orang sebagai kisah orang-orang yang terbuang, namun cukup inspiratif.
Lengan kanannya diamputasi dari tangan hingga sikut ketika dia masih bayi. Tapi, dia tumbuh menjadi petarung tangguh yang dikenal sebagai petinju bertangan satu.
Vaggelis lahir dengan kondisi tumor yang sudah menjadi kanker di lengan kanannya. Jika tidak diamputasi, lengan kanannya akan digerogoti sel kanan dan bisa mengancam nyawanya.
Kala itu, dia baru berusia 3 bulan. Sepanjang hayatnya, pria asal Yunani itu hanya menggunakan tangan kirinya.
Meski difabel, Vaggelis tumbuh menjadi bocah yang tangguh. Dia kerap dirisak oleh teman sepermainannya. Mereka mencemooh tangan prostetiknya. Vaggelis pun dijuluki kapten Hook, sosok bajak laut musuh Peter Pan.
Hal ini membuatnya tumbuh menjadi sosok pemarah. Acapkali, amarah Vaggelis menimbulkan masalah baginya.
Vaggelis sempat terjerambab ke jurang nista. Dia salah bergaul. Hampir setiap waktu, dia menghabiskan waktu dengan minum-minum, berpesta dan berkelahi.
Suatu ketika, dia mencapai titik balik. Hal itu terjadi kala dia berkenalan dengan dunia tinju. Saat itu pula, dia mulai jatuh cinta dengan arena pertarungan.
"Ini seperti ketika kamu bertemu seorang perempuan yang sangat cantik. Kamu melihatnya sekali, dan langsung jatuh cinta," ujar Vaggelis, sepert dikutip dari Oddity Central, Selasa (12/2/2019), menggambarkan pengalaman pertamanya di sasana tinju.
Awal perkenalan Vaggelis dengan dunia tinju 10 tahun silam, setelah pindah ke dataran Inggris untuk mengejar mimpi terbesar keduanya: memasak.
Di sanalah, pria 31 tahun tersebut bersamuh dengan pelatih pertamanya, Tony Lang, yang juga pemilik sebuah sasana tinju. Dia mengundang Vaggelis untuk menjajalnya.
Vaggelis memang selalu antusias menyaksikan tayangan laga tinju di TV. Namun, tidak pernah terbayang bisa naik ke ring sebagai seorang petinju. Tapi itu kenyataannya.
Meski kehilangan satu tangan, Vaggelis menunjukkan bakatnya dalam baku hantam di ring tinju. Bakat itu dipadukan dengan semangat untuk menantang diri sendiri. Perpaduan itu membuat Vaggelis menjadi sosok yang berbahaya di atas ring.
Pelatih pun berinisatif untuk memasangkan sarung tinju ke tangan kanannya. Dengan begitu, Vaggelis bisa bertinju dengan kedua tangannya.
Dengan kondisi seperti itu, Vaggelis pun mengadopsi gaya bertinju yang tidak biasa dan kerap kali membuat lawan kewalahan memblok pukulannya.
Perjalanan kariernya bukan tanpa hadangan. Beberapa kali Vaggelis menghadapi tantangan, seperti isu kesehatan yang menghalangi bertinju.
Tapi, Vaggelis mendobrak segala kemungkinan dan halangan. Dia tidak gentar. Pada 2015, dia memulai debut sebagai petinju profesional di Athena di depan lebih dari 3.000 penonton, termasuk keluarganya.
Dalam laga itu, dia menang dan membuat sejarah dalam dunia tinju. Meski sempat menang, Vaggelis kalah di pertarungan ke-2. Dia menderita cedera serius yang mengharuskannya untuk absen bertarung selama 2,5 tahun.
Di saat petinju lain mungkin memutuskan pensiun setelah hiatus cukup lama, Vaggelis malah sebaliknya. Dia mulai berlatih dan bersabar untuk menghadapi pertarungan berikutnya.
Pada Desember 2018, waktu yang dinantikan tiba. Dia kembali ke ring tinju dan mengalahkan petinju asal Bosnia, Mikro Zdrazdo. Kini, Vaggelis berencana untuk kembali ke Los Angeles, Amerika Serikat, untuk melanjutkan pelatihan dan membawa kariernya ke level selanjutnya.
"Saya masih memiliki waktu, meski sedikit, dalam karier bertinju saya. Saya bisa bertarung hingga usia saya menginjak 35 tahun. Saya ingin kembali ke LA untuk melanjutkan apa yang saya tinggal. Saya tidak akan berhenti hingga saya mencapai sukses," ujar Vaggelis kepada Greek Reporter.
Di waktu luang, Vaggelis berlatih di rumahnya di Athena, Yunani. Dia juga menghabiskan waktu dengan melatih suksesornya, terutama para penyandang difabel.
Vaggelis berharap kisahnya bisa menginspirasi orang lain untuk mendobrak batasan dan mencapai impian.
"Untuk orang-orang yang berada di situasi yang sama, saya imbau untuk tidak mendengarkan orang lain. Lakukan sesuai yang hatimu inginkan dan kejarlah mimpimu," tutur Vaggelis dalam sebuah wawancara dengan Story Trender.
"Kita menaruh batasan untuk diri sendiri, dan terserah kita untuk mendobraknya," ujar Vaggelis.
Sumber : https://www.suara.com/sport/2019/02/12/131957/perjuangan-vaggelis-chatzis-sang-petinju-bertangan-satu
Kala baku hantam, pukulan demi pukulan dilancarkannya. Tanpa henti dia berjuang. Persis seperti ular kobra menyerang mangsa dan menancapkan bisanya.
Tapi dia lain. Dia berbeda dari petinju kebanyakan. Cobra hanya memiliki satu tangan. Dia hanya melancarkan pukulan menggunakan tangan kirinya.
Sementara, lengan kanannya ikut sesekali melancarkan pukulan. Meski jangkauannya tidak jauh, lengan kanan ini cukup bikin kewalahan.
Nama aslinya Vaggelis Chatzis. Kisah Vaggelis disebut banyak orang sebagai kisah orang-orang yang terbuang, namun cukup inspiratif.
Lengan kanannya diamputasi dari tangan hingga sikut ketika dia masih bayi. Tapi, dia tumbuh menjadi petarung tangguh yang dikenal sebagai petinju bertangan satu.
Vaggelis lahir dengan kondisi tumor yang sudah menjadi kanker di lengan kanannya. Jika tidak diamputasi, lengan kanannya akan digerogoti sel kanan dan bisa mengancam nyawanya.
Kala itu, dia baru berusia 3 bulan. Sepanjang hayatnya, pria asal Yunani itu hanya menggunakan tangan kirinya.
Meski difabel, Vaggelis tumbuh menjadi bocah yang tangguh. Dia kerap dirisak oleh teman sepermainannya. Mereka mencemooh tangan prostetiknya. Vaggelis pun dijuluki kapten Hook, sosok bajak laut musuh Peter Pan.
Hal ini membuatnya tumbuh menjadi sosok pemarah. Acapkali, amarah Vaggelis menimbulkan masalah baginya.
Vaggelis sempat terjerambab ke jurang nista. Dia salah bergaul. Hampir setiap waktu, dia menghabiskan waktu dengan minum-minum, berpesta dan berkelahi.
Suatu ketika, dia mencapai titik balik. Hal itu terjadi kala dia berkenalan dengan dunia tinju. Saat itu pula, dia mulai jatuh cinta dengan arena pertarungan.
"Ini seperti ketika kamu bertemu seorang perempuan yang sangat cantik. Kamu melihatnya sekali, dan langsung jatuh cinta," ujar Vaggelis, sepert dikutip dari Oddity Central, Selasa (12/2/2019), menggambarkan pengalaman pertamanya di sasana tinju.
Awal perkenalan Vaggelis dengan dunia tinju 10 tahun silam, setelah pindah ke dataran Inggris untuk mengejar mimpi terbesar keduanya: memasak.
Di sanalah, pria 31 tahun tersebut bersamuh dengan pelatih pertamanya, Tony Lang, yang juga pemilik sebuah sasana tinju. Dia mengundang Vaggelis untuk menjajalnya.
Vaggelis memang selalu antusias menyaksikan tayangan laga tinju di TV. Namun, tidak pernah terbayang bisa naik ke ring sebagai seorang petinju. Tapi itu kenyataannya.
Meski kehilangan satu tangan, Vaggelis menunjukkan bakatnya dalam baku hantam di ring tinju. Bakat itu dipadukan dengan semangat untuk menantang diri sendiri. Perpaduan itu membuat Vaggelis menjadi sosok yang berbahaya di atas ring.
Pelatih pun berinisatif untuk memasangkan sarung tinju ke tangan kanannya. Dengan begitu, Vaggelis bisa bertinju dengan kedua tangannya.
Dengan kondisi seperti itu, Vaggelis pun mengadopsi gaya bertinju yang tidak biasa dan kerap kali membuat lawan kewalahan memblok pukulannya.
Perjalanan kariernya bukan tanpa hadangan. Beberapa kali Vaggelis menghadapi tantangan, seperti isu kesehatan yang menghalangi bertinju.
Tapi, Vaggelis mendobrak segala kemungkinan dan halangan. Dia tidak gentar. Pada 2015, dia memulai debut sebagai petinju profesional di Athena di depan lebih dari 3.000 penonton, termasuk keluarganya.
Dalam laga itu, dia menang dan membuat sejarah dalam dunia tinju. Meski sempat menang, Vaggelis kalah di pertarungan ke-2. Dia menderita cedera serius yang mengharuskannya untuk absen bertarung selama 2,5 tahun.
Di saat petinju lain mungkin memutuskan pensiun setelah hiatus cukup lama, Vaggelis malah sebaliknya. Dia mulai berlatih dan bersabar untuk menghadapi pertarungan berikutnya.
Pada Desember 2018, waktu yang dinantikan tiba. Dia kembali ke ring tinju dan mengalahkan petinju asal Bosnia, Mikro Zdrazdo. Kini, Vaggelis berencana untuk kembali ke Los Angeles, Amerika Serikat, untuk melanjutkan pelatihan dan membawa kariernya ke level selanjutnya.
"Saya masih memiliki waktu, meski sedikit, dalam karier bertinju saya. Saya bisa bertarung hingga usia saya menginjak 35 tahun. Saya ingin kembali ke LA untuk melanjutkan apa yang saya tinggal. Saya tidak akan berhenti hingga saya mencapai sukses," ujar Vaggelis kepada Greek Reporter.
Di waktu luang, Vaggelis berlatih di rumahnya di Athena, Yunani. Dia juga menghabiskan waktu dengan melatih suksesornya, terutama para penyandang difabel.
Vaggelis berharap kisahnya bisa menginspirasi orang lain untuk mendobrak batasan dan mencapai impian.
"Untuk orang-orang yang berada di situasi yang sama, saya imbau untuk tidak mendengarkan orang lain. Lakukan sesuai yang hatimu inginkan dan kejarlah mimpimu," tutur Vaggelis dalam sebuah wawancara dengan Story Trender.
"Kita menaruh batasan untuk diri sendiri, dan terserah kita untuk mendobraknya," ujar Vaggelis.
Sumber : https://www.suara.com/sport/2019/02/12/131957/perjuangan-vaggelis-chatzis-sang-petinju-bertangan-satu
Tante Tia Tewas Dibunuh Brondong setelah Hubungan Seks di Kuburan
Priyanka Chopra Tak Ingin Teburu-buru Memiliki Anak
Gara-gara Kemacetan, AS Rugi Rp 113,5 Triliun Pada 2018
Setiap Valentine, Turki Berhasil Jual Bunga Sampai Rp 6,6 Triliun
Terungkap Sebab Terbakarnya Kios Bensin Koja
Buron Kasus Pajak Rp 20 Miliar Ini Akhirnya Tertangkap di Pontianak
Jusuf Kalla Isyaratkan Ada Pemain Lain di Luar Pertamina Garap Bisnis Avtur di Bandara
Keanehan Sebelum Fitri Yu Dibuinuh
KPK Geledah Rumah Dirut Jasa Marga terkait Dugaan Korupsi Proyek Waskita Karya
Serangan Berdarah di Gereja St Lidwina Sleman Setahun Lalu
Priyanka Chopra Tak Ingin Teburu-buru Memiliki Anak
Gara-gara Kemacetan, AS Rugi Rp 113,5 Triliun Pada 2018
Setiap Valentine, Turki Berhasil Jual Bunga Sampai Rp 6,6 Triliun
Terungkap Sebab Terbakarnya Kios Bensin Koja
Buron Kasus Pajak Rp 20 Miliar Ini Akhirnya Tertangkap di Pontianak
Jusuf Kalla Isyaratkan Ada Pemain Lain di Luar Pertamina Garap Bisnis Avtur di Bandara
Keanehan Sebelum Fitri Yu Dibuinuh
KPK Geledah Rumah Dirut Jasa Marga terkait Dugaan Korupsi Proyek Waskita Karya
Serangan Berdarah di Gereja St Lidwina Sleman Setahun Lalu
Jalan Rusak Parah, Wati Kena Usus Buntu, Dibawa Tandu Sarung ke Puskesmas
Lolos 16 Besar Piala Indonesia, PSIS Siap Hadapi Bhayangkara FC
Diteriaki Saat Merampok, Pria di Riau Bunuh Wanita di Depan 2 Anaknya
Banyuwangi Festival Siapkan 30 Atraksi Wisata Khusus untuk Milenial
Belanda Butuh Ribuan Perawat dari Indonesia, Gajinya 25 Juta Per Bulan
Bangun Pabrik Baru, Krakatau Steel Targetkan 10 Juta Produk Baja
Sentra Jagung Nasional Dipastikan Sedang Panen Raya
Kisah Tragis Imigran Venezuela Terjebak Prostitusi di Kolumbia
Detik-detik Ular Piton 4 Meter Telan Walabi Besar
Hujan Lokal Bakal Guyur Sebagian Jakarta
Lolos 16 Besar Piala Indonesia, PSIS Siap Hadapi Bhayangkara FC
Diteriaki Saat Merampok, Pria di Riau Bunuh Wanita di Depan 2 Anaknya
Banyuwangi Festival Siapkan 30 Atraksi Wisata Khusus untuk Milenial
Belanda Butuh Ribuan Perawat dari Indonesia, Gajinya 25 Juta Per Bulan
Bangun Pabrik Baru, Krakatau Steel Targetkan 10 Juta Produk Baja
Sentra Jagung Nasional Dipastikan Sedang Panen Raya
Kisah Tragis Imigran Venezuela Terjebak Prostitusi di Kolumbia
Detik-detik Ular Piton 4 Meter Telan Walabi Besar
Hujan Lokal Bakal Guyur Sebagian Jakarta