Alami Kebocoran Jantung dan Katarak, Bayi Mungil Ini Butuh Bantuan Pengobatan
Posted Date : 19-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 210 kali.
KUNINGAN– Alifa Qalesya Barizah, seorang balita berusia 2 tahun asal Kuningan, saat ini tengah berjuang melawan virus Congenital Rubella Syndrom (CRS), yang ia dapat ketika masih dalam kandungan.
Dampak dari virus tersebut, Alifa mengalami banyak masalah kesehatan. Balita cantik ini mengalami katarak di kedua mata, jantung bocor, keterlambatan tumbuh kembang, dan tuli berat.
Alifa terlahir dari keluarga kurang mampu, ayahnya hanyalah bekerja sebagai serabutan dengan penghasilan minim dan tidak tentu. Ibu Alifa tidak bekerja dikarenakan fokus merawat putri kecilnya. Saat ini mereka tinggal di sebuah kontrakan kecil di wilayah Kuningan.
Doa dan perjuanggan terus dilakukan oleh sang Ibu, Lia Siti Nurjanah. Lewat sejumlah pengobatan dan konsultasi dengan berbagai dokter spesialis.
“Saya akan melakukan apapun untuk kesembuhan Alifa, meskipun saya mesti pinjam kesana sini untuk biaya berobat Alifa,” kata Lia.
Lia menceritakan jika pada mulanya, ia dan suami hanya menyangka tubuh mungil anaknya disebabkan hanya kekurangan gizi. Namun saat usia anaknya menginjak 1,5 bulan kelainan terlihat di kedua mata anaknya. Mengetahui hal tersebut, Lia pun langsung membawa putri kecilnya ke dokter terdekat
“Dokter mengdiagnosa Alifa terkena katarak di kedua matanya akibat virus Congenital Rubella Syndrom, berat badan Alifa yang kurang pun disebabkan oleh virus itu,” ungkap Lia.
Keinginan sembuh untuk sang anak membuatnya terus bersemangat mencari pengobatan di sejumlah rumah sakit. Atas saran seorang dokter pada awal pemeriksaan, akhirnya Alifah dibawa untuk ke tahap pengobatan lanjutan.
Usai kembali diperiksa, kesabaran Lia dan suami mesti lebih ditingkatkan, pasalnya dokter mengdiagnosa penyakit lain pada putri kecil mereka. Alifa didiagnosa mengalami Kebocoran Jantung sebesar tiga milimeter.
“Saat itu hati kami sangat hancur, badan saya lemas, saya tidak tega sama Alifa yang harus menanggung semua ini, ” ungkap Lia.
Tidak lama dari diagnosa tersebut, Lia dan suami kembali memeriksa putri kecilnya tersebut. Dan mereka pun kembali dibuat kaget dengan diagnosa baru putri kecilnya. Dokter kembali mendiagnosa kalau pendengaran Alifa mengalami gangguan. Virus CRS tersebut telah membuat Alifa tidak bisa mendengar.
Orang tua Alifa belum bisa memasangkan alat bantu mendengar untuk putrinya tersebut. Keterbatasan biaya menjadi alasan utama mereka.
“Saat ini kami sangat kebingungan dengan biaya pengobatan Alifa, penghasilan bapak hanya cukup untuk biaya makan dan untuk menyicil sedikit demi sedikit hutang kami,” papar Lia.
Lia mengatakan jika saat ini putri kecilnya gampang terkena sakit, kondisi jantung Alifa yang bocor menjadi l penyebabnya.
Besar harapan Lia dan suami melihat putri kecilnya tumbuh normal seperti balita seusianya.
Dalam upaya membantu meringankan beban Lia dan menyembuhkan Alifa, kami mengajak masyarakat Indonesia untuk menyisihkan rezekinya untuk mereka. []
Sumber : https://www.islampos.com/alami-kebocoran-jantung-dan-katarak-bayi-mungil-ini-butuh-bantuan-pengobatan-127662/
Dampak dari virus tersebut, Alifa mengalami banyak masalah kesehatan. Balita cantik ini mengalami katarak di kedua mata, jantung bocor, keterlambatan tumbuh kembang, dan tuli berat.
Alifa terlahir dari keluarga kurang mampu, ayahnya hanyalah bekerja sebagai serabutan dengan penghasilan minim dan tidak tentu. Ibu Alifa tidak bekerja dikarenakan fokus merawat putri kecilnya. Saat ini mereka tinggal di sebuah kontrakan kecil di wilayah Kuningan.
Doa dan perjuanggan terus dilakukan oleh sang Ibu, Lia Siti Nurjanah. Lewat sejumlah pengobatan dan konsultasi dengan berbagai dokter spesialis.
“Saya akan melakukan apapun untuk kesembuhan Alifa, meskipun saya mesti pinjam kesana sini untuk biaya berobat Alifa,” kata Lia.
Lia menceritakan jika pada mulanya, ia dan suami hanya menyangka tubuh mungil anaknya disebabkan hanya kekurangan gizi. Namun saat usia anaknya menginjak 1,5 bulan kelainan terlihat di kedua mata anaknya. Mengetahui hal tersebut, Lia pun langsung membawa putri kecilnya ke dokter terdekat
“Dokter mengdiagnosa Alifa terkena katarak di kedua matanya akibat virus Congenital Rubella Syndrom, berat badan Alifa yang kurang pun disebabkan oleh virus itu,” ungkap Lia.
Keinginan sembuh untuk sang anak membuatnya terus bersemangat mencari pengobatan di sejumlah rumah sakit. Atas saran seorang dokter pada awal pemeriksaan, akhirnya Alifah dibawa untuk ke tahap pengobatan lanjutan.
Usai kembali diperiksa, kesabaran Lia dan suami mesti lebih ditingkatkan, pasalnya dokter mengdiagnosa penyakit lain pada putri kecil mereka. Alifa didiagnosa mengalami Kebocoran Jantung sebesar tiga milimeter.
“Saat itu hati kami sangat hancur, badan saya lemas, saya tidak tega sama Alifa yang harus menanggung semua ini, ” ungkap Lia.
Tidak lama dari diagnosa tersebut, Lia dan suami kembali memeriksa putri kecilnya tersebut. Dan mereka pun kembali dibuat kaget dengan diagnosa baru putri kecilnya. Dokter kembali mendiagnosa kalau pendengaran Alifa mengalami gangguan. Virus CRS tersebut telah membuat Alifa tidak bisa mendengar.
Orang tua Alifa belum bisa memasangkan alat bantu mendengar untuk putrinya tersebut. Keterbatasan biaya menjadi alasan utama mereka.
“Saat ini kami sangat kebingungan dengan biaya pengobatan Alifa, penghasilan bapak hanya cukup untuk biaya makan dan untuk menyicil sedikit demi sedikit hutang kami,” papar Lia.
Lia mengatakan jika saat ini putri kecilnya gampang terkena sakit, kondisi jantung Alifa yang bocor menjadi l penyebabnya.
Besar harapan Lia dan suami melihat putri kecilnya tumbuh normal seperti balita seusianya.
Dalam upaya membantu meringankan beban Lia dan menyembuhkan Alifa, kami mengajak masyarakat Indonesia untuk menyisihkan rezekinya untuk mereka. []
Sumber : https://www.islampos.com/alami-kebocoran-jantung-dan-katarak-bayi-mungil-ini-butuh-bantuan-pengobatan-127662/
Alami Kebocoran Jantung dan Katarak, Bayi Mungil Ini Butuh Bantuan Pengobatan
Sempat Nonton Debat Capres, Begini Komentar Habib Rizieq Shihab
Kehidupan Baru Gadis Murtad Asal Saudi: Tenggak Anggur dan Isap Rokok
Laba Minim Tesla akan PHK 3.000 Pekerja
Bandara Louisville Akan Berganti Nama Menjadi Muhammad Ali
Rocky Gerung: Debat Capres ‘Hapalan’ Tidak Layak Ditonton
Kalahkan Artis Rp80 Juta, Kritik Pedas Rocky Gerung ke KPU Jadi Trending di Youtube
PKS: Arahan Saling Apresiasi di Debat Perdana Capres Kayak Anak SMA
Tiga Ekor Sapi Mati Mendadak, Dokter Hewan: Keracunan Makanan
Kutub Magnet Bumi Bergeser, Perlukah Indonesia Revisi Arah Mata Angin?
Sempat Nonton Debat Capres, Begini Komentar Habib Rizieq Shihab
Kehidupan Baru Gadis Murtad Asal Saudi: Tenggak Anggur dan Isap Rokok
Laba Minim Tesla akan PHK 3.000 Pekerja
Bandara Louisville Akan Berganti Nama Menjadi Muhammad Ali
Rocky Gerung: Debat Capres ‘Hapalan’ Tidak Layak Ditonton
Kalahkan Artis Rp80 Juta, Kritik Pedas Rocky Gerung ke KPU Jadi Trending di Youtube
PKS: Arahan Saling Apresiasi di Debat Perdana Capres Kayak Anak SMA
Tiga Ekor Sapi Mati Mendadak, Dokter Hewan: Keracunan Makanan
Kutub Magnet Bumi Bergeser, Perlukah Indonesia Revisi Arah Mata Angin?
Rizqi Sama Gaji Mah Beda
Israel Bunuh 50 Anak Gaza pada 2018
Infrastruktur Bukan Tolok Ukur Kesejahteraan
Ketua API Jabar Serukan Umat Selalu Ikuti Komando Ulama
Cerita “Teroris” Penyerang Gedung Putih: Jebakan Senjata Berujung Penangkapan
Analis Politik: Kedua Paslon Gagal Paham Soal HAM
Kabagbanops Densus 88: Radikal Itu Mindset, Disebut Teroris Kalau Lakukan Teror
Demo Gaza, Tentara Israel Lukai 30 Orang Palestina
Sekjen PBB: Tersedia Instrumen Untuk Penyeledikan Kasus Pembunuhan Khashoggi
AS Tidak Masuk 20 Negara Teratas di Indeks Demokrasi Global
Israel Bunuh 50 Anak Gaza pada 2018
Infrastruktur Bukan Tolok Ukur Kesejahteraan
Ketua API Jabar Serukan Umat Selalu Ikuti Komando Ulama
Cerita “Teroris” Penyerang Gedung Putih: Jebakan Senjata Berujung Penangkapan
Analis Politik: Kedua Paslon Gagal Paham Soal HAM
Kabagbanops Densus 88: Radikal Itu Mindset, Disebut Teroris Kalau Lakukan Teror
Demo Gaza, Tentara Israel Lukai 30 Orang Palestina
Sekjen PBB: Tersedia Instrumen Untuk Penyeledikan Kasus Pembunuhan Khashoggi
AS Tidak Masuk 20 Negara Teratas di Indeks Demokrasi Global