Para Dai Ditekankan bisa Menulis untuk Berdakwah

Posted Date : 22-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 163 kali.


Hidayatullah.com– Para dai ditekankan agar dalam dakwahnya juga dapat menulis. Demikian salah satu poin dari acara Pelatihan Dai Menulis yang digelar di Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad (20/01/2019).

Wartawan senior Irwan Kelana menekankan para dai untuk dapat menulis dengan memanfaatkan sarana yang tersedia, terutama media sosial.

“Media sosial dapat digunakan para dai untuk menulis sebagai sarana dakwah. Untuk apa dai menulis, pertama mengabarkan berita kegiatan, kedua menginspirasi, ketiga mengedukasi, dan keempat mengajak partisipasi,” jelasnya sebagai salah seorang pembicara.

Untuk dapat menjalankan hal tersebut, Irwan Kelana yang juga cerpenis itu mendorong agar para dai memiliki sudut pandang yang benar.

“Dalam menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah, para dai mesti memahami bahwa kegiatan menulis pengalaman berdakwah adalah jalan dakwah. Jadi, bukan riya atau sum’ah, melainkan tahaddus binni’mah,” tegas jurnalis Republika ini.

Dalam acara yang dimoderatori Ketua Umum Penulis Muda Indonesia (PENA) Imam Nawawi itu, hadir pula sebagai pemateri, Mahladi wartawan senior hidayatullah.com.

Mahladi mengatakan, pantangan dalam menulis itu cuma ada tiga. Yaitu memulai menulis, mengatasi godaan untuk berhenti menulis, dan bagaimana berusaha selalu menjadi lebih baik.

Menurutnya, cara menulis bagus itu cuma butuh dua kata; “Perbaiki Niat”. Kalau niat sudah lurus maka akan mudah ke depannya. Biar tulisan menarik, kuncinya pada data atau diksi pilihan kata yang baik.

“Kalau ada data mau diapakan juga akan menarik.”

Sedangkan diksi bermain pada suku kata, mengolah kata, bagaimana data yang sederhana menjadi informasi yang menarik. Di sisi lain, disebutkan, kebanyakan orang malas menulis karena tidak mendapat apresiasi.

Sebenarnya, menulis itu mudah; ambil pulpen, kertas, lalu menulis, selesai. Menulis pun sederhana sekali. Hanya menggunakan 5W+1H; What, Who, Where, When, Why + How (apa, siapa, dimana, kapan, kenapa, dan bagaimana). Hanya itu saja yang di ulang-ulang.

“Mungkin bagi kita tidak menarik tapi bagi orang orang yang membaca menarik. Ada gambar, terus ada deskripsinya di bawah pasti orang senang karena dapat informasi.”

PENA Jabodebek

Di akhir acara pelatihan dai menulis tersebut, dilakukan peluncuran PENA Jabodebek. Simbolisasi penyerahan amanah Ketua PENA Jabodebek dilakukan Imam kepada saudara Hidayatullah, aktivis dakwah di Bekasi.

Imam menjelaskan, fokus utama PENA ada tiga hal. Pertama, mengadakan kegiatan menulis. Kedua, membuat kelompok-kelompok menulis. Ketiga, menerbitkan tulisan-tulisan seluruh anggotanya.

Literasi menjadi penting di tengah peradaban manusia, ia menjadi senjata utama bagi perubahan.

“Saat ini kita sedang menghadapi perang literasi, kita akan menjadi subjek yang membawa perubahan untuk literasi Islam itu ke depan,” ujar Imam dalam acara di Islamic Center Bekasi pada rangkaian acara Raker Wilayah Jabodebek Hidayatullah IV itu.

Siapa saja boleh terlibat, dalam kegiatan tulis menulis di PENA.

“PENA membuka diri untuk siapa pun yang mau terlibat aktif di dalam kegiatan tulis menulis,” ajaknya.

Sekarang PENA sudah hadir di beberapa kota antara lain, Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar. Akan hadir pula di Jogja dalam waktu dekat.

Ada pun kegiatan halaqoh menulis yang disampaikan oleh pemateri bisa jadi akan selalu beriringan, saling mendukung.

“Jadi insyaallah ada irisan dengan apa yang disampaikam oleh ust Mahladi Murni, kalau ada yang namanya halaqoh menulis maka di situ bisa juga menjadi bagian dari PENA itu sendiri.”* Ibnu Sufyan/Abu Ilmia/PENA

Rep: Admin Hidcom

Sumber : https://www.hidayatullah.com/berita/berita-dari-anda/read/2019/01/21/158714/para-dai-ditekankan-bisa-menulis-untuk-berdakwah.html