Pemimpin Ingkar Janji Beban Bagi Rakyat

Posted Date : 22-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 211 kali.


“Saya tidak memiliki beban masa lalu sehingga enak dalam bekerja, enak dalam memberi perintah.”

Jawaban Jokowi menanggapi pertanyaan Capres 02 Prabowo Subianto dalam Debat Capres 2019 di Hotel Bidakara, Jaksel, 17/1/2019, terus terang menggelitik penulis. Dengan mudah diucapkan oleh seorang pemimpin yang notebene masih menjabat sebagai presiden, sekaligus petahana dalam Pilpres 2019.

Entah jawaban itu dijawab secara sadar atau tidak. Mengingat dalam Debat Capres kali ini kisi-kisi materi telah disiapkan oleh KPU. Tapi kok kesannya dengan mudah diucapkan. Seolah melupakan bagaimana jejak kelam yang ia torehkan selama 4 tahun menjabat.

Sebab tak bijak rasanya bagi seorang petahana yang masih menjabat presiden, mengucapkan pernyataan yang seolah menggampangkan masalah. Padahal faktanya setumpuk beban berat ia timpakan pada pundak-pundak rakyatnya. Bahkan hingga detik ia berkata, beban berat yang disebabkan oleh berbagai kebijakan yang ia buat masih membelenggu rakyat.

Menolak lupa deret panjang janji palsu yang ditebarkan pada kampanye Pilpres 2014. Telah membius dan membuai rakyat dalam pusara janji manis yang berujung pahit. Hingga hari ini pun janji-janji tersebut masih terpatri dalam ingatan dan memori rakyat.

Masih tersimpan rapi bagaimana harapan indah yang Jokowi ucapkan di panggung-panggung kampanye 2014. Bahwa perekonomian akan meroket jika ia terpilih menjadi presiden. Faktanya, pertumbuhan ekonomi jauh dari harapan. Bahkan tahun ini angka pertumbuhan lebih rendah dari yang ditargetkan dalam APBN 2018 sebesar 5,4 persen.

Janji membuka 10 juta lapangan kerja bagi rakyat pun seolah baru kemarin diucapkan. Namun, hingga hari ini janji tersebut hanya pepesan kosong belaka. Sebaliknya gelombang PHK massal menjadi fakta hari ini.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mencatat total buruh yang di-PHK sepanjang tahun 2018 mencapai 15 ribu lebih. Masih berdasarkan catatan KSPI, sektor industri yang akan terancam gelombang PHK meliputi garmen, tekstil, elektronik, otomotif, farmasi, industri baja, semen dan sebagainya. (republika.co.id, 15/1/2019).

Sementara itu ditandatanganinya Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) pada 26 Maret 2018 oleh Jokowi, semakin mempermudah TKA masuk ke Indonesia. Membanjirnya TKA dari China baik legal maupun ilegal di berbagai kawasan Indonesia menjadi rahasia umum hari ini.

Tebar janji stop impor pun hanya menjadi mimpi di siang bolong. Tercatat selama tahun 2018, 2 juta ton beras diimpor dari Vietnam dan Thailand. Jagung pun tak luput dari impor. Tercatat 100 ribu ton jagung impor masuk ke Indonesia. Padahal menurut data Badan Ketahanan Pangan(BKP) Kementan, Indonesia surplus 12, 98 juta ton jagung tahun ini. (detik.com, 3/11/2018).

Sementara itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihimpun Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Indonesia mengimpor gula sebanyak 4,6 juta ton pada periode Januari-November 2018. Indonesia bahkan memecahkan rekor sebagai pengimpor gula tertinggi di dunia. (kumparan.com, 14/1/2019).

Utang pemerintah yang kian meroket juga menjadi beban tersendiri bagi rakyat. Tercatat total utang pemerintah pusat per November 2018 sebesar Rp4.395,9 triliun (cnbcindonesia.com, 31/12/2018).

Pada medio April 2017, Sri Mulyani pernah mengatakan dengan jumlah rasio utang Indonesia sebesar 27 persen dari Gross Domestic Product (GDP) sekitar Rp13 ribu triliun, maka setiap masyarakat di Indonesia memiliki utang sebesar US$997 per kepala atau sekitar Rp13 juta. Utang tersebut bahkan dibebankan kepada setiap warga negara Indonesia dari sejak lahir. (cnnindonesia.com, 17/4/2017

Sebagai pengajar, penulis juga mengingatkan janji Jokowi pada kampanye 2014 yang akan mengangkat guru honorer menjadi PNS. Faktanya, nasib getir guru honorer masih menjadi kisah sedih hari ini. Bahkan demo guru honorer K2 di depan istana kepresidenan beberapa bulan yang lalu berakhir pilu.

Jelas semakin terang benderang, semua janji manis berakhir pahit dan getir. Janji-janji palsu yang tak pernah terbukti. Bahkan rakyat terus dibohongi dan ditipu dengan berbagai pencitraan semu demi melupakan janji. Katanya tak memiliki beban masa lalu. Tapi janji-janjinya telah membebani rakyat yang ditimpa derita.

Sementara di sisi lain, rezim ini terus berupaya menyenangkan para kapitalis. Melayani mereka dengan berbagai kebijakan yang menyenangkan. Contohlah, bagaimana publik dibuat kaget dengan biaya bangun rel LRT 1 km Rp500 miliar. Hingga impor fantastis gula demi perburuan rente. Adalah sedikit dari contoh keberpihakan rezim kepada para kapitalis asing dan asong.

Pemimpin ingkar janji dan gagal meriayah rakyat adalah buah dari demokrasi. Demokrasi meniscayakan berbagai cara demi kekuasaan. Tak lagi memandang halal maupun haram. Bahkan berbohong dengan mengumbar janji menjadi cara jitu menarik simpati demi menjaring suara.

Berbagai cara jahat pun dilakukan demi mengembalikan ongkos mahal demokrasi. Membebani rakyat dengan berbagai kebijakan yang menjerat rakyat. Di satu sisi bermuka manis di hadapan para kapitalis demi balas budi. Sebab telah menyumbang ongkos tinggi dalam meraih suksesi.

Saatnya rakyat intropeksi diri, jangan mau lagi terus dibohongi. Apatah lagi mendukung kembali. Tentu hal yang bodoh jika sederet fakta tentang pemimpin ingkar janji masih membuat kita buta dan tuli. Masih saja percaya bahkan mendukung dan menolong rezim ini.

Saatnya membuka hati, mata dan pikiran sejelas dan sejernih mungkin. Bahwa hanya kepemimpinan Islam yang dapat menjadi solusi. Islam memandang bahwa penguasa diamanahi berbagai urusan dan kemaslahatan rakyat. Menjadi tanggung jawab berat di akhirat kelak, apabila penguasa abai dalam me-riayah rakyatnya.

Beratnya tanggung jawab ini menjadikan seorang penguasa berhati-hati dalam setiap langkah. Dia tidak akan dengan mudah menebar janji dan harapan. Sebab ia sadar bahwa setiap janji dan harapan mengandung konsekuensi berat di hadapan Allah Ta’ala. Sebab janji dan harapan yang diucapkannya menjadi penentu surga maupun nerakanya.

“Tidaklah seorang hamba, yang Allah minta untuk mengurus rakyat, mati pada hari dimana dia menipu (mengelabuhi) rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan bagi dia surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Wallahu’alam bishawwab.

Ummu Naflah
Muslimah Peduli Negeri, Member AMK

Sumber : https://suara-islam.com/pemimpin-ingkar-janji-beban-bagi-rakyat/