Aksi Heroik Nenek Selamatkan Cucunya Saat Banjir di Gowa

Posted Date : 26-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 323 kali.


Hidayatullah.com– Aksi seorang nenek menyelamatkan cucunya saat banjir besar melanda Sulawesi Selatan baru-baru ini menjadi viral. Nur Janna Djalil (55 tahun), nenek berjilbab tersebut, menolong cucunya dari terjangan banjir dengan menggendong sang cucu, sambil ia memeluk sebuah pohon.

Air bah merendam kediaman mereka pada Selasa (22/01/2019) di kompleks BTN Zigma Royal Part Kelurahan Pangkabinanga, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulsel.

Saat kejadian, di rumah mereka hanya ada tiga orang, yaitu sang nenek Nur Janna, gadisnya bernama Ananda Dina Algina (22 tahun), dan sang cucu Waliziab Muhammad Nur (2,5 tahun).

Tak dinyana, air naik begitu cepat. Warga pada sibuk menyelamatkan diri masing-masing.

Saat ketiga orang tadi keluar rumah, ternyata air sudah sampai di garasi. Nur Janna pun berjalan sambil menggendong cucu ke jalan depan rumah untuk menyelamatkan diri. Sementara Ananda masuk kembali ke rumah untuk mematikan saklar listrik.

Singkatnya, mereka lalu terus berjalan meninggalkan rumah. Sang nenek bersama cucu berjarak beberapa meter dari Ananda. Namun air terus naik dengan cepat. Awalnya semata kaki Ananda, lalu jadi sepinggang. Hingga akhirnya mereka tak mampu lagi meneruskan perjalanan.

“Mamiku berpikir tidak mungkin sampai di ujung (jalan) ini karena masih ada 100-an meter jalan dan semakin naik pasti ini air. Dan lihat ada pohon, mending ke sana. Akhirnya dia belok ke arah kiri untuk berpegangan ke pohon itu,” tutur Ananda kepada hidayatullah.com, Jumat (25/01/2019) dinihari Waktu Indonesia Tengah saat diwawancarai.

Sementara sang nenek memutuskan berpegangan pada sebuah pohon sambil menggendong Wali, Ananda tiba-tiba sempat terperosok ke dalam –diduga– sebuah kubangan yang tak terlihat karena tertutup banjir.

“Saya sebenarnya juga mau nyusul ke situ, ke pohon yang itu, tapi setelah saya mau ke situ, kaki saya tersandung, kayak ada kubangan, jadi saya hampir tenggelam dan langsung melangkah lagi. Ternyata setelahnya itu ada pijakan yang lebih tinggi posisinya,” tuturnya.

Situasi saat itu betul-betul mengundang kepanikan. Namun ketiganya berusaha tegar dan menguatkan diri. Sang nenek harus menyelamatkan diri dan cucunya, dalam keadaan tak kuasa menahan derasnya arus.

Menariknya, tutur Ananda, sikap ibunya tampak tidak ada kepanikan. Nur Janna bahkan mengajak anak dan cucunya berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan mengaminkan. “Iye (iya),” jawab Wali ditirukan Ananda.

Sang nenek, kata dia, tampak yakin bahwa bantuan pasti akan datang. “Berdoa ki le, Nak, berdoa na, Nak!” ajak nenek. “Iye’, puang nenek,” jawab cucunya. Keduanya tampak tenang.

“Sambil berdoa Mamiku, dibilang itu juga “aamiin” cucunya. Saya juga.. Tegar sekali dia itu waktu banjir,” tidak menangis dan meraung, tuturnya. “Tegar, tegar, yakin (ada pertolongan).”

Saat itu air sudah menenggelamkan atap rumah. Sang nenek bertahan dengan sisa-sisa tenaganya. Anaknya tak bisa berbuat apa-apa. Ananda sempat panik tapi tidak lama. “Saya di awal sempat panik dan takut, tapi berpikir tidak ada gunanya untuk panik. Jadi selanjutnya tetap tenang karena pijakan saya goyang-goyang menunggu bantuan datang sambil berteriak meminta pertolongan.”

Sejumlah barang berharga yang sempat mereka selamatkan terpaksa tidak dipegang lagi, lalu diikatkan pada sebatang pohon pinang.

Singkatnya, Ananda pun terpikir untuk segera mencari pertolongan. Beruntung telepon genggamnya masih menyisakan daya baterai yang sebenarnya sudah mau lowbat.

Ia pun memfoto keadaan sang nenek dan cucunya itu, lalu mengirimkan gambar tersebut ke Nurfadiansyah yang sedang di lain tempat.

“Kenapa saya foto, karena itu cara yang paling cepat untuk menjelaskan posisi saya. Karena kakak saya bertanya ‘dimana sekarang?'” tuturnya.

Selain mengirimkan gambar tersebut, Ananda segera mengirimkan pesan suara ke kakak iparnya mengenai posisi mereka.

Sambil begitu, Ananda terus berteriak-teriak meminta pertolongan dan bantuan. Ia sendiri bertahan dengan berdiri pada sebatang kayu, tanpa pegangan apa-apa lagi.

Foto nenek dan cucunya itu akhirnya viral di media sosial. Tak lama kemudian, Alhamdulillah, bantuan akhirnya datang dari warga sekitar yang melihat mereka sedang berjuang melawan banjir. Ananda pun mengoreksi pemberitaan media yang menyebut bahwa nenek dan cucu tersebut terendam air selama 3 jam, melainkan sekitar 1 jam.

“Mamiku itu tidak terendam 3 jam di air, mungkin Basarnas yang datang 3 jam setelah laporan tapi saya tidak ditolong oleh Basarnas tapi oleh warga sekitar yang datang membawa ban untuk saya dan ibu saya,” tutur mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) Depok ini.

Nur Janna kemudian dibawa ke klinik terdekat, kemudian dibawa lagi ke rumah besannya, rumah orangtua Nurfardiansyah yang tidak terkena banjir.

Takdir Allah tak bisa dihindari. Sebenarnya, menurut Ananda, setelah berhasil menyelamatkan sang cucu, kondisi Nur Janna cukup baik.

Namun, keesokan harinya, Rabu (24/01/2019). Tutur Ananda. Ketika di rumah sedang baring sambil bercerita-cerita, tiba tiba ibunya langsung tersentak dan bangun memegang kedua matanya. “Astaghfirullah gelap penglihatanku,” sebutnya.

“Habis itu (Mami) pingsan dan kejang-kejang. Kakak yang kebetulan juga dokter melakukan pertolongan pertama melakukan CPR dan saya membuka mulut untuk jalan napas sambil diangkat ke mobil. Dan sepanjang perjalanan masih dicoba dibantu. Namun sampai di Rumah Sakit (Syekh Yusuf, Gowa) keadaan sudah pingsan. Tapi tidak sampai 10 menit di IGD, (Mami) dinyatakan meninggal dunia sekitar jam 5 sore,” tuturnya.

Nur Janna diketahui merupakan warga Keppe, Desa Rantebelu, Kecamatan Larompong, Kabupaten Luwu.*

Rep: SKR
Editor: Muhammad Abdus Syakur

Sumber : https://www.hidayatullah.com/feature/kisah-perjalanan/read/2019/01/25/158928/aksi-heroik-nenek-selamatkan-cucunya-saat-banjir-di-gowa.html