RSHS Gandeng Singapura Kembangkan Perawatan Paliatif
Posted Date : 29-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 248 kali.
REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) bersama Yayasan Kanker Indonesia cabang Jawa Barat dan Singapore International Foundation mengembangkan pelatihan perawatan paliatif untuk membantu pengidap kanker. Menurut Ketua Tim Paliatif RSHA Bandung Gatot Nyarumenteng kerja sama ini dijalin dengan didasari semakin meningkatknya penderita kanker di Jawa Barat dari 10:100 ribu menjadi 21:100 ribu.
Gatot mengatakan, perawatan paliatif ini bertujuan untuk meringankan penderitaan psikis dan fisik yang dirasakan pasien kanker. Ini mengingat besarnya risiko penyakit tersebut terutama pada stadium akhir.
"Jangankan sudah stadium akhir, di (stadium) awal saja kalau orang divonis kanker, psikisnya pasti kena," ujar Gatot di RSHS Bandung, Senin (28/1).
Selain meringankan beban mental yang dirasakan, kata Gatot, metode paliatif ini sangat membantu untuk perawatan fisik pasien. Dalam perawatan paliatif ini, pasien akan dibantu psikisnya agar merasa tenang bahkan tetap optimistis dalam menjalani hidup.
Gatot mencontohkan, keluarga dan petugas medis harus tahu cara memompa semangat penderita agar pikirannya menjadi tenang dan kembali optimis.
Tak hanya psikis, kata Gatot, dalam paliatif pun terdapat tata cara perawatan fisik untuk meringankan rasa sakit yang diderita pasien. Sebagai contoh, keluarga atau petugas medis harus mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pasien terlalu lama berbaring di tempat tidur.
"Lama-lama ada luka. Kita harus merawat luka itu sebelum tambah lecet. Kita ajarkan bagaimana tidur miring, dikasih minyak badannya agar tidak luka," katanya.
Gatot pun mengingatkan pentingnya rasa kasih sayang dan perhatian yang harus diberikan kepada penderita kanker terutama stadium akhir. Ia mencontohkan, pasien stadium akhir tidak boleh dipaksa makan meski dengan alasan pengobatan.
"Kalau pasien akhir enggak mau makan, jangan dipaksa. Itu akan bikin pasien tambah stres, tambah sakit," katanya.
Menurutnya, pasien cukup ditanya apa yang diinginkan dan harus segera dipenuhi. "Kita cukup penuhi maunya apa. Usahakan kita harus memenuhi keinginannya di masa-masa terakhir ini," katanya.
Adapun indikator perawatan paliatif yang baik, kata dia, dapat terlihat dari beberapa hal. Pertama, pasien kanker dengan stadium akhir akan merasa lebih tenang meskipun usianya diprediksi tidak akan lama lagi. Selain psikis, rasa sakit fisik yang diderita pun akan berkurang karena perawatan paliatif yang baik.
"Misalnya skala nyeri di stadium akhir ini 10, yang paling sakit. Tapi kalau paliatifnya baik, ya bisa diturunkan jadi enam," katanya.
Selain terhadap pasien, kata dia, keluarga terdekat pun akan lebih tenang dalam menghadapi cobaan hidup yang menimpa orang terdekatnya itu. "Karena paliatif ini sampai menangani keluarga juga. Pasien meninggal, keluarganya harus ditangani di masa berkabung, agar tidak larut dalam kesedihan," katanya.
Namun, Gatot mengakui perawatan paliatif ini belum dikenal baik di Indonesia. Masyarakat belum banyak yang menyadari pentingnya metode ini dalam menangani pasien kanker.
Bahkan, kata dia, tak hanya keluarga pasien, petugas medis terutama di puskesmas pun banyak yang belum memahami pentingnya metode penanganan bagi penderita kanker ini. Padahal seharusnya, perawatan paliatif bisa diberikan sejak stadium awal saat pertama kali pasien divonis penyakit tersebut.
Sumber : https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/19/01/29/pm2wx8368-rshs-gandeng-singapura-kembangkan-perawatan-paliatif
Gatot mengatakan, perawatan paliatif ini bertujuan untuk meringankan penderitaan psikis dan fisik yang dirasakan pasien kanker. Ini mengingat besarnya risiko penyakit tersebut terutama pada stadium akhir.
"Jangankan sudah stadium akhir, di (stadium) awal saja kalau orang divonis kanker, psikisnya pasti kena," ujar Gatot di RSHS Bandung, Senin (28/1).
Selain meringankan beban mental yang dirasakan, kata Gatot, metode paliatif ini sangat membantu untuk perawatan fisik pasien. Dalam perawatan paliatif ini, pasien akan dibantu psikisnya agar merasa tenang bahkan tetap optimistis dalam menjalani hidup.
Gatot mencontohkan, keluarga dan petugas medis harus tahu cara memompa semangat penderita agar pikirannya menjadi tenang dan kembali optimis.
Tak hanya psikis, kata Gatot, dalam paliatif pun terdapat tata cara perawatan fisik untuk meringankan rasa sakit yang diderita pasien. Sebagai contoh, keluarga atau petugas medis harus mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pasien terlalu lama berbaring di tempat tidur.
"Lama-lama ada luka. Kita harus merawat luka itu sebelum tambah lecet. Kita ajarkan bagaimana tidur miring, dikasih minyak badannya agar tidak luka," katanya.
Gatot pun mengingatkan pentingnya rasa kasih sayang dan perhatian yang harus diberikan kepada penderita kanker terutama stadium akhir. Ia mencontohkan, pasien stadium akhir tidak boleh dipaksa makan meski dengan alasan pengobatan.
"Kalau pasien akhir enggak mau makan, jangan dipaksa. Itu akan bikin pasien tambah stres, tambah sakit," katanya.
Menurutnya, pasien cukup ditanya apa yang diinginkan dan harus segera dipenuhi. "Kita cukup penuhi maunya apa. Usahakan kita harus memenuhi keinginannya di masa-masa terakhir ini," katanya.
Adapun indikator perawatan paliatif yang baik, kata dia, dapat terlihat dari beberapa hal. Pertama, pasien kanker dengan stadium akhir akan merasa lebih tenang meskipun usianya diprediksi tidak akan lama lagi. Selain psikis, rasa sakit fisik yang diderita pun akan berkurang karena perawatan paliatif yang baik.
"Misalnya skala nyeri di stadium akhir ini 10, yang paling sakit. Tapi kalau paliatifnya baik, ya bisa diturunkan jadi enam," katanya.
Selain terhadap pasien, kata dia, keluarga terdekat pun akan lebih tenang dalam menghadapi cobaan hidup yang menimpa orang terdekatnya itu. "Karena paliatif ini sampai menangani keluarga juga. Pasien meninggal, keluarganya harus ditangani di masa berkabung, agar tidak larut dalam kesedihan," katanya.
Namun, Gatot mengakui perawatan paliatif ini belum dikenal baik di Indonesia. Masyarakat belum banyak yang menyadari pentingnya metode ini dalam menangani pasien kanker.
Bahkan, kata dia, tak hanya keluarga pasien, petugas medis terutama di puskesmas pun banyak yang belum memahami pentingnya metode penanganan bagi penderita kanker ini. Padahal seharusnya, perawatan paliatif bisa diberikan sejak stadium awal saat pertama kali pasien divonis penyakit tersebut.
Sumber : https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/19/01/29/pm2wx8368-rshs-gandeng-singapura-kembangkan-perawatan-paliatif
Morata Diperkirakan akan Selebrasi Usai Bobol Gawang Madrid
6 Nasi Bebek Madura di Jakarta yang Lezatnya Bikin Ketagihan
Kaya Manfaat, Manggis Cocok Dikonsumsi Saat Musim Hujan
Destinasi Indah yang Bisa Anda Jelajahi di Kangaroo Island Selama 48 Jam
Seorang Pria Asal Klaten Dikabarkan Tewas Tertembak di Suriah
Shutdown AS Berakhir, Senin Lembaga Pemerintah Mulai Operasi
Belajar Toleransi Beragama dari Masyarakat Betawi Kampung Sawah
Ustad Arifin Ilham Membaik, Kian Bugar dan Sudah Bisa Olahraga
Rombongan Mobil yang Tercebur di Sungai Brantas akan Berziarah
Mendikbud: 2023 tak Ada Lagi Guru Honorer
6 Nasi Bebek Madura di Jakarta yang Lezatnya Bikin Ketagihan
Kaya Manfaat, Manggis Cocok Dikonsumsi Saat Musim Hujan
Destinasi Indah yang Bisa Anda Jelajahi di Kangaroo Island Selama 48 Jam
Seorang Pria Asal Klaten Dikabarkan Tewas Tertembak di Suriah
Shutdown AS Berakhir, Senin Lembaga Pemerintah Mulai Operasi
Belajar Toleransi Beragama dari Masyarakat Betawi Kampung Sawah
Ustad Arifin Ilham Membaik, Kian Bugar dan Sudah Bisa Olahraga
Rombongan Mobil yang Tercebur di Sungai Brantas akan Berziarah
Mendikbud: 2023 tak Ada Lagi Guru Honorer
Yu Hyun-koo Pemain Asing Pertama Kalteng Putra
Menyantap Paprika Bisa Cegah Kematian Dini
Cuaca Ekstrem Saudi Nyaris Melumpuhkan Sejumlah Wilayah
Umat Islam Kenya Masih Perjuangkan Jilbab Masuk Sekolah
Zeng Wei Jian: “Kalla Meninggalkan Joko”
Saat Rocky Gerung Bersalaman Prabowo, Lihat Senyumnya, Netizen: Presiden Akal Sehat RI
BPN; Kericuhan Masjid Jogokaryan Bisa Seperti Teror PKI Di Kanigoro
Kasus Rumah Sakit Sumber Waras, Selama Ini KPK Tebang Pilih
Said Aqil Tolak Minta Maaf soal Seruan Kader NU Kuasai Masjid: Saya Tak Takut Siapa Pun
Ahmad Dhani Divonis Penjara, Demokrat: Kebebasan Berpendapat Jadi Barang Mahal Sekarang
Menyantap Paprika Bisa Cegah Kematian Dini
Cuaca Ekstrem Saudi Nyaris Melumpuhkan Sejumlah Wilayah
Umat Islam Kenya Masih Perjuangkan Jilbab Masuk Sekolah
Zeng Wei Jian: “Kalla Meninggalkan Joko”
Saat Rocky Gerung Bersalaman Prabowo, Lihat Senyumnya, Netizen: Presiden Akal Sehat RI
BPN; Kericuhan Masjid Jogokaryan Bisa Seperti Teror PKI Di Kanigoro
Kasus Rumah Sakit Sumber Waras, Selama Ini KPK Tebang Pilih
Said Aqil Tolak Minta Maaf soal Seruan Kader NU Kuasai Masjid: Saya Tak Takut Siapa Pun
Ahmad Dhani Divonis Penjara, Demokrat: Kebebasan Berpendapat Jadi Barang Mahal Sekarang