Turki Kecam Perlakuan Cina pada Muslim Uighur, Desak Beijing Tutup Kamp-kamp Konsentrasi
Posted Date : 11-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 147 kali.
ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Turki mengecam perlakuan Cina terhadap etnis Muslim Uighur menyebutnya sebagai "penyebab besar rasa malu bagi umat manusia" dan memintanya untuk menutup "kamp konsentrasi".
Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (9/2/2019), juru bicara kementerian luar negeri Turki Hami Aksoy mengatakan bahwa Cina telah secara sewenang-wenang menahan lebih dari satu juta warga Uighur.
Dia mengatakan populasi Muslim Turki tersebut menghadapi tekanan dan "asimilasi sistematis" di Cina barat.
"Bukan lagi rahasia bahwa lebih dari satu juta orang Turki Uighur, yang terkena penangkapan sewenang-wenang, menjadi sasaran penyiksaan dan pencucian otak politik di pusat-pusat konsentrasi dan penjara," kata Aksoy.
"Kami meminta pihak berwenang Cina untuk menghormati hak asasi manusia fundamental Turki Uighur dan menutup kamp konsentrasi," katanya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pernah menuduh Cina melakukan "genosida" tetapi sejak itu menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih dekat dengan Beijing.
Wilayah Xinjiang Cina adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang berjumlah sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh pemerintah Cina melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi terhadap mereka.
Mempraktikkan Islam dilarang di beberapa bagian Cina, dengan orang-orang yang tertangkap melakukan shalar, puasa, menumbuhkan jenggot atau mengenakan jilbab, jilbab yang dikenakan oleh banyak wanita Muslim yang merasa itu adalah bagian dari agama mereka, menghadapi ancaman penjara.
Tindakan keras Cina terhadap orang-orang Uighur telah menjadi berita utama di seluruh dunia.
Pada Agustus tahun lalu, panel ahli PBB mengatakan mereka telah menerima laporan yang kredibel bahwa lebih dari satu juta warga Uighur dan minoritas berbahasa Turki lainnya ditahan di tempat yang disebut "kamp pendidikan ulang" di mana mereka dipaksa meninggalkan Islam.
Beijing tidak mau mengakui bahwa warga Uighur ditahan atas kehendak mereka dan membual ini adalah fasilitas pelatihan kejuruan "secara sukarela", yang dirancang untuk memberikan pelatihan kerja dan untuk menghilangkan kecenderungan "ekstremis".
Cina telah mengintensifkan tindakan keras keamanan terhadap warga Uighur yang diberlakukan setelah kerusuhan berdarah 2009. Banyak orang Uighur telah melarikan diri, banyak yang pergi ke Turki.
Bulan lalu, Cina meloloskan undang-undang untuk "mendikte" Islam dan menjadikannya "cocok dengan sosialisme" dalam lima tahun ke depan.
Tetapi sebagian besar negara mayoritas Muslim belum vokal tentang masalah ini, tidak mengkritik pemerintah di Cina yang merupakan mitra dagang penting mereka. (st/AJE)
Sumber : https://www.voa-islam.com/read/world-news/2019/02/10/62085/turki-kecam-perlakuan-cina-pada-muslim-uighur-desak-beijing-tutup-kampkamp-konsentrasi/
Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (9/2/2019), juru bicara kementerian luar negeri Turki Hami Aksoy mengatakan bahwa Cina telah secara sewenang-wenang menahan lebih dari satu juta warga Uighur.
Dia mengatakan populasi Muslim Turki tersebut menghadapi tekanan dan "asimilasi sistematis" di Cina barat.
"Bukan lagi rahasia bahwa lebih dari satu juta orang Turki Uighur, yang terkena penangkapan sewenang-wenang, menjadi sasaran penyiksaan dan pencucian otak politik di pusat-pusat konsentrasi dan penjara," kata Aksoy.
"Kami meminta pihak berwenang Cina untuk menghormati hak asasi manusia fundamental Turki Uighur dan menutup kamp konsentrasi," katanya.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pernah menuduh Cina melakukan "genosida" tetapi sejak itu menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih dekat dengan Beijing.
Wilayah Xinjiang Cina adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang berjumlah sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh pemerintah Cina melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi terhadap mereka.
Mempraktikkan Islam dilarang di beberapa bagian Cina, dengan orang-orang yang tertangkap melakukan shalar, puasa, menumbuhkan jenggot atau mengenakan jilbab, jilbab yang dikenakan oleh banyak wanita Muslim yang merasa itu adalah bagian dari agama mereka, menghadapi ancaman penjara.
Tindakan keras Cina terhadap orang-orang Uighur telah menjadi berita utama di seluruh dunia.
Pada Agustus tahun lalu, panel ahli PBB mengatakan mereka telah menerima laporan yang kredibel bahwa lebih dari satu juta warga Uighur dan minoritas berbahasa Turki lainnya ditahan di tempat yang disebut "kamp pendidikan ulang" di mana mereka dipaksa meninggalkan Islam.
Beijing tidak mau mengakui bahwa warga Uighur ditahan atas kehendak mereka dan membual ini adalah fasilitas pelatihan kejuruan "secara sukarela", yang dirancang untuk memberikan pelatihan kerja dan untuk menghilangkan kecenderungan "ekstremis".
Cina telah mengintensifkan tindakan keras keamanan terhadap warga Uighur yang diberlakukan setelah kerusuhan berdarah 2009. Banyak orang Uighur telah melarikan diri, banyak yang pergi ke Turki.
Bulan lalu, Cina meloloskan undang-undang untuk "mendikte" Islam dan menjadikannya "cocok dengan sosialisme" dalam lima tahun ke depan.
Tetapi sebagian besar negara mayoritas Muslim belum vokal tentang masalah ini, tidak mengkritik pemerintah di Cina yang merupakan mitra dagang penting mereka. (st/AJE)
Sumber : https://www.voa-islam.com/read/world-news/2019/02/10/62085/turki-kecam-perlakuan-cina-pada-muslim-uighur-desak-beijing-tutup-kampkamp-konsentrasi/
Serangan Udara Militer Afghanistan Tewaskan 21 Warga Sipil Termasuk Wanita dan Anak-anak
Begini Nih Caranya Buang Jauh-jauh Pikiran “Ngeres”
Kisah Wanita Penjual Susu di Masa Khalifah Umar Bin Khatthab
Ditegur Merokok, Murid Ini Tantang Gurunya Berkelahi
Keracunan Usai Makan Soto, Puluhan Santri di Madiun Dilarikan ke RS
Putus Asa Kena Stroke, Margono Bunuh Diri Nyemplung ke Sumur
Sejumlah Negara Eropa Bersiap Kirim Konvoi Armada Baru ke Gaza
Rezim Myanmar Bangun Pangkalan Militer Baru di Rakhine, Ini Kata PBB
STEI Tazkia Tanda Tangani MoU Ketiga Kalinya dengan IIUM
Muslim Xinjiang Dipaksa Makan Babi dan Minum Alkohol di Hari Imlek
Begini Nih Caranya Buang Jauh-jauh Pikiran “Ngeres”
Kisah Wanita Penjual Susu di Masa Khalifah Umar Bin Khatthab
Ditegur Merokok, Murid Ini Tantang Gurunya Berkelahi
Keracunan Usai Makan Soto, Puluhan Santri di Madiun Dilarikan ke RS
Putus Asa Kena Stroke, Margono Bunuh Diri Nyemplung ke Sumur
Sejumlah Negara Eropa Bersiap Kirim Konvoi Armada Baru ke Gaza
Rezim Myanmar Bangun Pangkalan Militer Baru di Rakhine, Ini Kata PBB
STEI Tazkia Tanda Tangani MoU Ketiga Kalinya dengan IIUM
Muslim Xinjiang Dipaksa Makan Babi dan Minum Alkohol di Hari Imlek
YPG: Hampir 50 Pejuang Islamic State Asal Inggris di Deir Al-Zor Menolak untuk Menyerah
AS Pertimbangkan Penjara Guantanamo Sebagai Penampungan Tahanan Islamic State
Jenderal AS: Serangan Udara Militer AS Tidak Akan Mengalahkan Al-Shabaab
Wartawan Israel: Israel Berencana Jadikan Gaza Sebuah Kamp Konsentrasi
Pengadilan Kanada Vonis Penjara Seumur Hidup Penembak Mati 6 Jamaah Masjid di Quebec
Palestina Tolak Ambil Bagian dalam Konferensi yang Disponsori AS di Polandia
Pertempuran Besar Terjadi di Wilayah Terakhir ISIS
Tax Ratio Bukan Alat Ukur Kebocoran APBN
Guru dan Siswa Kasus Perundungan di Gresik Sepakat Berdamai
Korban Banjir Bandang Bandung Ditemukan
AS Pertimbangkan Penjara Guantanamo Sebagai Penampungan Tahanan Islamic State
Jenderal AS: Serangan Udara Militer AS Tidak Akan Mengalahkan Al-Shabaab
Wartawan Israel: Israel Berencana Jadikan Gaza Sebuah Kamp Konsentrasi
Pengadilan Kanada Vonis Penjara Seumur Hidup Penembak Mati 6 Jamaah Masjid di Quebec
Palestina Tolak Ambil Bagian dalam Konferensi yang Disponsori AS di Polandia
Pertempuran Besar Terjadi di Wilayah Terakhir ISIS
Tax Ratio Bukan Alat Ukur Kebocoran APBN
Guru dan Siswa Kasus Perundungan di Gresik Sepakat Berdamai
Korban Banjir Bandang Bandung Ditemukan