Rezim Myanmar Bangun Pangkalan Militer Baru di Rakhine, Ini Kata PBB
Posted Date : 11-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 167 kali.
WASHINGTON–Pelapor khusus PBB untuk Myanmar, Yanghee Lee telah menyatakan kekhawatirannya terhadap keberadaan pangkalan militer baru di negara bagian Rakhine, Jumat (8/2/2019).
Yanghee Lee mengungkapkan dirinya diberi tahu bahwa militer Myanmar sedang membangun pangkalan baru dan warga sipil menyaksikan pasukan bergerak melalui desa-desa di Rakhine dan mendengar suara tembakan di dekatnya.
Kekhawatiran itu disampaikannya dalam sebuah video yang ditayangkan dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Koalisi Rohingya Merdeka (FRC) di New York.
Lee juga menekankan bahwa situasi hak asasi manusia di Rakhine terus memburuk.
“Penganiayaan terhadap Rohingya harus dihentikan sekarang,” kata Lee yang khawatir bahwa pertempuran akan segera meletus di wilayah itu, yang saat ini menampung 162.000 orang yang terlantar secara internal.
Konferensi yang berlangsung dua hari itu menghadirkan para cendekiawan dan aktivis dari seluruh dunia untuk mengeksplorasi cara-cara meminta pertanggungjawaban Myanmar atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya.
Lee menegaskan bahwa pemerintah Myanmar harus bertanggung jawab atas kampanye pembersihan etnis dan masalah pemulangan pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke negara lain.
PBB menyebut Rohingya sebagai kaum yang paling teraniaya di dunia, yang telah menderita karena sejumlah serangan sejak kekerasan komunal meletus pada 2012.
Menurut Amnesty International, sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 750.000 warga, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh, setelah tentara Myanmar melancarkan operasi militer ke kelompok minoritas Muslim Rohingya.
PBB mencatat adanya pemerkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak-anak — pemukulan brutal dan penghilangan paksa selama operasi militer.
Dalam sebuah laporan, penyidik PBB menyatakan bahwa pelanggaran tersebut merupakan kejahatan kemanusiaan. []
SUMBER: ANADOLU
Sumber : https://www.islampos.com/rezim-myanmar-bangun-pangkalan-militer-baru-di-rakhine-ini-kata-pbb-132286/
Yanghee Lee mengungkapkan dirinya diberi tahu bahwa militer Myanmar sedang membangun pangkalan baru dan warga sipil menyaksikan pasukan bergerak melalui desa-desa di Rakhine dan mendengar suara tembakan di dekatnya.
Kekhawatiran itu disampaikannya dalam sebuah video yang ditayangkan dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Koalisi Rohingya Merdeka (FRC) di New York.
Lee juga menekankan bahwa situasi hak asasi manusia di Rakhine terus memburuk.
“Penganiayaan terhadap Rohingya harus dihentikan sekarang,” kata Lee yang khawatir bahwa pertempuran akan segera meletus di wilayah itu, yang saat ini menampung 162.000 orang yang terlantar secara internal.
Konferensi yang berlangsung dua hari itu menghadirkan para cendekiawan dan aktivis dari seluruh dunia untuk mengeksplorasi cara-cara meminta pertanggungjawaban Myanmar atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya.
Lee menegaskan bahwa pemerintah Myanmar harus bertanggung jawab atas kampanye pembersihan etnis dan masalah pemulangan pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke negara lain.
PBB menyebut Rohingya sebagai kaum yang paling teraniaya di dunia, yang telah menderita karena sejumlah serangan sejak kekerasan komunal meletus pada 2012.
Menurut Amnesty International, sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 750.000 warga, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh, setelah tentara Myanmar melancarkan operasi militer ke kelompok minoritas Muslim Rohingya.
PBB mencatat adanya pemerkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak-anak — pemukulan brutal dan penghilangan paksa selama operasi militer.
Dalam sebuah laporan, penyidik PBB menyatakan bahwa pelanggaran tersebut merupakan kejahatan kemanusiaan. []
SUMBER: ANADOLU
Sumber : https://www.islampos.com/rezim-myanmar-bangun-pangkalan-militer-baru-di-rakhine-ini-kata-pbb-132286/
STEI Tazkia Tanda Tangani MoU Ketiga Kalinya dengan IIUM
Muslim Xinjiang Dipaksa Makan Babi dan Minum Alkohol di Hari Imlek
Turki Desak China Tutup Kamp Tahanan Muslim Uighur
Diplomat Kanada yang Ditugaskan di Kuba Menggugat Pemerintahnya Sendiri
Setahun, hampir 3.300 Sahabat Hijrah Hapus Tato
Protes Rakyat Menentang Presiden Serbia Memasuki Pekan Kesepuluh
Gadis-Gadis Suriah Diserang di Berlin
Kebakaran Hutan di New Zealand, 3.000 Orang Mengungsi
Turki Mendesak Tiongkok Menutup Kamp Penahanan Etnis Uighur
MUI Kritik RUU Penghapusan Kekerasan Seksual
Muslim Xinjiang Dipaksa Makan Babi dan Minum Alkohol di Hari Imlek
Turki Desak China Tutup Kamp Tahanan Muslim Uighur
Diplomat Kanada yang Ditugaskan di Kuba Menggugat Pemerintahnya Sendiri
Setahun, hampir 3.300 Sahabat Hijrah Hapus Tato
Protes Rakyat Menentang Presiden Serbia Memasuki Pekan Kesepuluh
Gadis-Gadis Suriah Diserang di Berlin
Kebakaran Hutan di New Zealand, 3.000 Orang Mengungsi
Turki Mendesak Tiongkok Menutup Kamp Penahanan Etnis Uighur
MUI Kritik RUU Penghapusan Kekerasan Seksual
Sejumlah Negara Eropa Bersiap Kirim Konvoi Armada Baru ke Gaza
Putus Asa Kena Stroke, Margono Bunuh Diri Nyemplung ke Sumur
Keracunan Usai Makan Soto, Puluhan Santri di Madiun Dilarikan ke RS
Ditegur Merokok, Murid Ini Tantang Gurunya Berkelahi
Kisah Wanita Penjual Susu di Masa Khalifah Umar Bin Khatthab
Begini Nih Caranya Buang Jauh-jauh Pikiran “Ngeres”
Serangan Udara Militer Afghanistan Tewaskan 21 Warga Sipil Termasuk Wanita dan Anak-anak
Turki Kecam Perlakuan Cina pada Muslim Uighur, Desak Beijing Tutup Kamp-kamp Konsentrasi
YPG: Hampir 50 Pejuang Islamic State Asal Inggris di Deir Al-Zor Menolak untuk Menyerah
AS Pertimbangkan Penjara Guantanamo Sebagai Penampungan Tahanan Islamic State
Putus Asa Kena Stroke, Margono Bunuh Diri Nyemplung ke Sumur
Keracunan Usai Makan Soto, Puluhan Santri di Madiun Dilarikan ke RS
Ditegur Merokok, Murid Ini Tantang Gurunya Berkelahi
Kisah Wanita Penjual Susu di Masa Khalifah Umar Bin Khatthab
Begini Nih Caranya Buang Jauh-jauh Pikiran “Ngeres”
Serangan Udara Militer Afghanistan Tewaskan 21 Warga Sipil Termasuk Wanita dan Anak-anak
Turki Kecam Perlakuan Cina pada Muslim Uighur, Desak Beijing Tutup Kamp-kamp Konsentrasi
YPG: Hampir 50 Pejuang Islamic State Asal Inggris di Deir Al-Zor Menolak untuk Menyerah
AS Pertimbangkan Penjara Guantanamo Sebagai Penampungan Tahanan Islamic State