Minim Pendanaan, Persenjataan Militer India Makin Uzur
Posted Date : 06-03-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 226 kali.
Merdeka.com - Wajahnya lebam dan berdarah. Dia terlihat agak terguncang. Tapi pilot Angkatan Udara India (IAF) bernama Abhinandan Varthaman itu selamat meski ditangkap militer Pakistan. Pesawatnya MiG-21 Bison yang dipilotinya bernasib lain: hancur tinggal puing karena ditembak jatuh F-16 Pakistan.
Pertempuran udara antara India dan Pakistan setelah sekitar lima dekade itu menjadi batu ujian bagi militer India dan membuat para pengamat militer tercengang. Tantangan yang dihadapi militer India memang sudah bukan rahasia lagi tapi kehilangan sebuah jet tempur dari negara yang jumlah angkatan militernya hanya sekitar separuhnya dan anggaran persenjataannya hanya seperempatnya, cukup mengejutkan.
Persenjataan militer India kini dalam kondisi mengkhawatirkan.
Menurut perkiraan pemerintah, jika perang meletus besok, India hanya mampu memasok amunisi bagi tentaranya sampai sepuluh hari saja. Dan sekitar 68 persen persenjataan militer India kini sudah uzur bahkan masuk kategori 'kuno'.
"Tentara kami kekurangan persenjataan modern, tapi mereka harus menjalankan operasi militer di abad ke-21," kata Gaurav Gogoi, anggota parlemen sekaligus anggota Komisi Pertahanan di parlemen.
Dikutip dari laman the New York Times, Minggu (3/3), pejabat Amerika Serikat yang bertugas memperkuat sekutu AS berkomentar soal militer India: rantai birokrasi membuat penjualan persenjataan dan latihan militer gabungan sulit dilakukan. Angkatan bersenjata India minim pendanaan dan angkatan laut, udara, darat mereka cenderung saling berkompetisi ketimbang bekerja sama.
Apa pun masalahnya, AS seharusnya menjadikan India sekutu penting dalam beberapa tahun ke depan untuk melawan hegemoni China di Asia.
Tahun lalu Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengganti nama Komando Pasifik menjadi Komando Indo-Pasifik, menandakan pentingnya peran India dalam kawasan itu.
"Itu adalah komando utama tempur yang melingkupi hampir separuh permukaan bumi dari Hollywood hingga Bollywood," kata Mattis yang kemudian mundur dari jabatannya akhir tahun lalu.
Dalam dua dekade terakhir AS mengutamakan hubungan kerja sama dengan India di saat hubungannya dengan Pakistan terganggu karena menganggap Pakistan kurang serius melawan terorisme.
Dalam satu dekade penjualan senjata AS ke India beranjak dari yang tadinya hampir nol menjadi USD 15 juta. Tapi Pakistan masih menikmati kucuran pasokan persenjataan dari AS.
Bagi India, pendanaan untuk militer masih menjadi tantangan besar.
Pada 2018 India mengumumkan anggaran militer mereka sebesar USD 45 miliar. Sebagai perbandingan China punya anggaran militer USD 175 miliar. Bulan lalu New Delhi mengumumkan menambah lagi dana itu sebesar USD 45 miliar.
Tapi ini bukan soal seberapa besar pendanaan bagi militer. Ini soal bagaimana anggaran militer itu dibelanjakan.
Sebagian besar anggaran militer untuk menggaji 1,2 juta prajurit aktif dan juga pensiunan. Hanya USD 14 miliar yang dialokasikan untuk pembelian persenjataan.
"Di saat angkatan bersenjata modern menginvestasikan dana besar untuk meningkatkan kemampuan intelijen dan teknis, kita juga harus melakukan hal yang sama," ujar Gogoi.
Tidak seperti China yang dipimpin secara otoritarian sehingga bebas menentukan kebijakan militer, India adalah negara demokrasi dengan segala permasalahannya.
Memangkas tentara di level prajurit supaya militer punya dana untuk membeli peralatan modern bukanlah hal mudah. Militer India sejak lama menjadi dambaan pencari kerja di negara yang tingkat penganggurannya cukup parah.
Selain itu ada masalah korupsi.
Perdana Menteri Narendra Modi menuai kritikan dari pihak oposisi dalam perjanjian kerja sama pembelian 36 jet tempur Rafale dari Prancis. Pihak oposisi menuding perjanjian itu rawan dikorupsi.
Pembelian jet tempur Prancis itu bisa menggantikan pesawat mereka saat ini seperti MiG-21 dan yang lainnya. Sabtu lalu Modi berdalih dengan mengatakan, seandainya India punya jet tempur Rafale maka pertempuran udara dengan Pakistan akan lain ceritanya.
"Negara ini sudah merasakan akibat dari kurangnya Rafale," kata Modi. [pan]
Sumber : https://www.merdeka.com/dunia/minim-pendanaan-persenjataan-militer-india-makin-uzur.html
Pertempuran udara antara India dan Pakistan setelah sekitar lima dekade itu menjadi batu ujian bagi militer India dan membuat para pengamat militer tercengang. Tantangan yang dihadapi militer India memang sudah bukan rahasia lagi tapi kehilangan sebuah jet tempur dari negara yang jumlah angkatan militernya hanya sekitar separuhnya dan anggaran persenjataannya hanya seperempatnya, cukup mengejutkan.
Persenjataan militer India kini dalam kondisi mengkhawatirkan.
Menurut perkiraan pemerintah, jika perang meletus besok, India hanya mampu memasok amunisi bagi tentaranya sampai sepuluh hari saja. Dan sekitar 68 persen persenjataan militer India kini sudah uzur bahkan masuk kategori 'kuno'.
"Tentara kami kekurangan persenjataan modern, tapi mereka harus menjalankan operasi militer di abad ke-21," kata Gaurav Gogoi, anggota parlemen sekaligus anggota Komisi Pertahanan di parlemen.
Dikutip dari laman the New York Times, Minggu (3/3), pejabat Amerika Serikat yang bertugas memperkuat sekutu AS berkomentar soal militer India: rantai birokrasi membuat penjualan persenjataan dan latihan militer gabungan sulit dilakukan. Angkatan bersenjata India minim pendanaan dan angkatan laut, udara, darat mereka cenderung saling berkompetisi ketimbang bekerja sama.
Apa pun masalahnya, AS seharusnya menjadikan India sekutu penting dalam beberapa tahun ke depan untuk melawan hegemoni China di Asia.
Tahun lalu Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengganti nama Komando Pasifik menjadi Komando Indo-Pasifik, menandakan pentingnya peran India dalam kawasan itu.
"Itu adalah komando utama tempur yang melingkupi hampir separuh permukaan bumi dari Hollywood hingga Bollywood," kata Mattis yang kemudian mundur dari jabatannya akhir tahun lalu.
Dalam dua dekade terakhir AS mengutamakan hubungan kerja sama dengan India di saat hubungannya dengan Pakistan terganggu karena menganggap Pakistan kurang serius melawan terorisme.
Dalam satu dekade penjualan senjata AS ke India beranjak dari yang tadinya hampir nol menjadi USD 15 juta. Tapi Pakistan masih menikmati kucuran pasokan persenjataan dari AS.
Bagi India, pendanaan untuk militer masih menjadi tantangan besar.
Pada 2018 India mengumumkan anggaran militer mereka sebesar USD 45 miliar. Sebagai perbandingan China punya anggaran militer USD 175 miliar. Bulan lalu New Delhi mengumumkan menambah lagi dana itu sebesar USD 45 miliar.
Tapi ini bukan soal seberapa besar pendanaan bagi militer. Ini soal bagaimana anggaran militer itu dibelanjakan.
Sebagian besar anggaran militer untuk menggaji 1,2 juta prajurit aktif dan juga pensiunan. Hanya USD 14 miliar yang dialokasikan untuk pembelian persenjataan.
"Di saat angkatan bersenjata modern menginvestasikan dana besar untuk meningkatkan kemampuan intelijen dan teknis, kita juga harus melakukan hal yang sama," ujar Gogoi.
Tidak seperti China yang dipimpin secara otoritarian sehingga bebas menentukan kebijakan militer, India adalah negara demokrasi dengan segala permasalahannya.
Memangkas tentara di level prajurit supaya militer punya dana untuk membeli peralatan modern bukanlah hal mudah. Militer India sejak lama menjadi dambaan pencari kerja di negara yang tingkat penganggurannya cukup parah.
Selain itu ada masalah korupsi.
Perdana Menteri Narendra Modi menuai kritikan dari pihak oposisi dalam perjanjian kerja sama pembelian 36 jet tempur Rafale dari Prancis. Pihak oposisi menuding perjanjian itu rawan dikorupsi.
Pembelian jet tempur Prancis itu bisa menggantikan pesawat mereka saat ini seperti MiG-21 dan yang lainnya. Sabtu lalu Modi berdalih dengan mengatakan, seandainya India punya jet tempur Rafale maka pertempuran udara dengan Pakistan akan lain ceritanya.
"Negara ini sudah merasakan akibat dari kurangnya Rafale," kata Modi. [pan]
Sumber : https://www.merdeka.com/dunia/minim-pendanaan-persenjataan-militer-india-makin-uzur.html
Pakistan Tangkap Anak dan Saudara Pimpinan Kelompok Militan Jaish-e-Mohammad
Salah Paham, Prajurit TNI Baku Hantam dengan 2 Anggota Polri di Nias
Wakaf Sumur Air untuk Masyarakat Tasikmalaya
Komunitas Muslim Simbol Kemajemukan Kanada
Perempuan Arus Bawah Keluhkan Jaminan Kesehatan Belum Merata
Masjid Edmonton Awal Geliat Syiar Islam di Kanada
Korea Utara Bangun Kembali Stasiun Peluncuran Roket Sohae
Ribuan Kali Tes Kehamilan, Wanita Ini Akhirnya Punya Anak
Nissan Akan Suplai Mesin untuk Xpander dan Livina
Cara Syahrini dan Luna Maya Hadapi Warganet 'Nyinyir'
Salah Paham, Prajurit TNI Baku Hantam dengan 2 Anggota Polri di Nias
Wakaf Sumur Air untuk Masyarakat Tasikmalaya
Komunitas Muslim Simbol Kemajemukan Kanada
Perempuan Arus Bawah Keluhkan Jaminan Kesehatan Belum Merata
Masjid Edmonton Awal Geliat Syiar Islam di Kanada
Korea Utara Bangun Kembali Stasiun Peluncuran Roket Sohae
Ribuan Kali Tes Kehamilan, Wanita Ini Akhirnya Punya Anak
Nissan Akan Suplai Mesin untuk Xpander dan Livina
Cara Syahrini dan Luna Maya Hadapi Warganet 'Nyinyir'
Konflik India-Pakistan, Siapa Lebih Unggul di Mata Dunia?
Menlu RI Kunjungi Kamp Pengungsi Palestina di Yordania
Inggris Janjikan £2 Juta untuk Atasi Kemiskinan dan Stigma Menstruasi
Menghina Nabi Sejumlah Warga Malaysia Ditangkap dan Diburu Aparat
Volvo Batasi Kecepatan Maksimal Mobil Produksinya
Indonesia-Yordania Sepakat Terus Upayakan Kemerdekaan Palestina
DPR Kecam “Israel” Tutup Masjid Al-Aqsha
Peusaba: Bantuan Turki Dibutuhkan untuk Selamatkan Aceh
Din di Myanmar: Agama harus Tampil Selesaikan Masalah
Dilarang Pamer Foto Mesra Bareng Calon Suami, Rina Nose Tanggapi Panjang Lebar
Menlu RI Kunjungi Kamp Pengungsi Palestina di Yordania
Inggris Janjikan £2 Juta untuk Atasi Kemiskinan dan Stigma Menstruasi
Menghina Nabi Sejumlah Warga Malaysia Ditangkap dan Diburu Aparat
Volvo Batasi Kecepatan Maksimal Mobil Produksinya
Indonesia-Yordania Sepakat Terus Upayakan Kemerdekaan Palestina
DPR Kecam “Israel” Tutup Masjid Al-Aqsha
Peusaba: Bantuan Turki Dibutuhkan untuk Selamatkan Aceh
Din di Myanmar: Agama harus Tampil Selesaikan Masalah
Dilarang Pamer Foto Mesra Bareng Calon Suami, Rina Nose Tanggapi Panjang Lebar