Huawei Masuk Daftar Hitam di AS
Posted Date : 16-05-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 386 kali.
Presiden Donald Trump sudah menandatangani instruksi presiden untuk melarang perusahaan-perusahaan AS menggunakan perangkat telekomunikasi yang dibuat oleh "musuh asing" yang dianggap bisa menimbulkan risiko keamanan nasional.
Instruksi itu tampaknya ditujukan pada pemasok perangkat teknologi komunikasi dari Cina, terutama Huawei. Departemen Perdagangan AS diberi waktu 150 hari untuk menyusun peraturan baru menindaklanjuti instruksi presiden tersebut.
"Presiden telah menjelaskan bahwa pemerintahan ini akan melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga Amerika tetap aman dan sejahtera, dan untuk melindungi Amerika dari musuh-musuh asing yang secara aktif dan meningkatkan kegiatan dan mengeksploitasi kerentanan," demikian pernyataan resmi dari Kementerian Perdagaangan hari Rabu (15/5).
Departemen Perdagangan memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam perusahaan-perusahaan yang dinilai menimbulkan risiko terhadap keamanan nasional atau kepentingan politik luar negeri AS.
AS tuduh ekspor utama Cina adalah spionase
Pemerintahan Donald Trump memang sudah lama membidik Huawei yang dituding sebagai ancaman keamanan nasional. Huawei antara lain dituduh memasang "pintu belakang" (backdoor) pada perangkat komunikasinya, yang memungkinkan pemerintah Cina memata-matai kegiatan AS. Namun hingga kini belum ada bukti yang ditunjukkan mengenai kemampuan spionase perangkat Huawei di AS.
Instruksi presiden ini adalah "langkah signifikan menuju pengamanan jaringan Amerika," kata Ajit Pai, Ketua Komisi Komunikasi Federal.
Instruksi presiden itu disambut baik oleh Partai Republik, termasuk Senator Nebraska Ben Sasse. "Ekspor utama China adalah spionase, dan perbedaan antara Partai Komunis Cina dan perusahaan 'swasta' Cina seperti Huawei adalah khayalan," kata Ben Sasse kepada kantor berita Reuters.
Huawei kecam pemblokiran pasar
Huawei hari Kamis pagi (16/5) bereaksi dan mengecam langkah pemerintah AS itu sebagai "pemblokiran yang tidak masuk akal" yang diterapkan di pasar AS.
"Membatasi Huawei dari melakukan bisnis di AS tidak akan membuat AS lebih aman atau lebih kuat; sebaliknya, ini hanya akan membatasi AS mendapat alternatif yang lebih murah dari perangkat berharga, membuat AS tertinggal dalam penyebaran teknologi 5G, dan pada akhirnya merugikan kepentingan perusahaan dan konsumen AS sendiri, "kata Huawei dalam pernyataan itu.
AS dan Cina saat ini terlibat dalam perang dagang, di mana kedua negara saling memberlakukan tarif impor tinggi bagi produk impor dari negara yang lain. Pemerintahan Donald Trump juga gencar melobi negara-negara lain, terutama sekutu terdekatnya, untuk tidak menggunakan peralatan Huawei di jaringan komunikasi canggih 5G.
hp/as (rtr, afp, dpa, ap)
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/deutsche-welle/prld2i/huawei-masuk-daftar-hitam-di-as
Instruksi itu tampaknya ditujukan pada pemasok perangkat teknologi komunikasi dari Cina, terutama Huawei. Departemen Perdagangan AS diberi waktu 150 hari untuk menyusun peraturan baru menindaklanjuti instruksi presiden tersebut.
"Presiden telah menjelaskan bahwa pemerintahan ini akan melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga Amerika tetap aman dan sejahtera, dan untuk melindungi Amerika dari musuh-musuh asing yang secara aktif dan meningkatkan kegiatan dan mengeksploitasi kerentanan," demikian pernyataan resmi dari Kementerian Perdagaangan hari Rabu (15/5).
Departemen Perdagangan memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam perusahaan-perusahaan yang dinilai menimbulkan risiko terhadap keamanan nasional atau kepentingan politik luar negeri AS.
AS tuduh ekspor utama Cina adalah spionase
Pemerintahan Donald Trump memang sudah lama membidik Huawei yang dituding sebagai ancaman keamanan nasional. Huawei antara lain dituduh memasang "pintu belakang" (backdoor) pada perangkat komunikasinya, yang memungkinkan pemerintah Cina memata-matai kegiatan AS. Namun hingga kini belum ada bukti yang ditunjukkan mengenai kemampuan spionase perangkat Huawei di AS.
Instruksi presiden ini adalah "langkah signifikan menuju pengamanan jaringan Amerika," kata Ajit Pai, Ketua Komisi Komunikasi Federal.
Instruksi presiden itu disambut baik oleh Partai Republik, termasuk Senator Nebraska Ben Sasse. "Ekspor utama China adalah spionase, dan perbedaan antara Partai Komunis Cina dan perusahaan 'swasta' Cina seperti Huawei adalah khayalan," kata Ben Sasse kepada kantor berita Reuters.
Huawei kecam pemblokiran pasar
Huawei hari Kamis pagi (16/5) bereaksi dan mengecam langkah pemerintah AS itu sebagai "pemblokiran yang tidak masuk akal" yang diterapkan di pasar AS.
"Membatasi Huawei dari melakukan bisnis di AS tidak akan membuat AS lebih aman atau lebih kuat; sebaliknya, ini hanya akan membatasi AS mendapat alternatif yang lebih murah dari perangkat berharga, membuat AS tertinggal dalam penyebaran teknologi 5G, dan pada akhirnya merugikan kepentingan perusahaan dan konsumen AS sendiri, "kata Huawei dalam pernyataan itu.
AS dan Cina saat ini terlibat dalam perang dagang, di mana kedua negara saling memberlakukan tarif impor tinggi bagi produk impor dari negara yang lain. Pemerintahan Donald Trump juga gencar melobi negara-negara lain, terutama sekutu terdekatnya, untuk tidak menggunakan peralatan Huawei di jaringan komunikasi canggih 5G.
hp/as (rtr, afp, dpa, ap)
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/deutsche-welle/prld2i/huawei-masuk-daftar-hitam-di-as
Mengapa Handuk di Hotel Bintang Lima Belum Tentu Higienis?
Australia Diam-Diam Datangkan Terduga Pembunuh Turis
JK Ingatkan Pentingnya Kerja Sama Internasional soal Bencana
Anak Band Aktif Pengajian, Rizal Armada Sebut Banyak Orang Masuk Islam Karena Musik
Perdalam Ilmu Agama, Raffi Ahmad Ingin Berguru Beberapa Tahun ke Arab Saudi
Akhirnya Terjawab, Ini Alasan Opick Dipilih Pegang Rambut Nabi Muhammad SAW
Dokter Lepas Tangan, Ibunda Anisa Bahar Sulit Sembuh dan Sisa Umur Hitungan Bulan Lagi
Pernah Jalan Bareng, Denira Wiraguna Ungkap Hubungan dengan Kevin Sanjaya
Posting Foto Bareng Andre Taulany, Sule Bilang Rindu
Tasya Kamila Melahirkan Bayi Laki-laki, Akhirnya Ditemani Suami Tercinta
Australia Diam-Diam Datangkan Terduga Pembunuh Turis
JK Ingatkan Pentingnya Kerja Sama Internasional soal Bencana
Anak Band Aktif Pengajian, Rizal Armada Sebut Banyak Orang Masuk Islam Karena Musik
Perdalam Ilmu Agama, Raffi Ahmad Ingin Berguru Beberapa Tahun ke Arab Saudi
Akhirnya Terjawab, Ini Alasan Opick Dipilih Pegang Rambut Nabi Muhammad SAW
Dokter Lepas Tangan, Ibunda Anisa Bahar Sulit Sembuh dan Sisa Umur Hitungan Bulan Lagi
Pernah Jalan Bareng, Denira Wiraguna Ungkap Hubungan dengan Kevin Sanjaya
Posting Foto Bareng Andre Taulany, Sule Bilang Rindu
Tasya Kamila Melahirkan Bayi Laki-laki, Akhirnya Ditemani Suami Tercinta
Iran Menahan Diri Meski AS Mundur dari Kesepakatan Nuklir
Terduga Teroris WNI di Malaysia dalam Keadaan Sehat
Cina Resmi Tahan Dua Orang Warga Kanada
Gedung Runtuh di Shanghai, Sembilan Orang Terjebak
Dua Pendaki India Tewas Saat Turun dari Gunung Himalaya
Buka Puasa Bareng Kolonel di Kapal Perang “Siluman” TNI AL
Facebook Perketat Aturan Live Streaming Pasca Teror Selandia Baru
400 Orang Pakistan Positif HIV karena Jarum Suntik Terkontaminasi
Berbagai Kalangan Menolak Larangan Pemakaian Jilbab di Austria
Jamaah Umrah akan Dipakaikan Gelang Khusus Ber-GPS di Saudi
Terduga Teroris WNI di Malaysia dalam Keadaan Sehat
Cina Resmi Tahan Dua Orang Warga Kanada
Gedung Runtuh di Shanghai, Sembilan Orang Terjebak
Dua Pendaki India Tewas Saat Turun dari Gunung Himalaya
Buka Puasa Bareng Kolonel di Kapal Perang “Siluman” TNI AL
Facebook Perketat Aturan Live Streaming Pasca Teror Selandia Baru
400 Orang Pakistan Positif HIV karena Jarum Suntik Terkontaminasi
Berbagai Kalangan Menolak Larangan Pemakaian Jilbab di Austria
Jamaah Umrah akan Dipakaikan Gelang Khusus Ber-GPS di Saudi