Mengapa Handuk di Hotel Bintang Lima Belum Tentu Higienis?

Posted Date : 16-05-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 383 kali.


Setelah menyelesaikan pekerjaannya sebagai housekeeper, atau pembersih kamar hotel, Vee bersumpah ia tidak akan pernah menginap di hotel lagi.

"Ketika kita menginap di hotel bintang lima, kita selalu berpikir mendapatkan layanan terbaik dan seprai yang bersih," katanya.

"Tapi jika tahu apa yang sebenarnya terjadi, Anda menyadari bahwa tidak semuanya seperti yang Anda harapkan."

Vee yang juga pelajar beusia 19 tahun tersebut bekerja di sebuah hotel bintang lima di Melbourne.

Ia mengatakan menjadi hal yang biasa handuk tangan digunakan untuk membersihkan toilet.

Para housekeeper juga terbiasa dengan membersihkan dengan terburu-buru dari satu kamar ke kamar lainnya.

Di hotel yang lebih kecil, menurutnya, selimut sangat jarang diganti dan praktik ini ia temukan hampir di hotel-hotel ia pernah bekerja.

Kekhawatiran soal kebersihan hotel telah menjadi masalah bertahun-tahun, tapi data terbaru penelitian masih terbatas.

Penyelidikan yang dilakukan di Melbourne pada tahun 2010 menemukan adanya "krisis higienis" di hotel-hotel bintang lima, yang disebabkan oleh kurangnya waktu yang diberikan kepada para housekeeper untuk membersihkan kamar.

Dua tahun kemudian, sebuah penelitian yang dipublikasikan di Scientific American menemukan remote control televisi di kamar hotel, karpet, telepon, dan perkakas pembersih memiliki tingkat bakteri yang tinggi.

Dan sekitar 81 persen permukaan kamar hotel yang dijadikan sampel penelitian ditemukan memiliki beberapa bakteri feses.

Vee, yang tidak ingin disebutkan nama lengkapnya, memberi saran kepada mereka yang gemar melancong agar jangan mudah memercayai apa yang mereka lihat dan "selalu membawa handuk ekstra".

Mantan housekeeper lainnya, Jane*, mengatakan kepada ABC meski motel tempat bekerjanya memprioritaskan kebersihan, staf memiliki waktu terbatas untuk setiap kamarnya dan seringkali hanya bisa bersih-bersih permukaannya saja.

'Berbagi kamar tidur' dengan ratusan orang

Julieta, yang bekerja di sebuah hotel bintang empat di Gold Coast, mengatakan saat hotel sedang sibuk, maka yang terpenting hanyalah sekadar "terlihat bersih".

Marylouise McLaws, seorang profesor epidemiologi dan pengendalian penyakit menular di Universitas New South Wales, mengatakan tinggal di sebuah hotel bisa sama seperti "berbagi kamar tidur Anda" dengan ratusan orang lainnya.

Profesor McLaws mengatakan benda-benda yang banyak disentuh, seperti kursi, remote control, sakelar untuk menyalakan dan mematikan lampu, dan meja cenderung menjadi yang banyak bakteri di kamar hotel.

Sementara karena kamar mandi dibersihkan secara teratur dan menyeluruh, "toilet mungkin adalah yang terbersih", katanya.

"Sebagian besar bakteri tidak menyebabkan masalah bagi Anda ... tetapi Anda tidak tahu" katanya.

Eksploitasi pekerja hotel

Para advokat untuk pekerja mengatakan kamar-kamar kotor hanyalah satu dari buruknya sektor yang mana pekerjanya sendiri seringkali dibayar rendah atau terlalu banyak bekerja.

Penyelidikan di tahun 2016 yang dilakukan Fair Work Ombudsman menemukan housekeeper yang bekerja di hotel bintang empat dan lima di Brisbane, Sydney dan Melbourne tidak dibayar dengan benar.

Banyak karyawannya adalah pelajar internasional atau turis backpacker dengan visa liburan kerja, sebagian besar dari negara China dan Korea.

Dalam sebuah pernyataan, Asosiasi Akomodasi Australia (AAoA), badan puncak yang mewakili ratusan hotel dan motel di Australia, mengatakan pelatihan kepatuhan untuk para anggotanya telah ditingkatkan.

"Praktek ini tentu tidak tersebar luas di antara anggota AAoA dan pada kenyataannya kami menyediakan layanan audit sebagai bagian dari keanggotaan untuk membantu praktik terbaik," katanya.

Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/prl6v1/mengapa-handuk-di-hotel-bintang-lima-belum-tentu-higienis