Mahasiswi Aceh yang Meninggal sebelum Wisuda Fasih Bahasa Jepang
Posted Date : 28-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 182 kali.
VIVA – Rina Maharami, seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Arraniry, Banda Aceh, yang meninggal sebelum wisuda, ternyata pintar berbahasa Jepang.
Mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah, itu dikenal cukup baik di lingkungan tempat tinggalnya. Di sela menjadi mahasiswi, ia jadi guru mengaji bagi anak-anak di Desa Cut Rumpun, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar.
Ayah Rina Maharami, Bukhari (59 tahun), mengatakan bahwa kebiasaan Rina selama kuliah giat mengikuti kursus Bahasa Jepang. Dia fokus mempelajarinya. Bahkan, ia sudah fasih berbahasa Jepang.
“Dia pintar bahasa Jepang. Bahasa Jepang-nya seperti kita bahasa Aceh, lancar sekali,” kata Bukhari saat ditemui di rumahnya di Desa Cut Rumpun, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, Kamis, 28 Februari 2019.
Semasa kuliah, kata kuli bangunan itu, Rina sempat meminta untuk bekerja di salah satu sekolah sebagai pengajar Bahasa Jepang. Namun, Bukhari tidak mengizinkannya karena khawatir kuliah Rina terbengkalai.
Anak pasangan dari Bukhari dan Nurbayati itu juga dikenal sebagai siswa berprestasi. Sejak sekolah dasar, ia sudah memiliki prestasi yang membanggakan.
Ketua Prodi Pendidikan Kimia pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Muzakir, mengatakan bahwa Rina mahasiswi yang sosoknya sederhana serta cerdas. Ia juga menguasai Bahasa Jepang dengan baik, bahkan lulus dengan predikat istimewa dengan indeks prestasi kumulatif 3.51.
Sebelum meninggal dunia, Rina sudah menyelesaikan seluruh syarat untuk wisuda. Namun sebelum yudisium, Rina wafat, sehingga ia tidak sempat mengikuti yudisium dan wisuda.
Rina menjalani sidang skripsi pada 24 Januari 2019. Ia juga tercatat tiga kali gagal mengikuti sidang skripsi karena sakit. Namun setelahnya, pada 5 Februari, ia meninggal dunia setelah terserang penyakit tifus stadium akhir hingga gangguan saraf.
Saat upacara wisuda UIN Arraniry, ayahnya yang mewakili Rina untuk mengambil ijazah sang anak. Video pengambilan itu sempat viral di media sosial. (mus)
Sumber : https://www.viva.co.id/berita/nasional/1125823-mahasiswi-aceh-yang-meninggal-sebelum-wisuda-fasih-bahasa-jepang
Mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah, itu dikenal cukup baik di lingkungan tempat tinggalnya. Di sela menjadi mahasiswi, ia jadi guru mengaji bagi anak-anak di Desa Cut Rumpun, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar.
Ayah Rina Maharami, Bukhari (59 tahun), mengatakan bahwa kebiasaan Rina selama kuliah giat mengikuti kursus Bahasa Jepang. Dia fokus mempelajarinya. Bahkan, ia sudah fasih berbahasa Jepang.
“Dia pintar bahasa Jepang. Bahasa Jepang-nya seperti kita bahasa Aceh, lancar sekali,” kata Bukhari saat ditemui di rumahnya di Desa Cut Rumpun, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar, Kamis, 28 Februari 2019.
Semasa kuliah, kata kuli bangunan itu, Rina sempat meminta untuk bekerja di salah satu sekolah sebagai pengajar Bahasa Jepang. Namun, Bukhari tidak mengizinkannya karena khawatir kuliah Rina terbengkalai.
Anak pasangan dari Bukhari dan Nurbayati itu juga dikenal sebagai siswa berprestasi. Sejak sekolah dasar, ia sudah memiliki prestasi yang membanggakan.
Ketua Prodi Pendidikan Kimia pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Muzakir, mengatakan bahwa Rina mahasiswi yang sosoknya sederhana serta cerdas. Ia juga menguasai Bahasa Jepang dengan baik, bahkan lulus dengan predikat istimewa dengan indeks prestasi kumulatif 3.51.
Sebelum meninggal dunia, Rina sudah menyelesaikan seluruh syarat untuk wisuda. Namun sebelum yudisium, Rina wafat, sehingga ia tidak sempat mengikuti yudisium dan wisuda.
Rina menjalani sidang skripsi pada 24 Januari 2019. Ia juga tercatat tiga kali gagal mengikuti sidang skripsi karena sakit. Namun setelahnya, pada 5 Februari, ia meninggal dunia setelah terserang penyakit tifus stadium akhir hingga gangguan saraf.
Saat upacara wisuda UIN Arraniry, ayahnya yang mewakili Rina untuk mengambil ijazah sang anak. Video pengambilan itu sempat viral di media sosial. (mus)
Sumber : https://www.viva.co.id/berita/nasional/1125823-mahasiswi-aceh-yang-meninggal-sebelum-wisuda-fasih-bahasa-jepang
Hujan Deras, Ratusan Rumah di Merangin Jambi Terendam Banjir
Bayi Terkecil di Dunia Tinggalkan RS Tokyo Setelah Bobot Tambah
Dai Labuhan Batu Dijerat UU ITE, Saksi Terkesan Akhlak Terdakwa
Swedia Tangkap Tersangka Mata-Mata Rusia
Sebanyak 1.000 Tiket Kodaline Akan Dijual On The Spot Besok
Anas Ainur Rahman, Balita Penyintas Kanker Neuroblastoma
Tak Tembus Target, Sales Dihukum Kunyah Terasi
Indra Sjafri Beri Isyarat Lupakan Egy Maulana
PPN Pengambengan Mulai Dibanjiri Ikan
ACT-MRI Cepat Tanggap Bantu Korban Banjir Kuantan Singingi
Bayi Terkecil di Dunia Tinggalkan RS Tokyo Setelah Bobot Tambah
Dai Labuhan Batu Dijerat UU ITE, Saksi Terkesan Akhlak Terdakwa
Swedia Tangkap Tersangka Mata-Mata Rusia
Sebanyak 1.000 Tiket Kodaline Akan Dijual On The Spot Besok
Anas Ainur Rahman, Balita Penyintas Kanker Neuroblastoma
Tak Tembus Target, Sales Dihukum Kunyah Terasi
Indra Sjafri Beri Isyarat Lupakan Egy Maulana
PPN Pengambengan Mulai Dibanjiri Ikan
ACT-MRI Cepat Tanggap Bantu Korban Banjir Kuantan Singingi
Hubungan India-Pakistan Memanas, WNI di Pakistan Diminta Waspada
Menteri Rini Ancam Pecat Direksi BUMN yang Telat Bayar Gaji Karyawan
Kemenag Hargai Banding Hayati ke BKN
Manuskrip Kuno Ungkap Kisah Jejak Tsunami Aceh
CEO Ted Baker Mundur Akibat Kebiasaan Memeluk Rekan Kerja
Malaysia Siap Dukung Pencarian Ketiga Pesawat MH370
Transgender Harus Dilarang Bertanding Melawan Atlet Wanita
Lampung Hijrah Fair, IMS Gelar Hapus Tato
TPM ungkap Ustadz ABB Didatangi Menkumham lagi
Hayati mengaku Punya Izin Selama 67 Hari Absen di Kampus
Menteri Rini Ancam Pecat Direksi BUMN yang Telat Bayar Gaji Karyawan
Kemenag Hargai Banding Hayati ke BKN
Manuskrip Kuno Ungkap Kisah Jejak Tsunami Aceh
CEO Ted Baker Mundur Akibat Kebiasaan Memeluk Rekan Kerja
Malaysia Siap Dukung Pencarian Ketiga Pesawat MH370
Transgender Harus Dilarang Bertanding Melawan Atlet Wanita
Lampung Hijrah Fair, IMS Gelar Hapus Tato
TPM ungkap Ustadz ABB Didatangi Menkumham lagi
Hayati mengaku Punya Izin Selama 67 Hari Absen di Kampus