Latihan Simulasi ke Mars, Seniman Yogya: Tingkat Stress Tinggi

Posted Date : 16-03-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 273 kali.


TEMPO.CO, Jakarta - Penggila Unidentified Flying Object (UFO) asal Indonesia, Vincensius Christiawan mengisahkan stress yang dia alami ketika menjalani simulasi riset isolasi manusia menuju Antartika di kapal pemecah es Jepang berukuran jumbo. Tujuan akhir dari proyek ini adalah menyiapkan manusia Bumi ke planet lain lain, termasuk Mars.

Venzha, sapaan Vincensius menunjukkan foto-fotonya kepada Tempo selama proses karantina sebulan di kapal pemecah es berukuran besar milik Jepang bernama SHIRASE 5002 pada 14 Februari-14Maret 2019.

Kapal tersebut dahulu digunakan untuk perjalanan ke Antartika, bagian dari riset dan eksplorasi ruang angkasa. SHIRASE 5002 mulai tidak beroperasi ke Antartika pada 2008.

Tugasnya kini digantikan oleh SHIRASE 5003 yang kini sedang berada di Antartika. Setelah pelatihan ini, Venzha disiapkan untuk tingkat selanjutnya, perjalanan ke Antartika.

Venzha merupakan satu-satunya orang Indonesia yang terseleksi bersama tiga orang dari Jepang. Ketiganya yakni Yusuke Murakami (excecutive officer), Misuzu Takashina (journalist), dan Daisuke Kasada (mission specialist). Di kapal itu, Venzha dan timnya wajib mengikuti semua aturan dan disiplin. "Tingkat stressnya tinggi," kata Venzha melalui pesan WhatsApp, Jumat, 15 Maret 2019.

Venzha dan timnya harus mengikuti serangkaian pemeriksaan dokter. Semua aktivitasnya direkam dengan sangat teliti.

Dia menunjukkan daftar kuesioner yang diajukan dokter, misalnya pekerjaan dengan tingkat kemampuan dan pengetahuan yang tinggi, pekerjaan yang membutuhkan tingkat kehati-hatian dan perhatian, pekerjaan yang membutuhkan kemampuan fisik yang lebih. Dokter juga menyertakan kuosioner soal perasaan marah, aktif, dan penuh energi.

Kapal Shirase tempat pelatihan persiapan menuju ke Antartika dan Mars. (Dok. Vincensius Christiawan)

Di kapal itu tidak ada jendela sama sekali. Tidak bisa membedakan siang dan malam. Dia seperti hidup tanpa pedoman rentang dan hitungan waktu di bumi. Misalnya saat dia bertugas, waktu sarapan ia mulai pukul 12 malam, tidur pukul 16.00, bangun jam 12 malam.

Venzha mengikuti perputaram waktu dan rentang durasi seperti sedang di pesawat ruang angkasa. "Harus ada yang terjaga dan semua tidak boleh tidur," kata Venzha.

Dia menggunakan alat bantu pernapasan khusus dengan istilah pressurization. Kapal ini diumpamakan sebagai pesawat atau kendaraan ruang angkasa. Seperti dalam latihan misi ke ruang angkasa, semua tim di kapal itu dilatih agar bisa mendarat dengan aman sesuai tujuannya.

Dia mengkonsumsi space food, yaitu makanan yang dibekukan atau juga bisa berbentuk pasta (berbentuk seperti odol), bergantung jenis misi dan lokasi simulasi. Makanan yang berbentuk pasta mempunyai kadar kalori yang tinggi karena untuk satu pasta harus bisa menopang energi untuk 6 jam.

Makanan yang disiapkan terbatas dan tidak beragam. Berbeda dengan saat ia menjalani misi pelatihan ke Mars di Amerika Serikat pada 2018 lalu. "Saya mengalami gangguan metabolisme tubuh," kata dia.

Orang yang menjalankan misi harus paham jenis misi dan energi sebesar apa yang diperlukan. Energi yang dimaksud untuk pernafasan, energi untuk devices (peralatan). Cara berkomunikasi melalui radio juga bagian yang sangat penting dan vital. "Tidak boleh salah karena akan fatal untuk keselamatan awak atau tim," kata Venzha.

SHIRASE mempunyai misi jangka panjang, sampai dengan 2030, bersamaan dengan misi manusia bumi ke Planet Mars. Misi 2019 kali ini adalah misi awal yang disebut dengan SHIRASE EXP.0 atau Expedition Zero.

Sumber : https://tekno.tempo.co/read/1185817/latihan-simulasi-ke-mars-seniman-yogya-tingkat-stress-tinggi/full&view=ok