Beda Henti Jantung pada Maradona dengan Serangan Jantung

Posted Date : 26-11-2020, berita ini telah dikunjungi sebanyak 512 kali.


Jakarta, CNN Indonesia --

Legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona meninggal dunia setelah mengalami henti jantung mendadak di usianya yang menginjak 60 tahun. Kenali beda henti jantung dan serangan jantung yang kerap dianggap sama.


Banyak orang menganggap keduanya merupakan kondisi yang sama. Padahal, keduanya merupakan kondisi medis yang didasari dengan permasalahan yang saling berbeda satu sama lain.


Namun, meski berbeda, kedua kondisi tersebut saling berkaitan satu sama lain. Serangan jantung disebut dapat meningkatkan risiko henti jantung mendadak. Enam bulan pertama setelah serangan jantung menjadi masa rentan bagi seseorang untuk mengalami henti jantung.



Beda henti jantung dan serangan jantung sendiri dapat dilihat dari berbagai sisi. Berikut mengutip situs American Heart Association.

1. Pemicu


Masalah pemicu menjadi perbedaan paling kentara di antara keduanya. Serangan jantung berhubungan dengan sirkulasi darah. Kondisi ini disebabkan oleh penyumbatan aliran darah menuju jantung yang mengakibatkan jantung tak bekerja maksimal.
Sementara henti jantung bisa disebabkan oleh beberapa hal. Gangguan atau masalah pada listrik jantung menjadi pemicu yang paling umum.
Kerusakan listrik pada jantung umumnya dapat menimbulkan aritmia. Nama terakhir merupakan gangguan irama jantung yang menyebabkan aliran darah ke jantung berhenti.
Kerusakan listrik membuat jantung tak dapat memompa darah ke otak dan organ tubuh lainnya serta menimbulkan kerusakan total. Kondisi tersebut dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran hingga denyut nadi yang tak berdetak.

Selain itu, henti jantung juga dapat disebabkan oleh penebalan otot jantung (kardiomiopati), gagal jantung, konsumsi beberapa jenis obat-obatan, dan kelainan pembuluh darah.



2. Gejala


Tak seperti henti jantung yang terjadi secara mendadak tanpa ditandai oleh gejala awal, serangan jantung justru umumnya dibuka oleh beberapa gejala yang intens. Misalnya saja palpitasi (jantung berdebat-debat), nyeri dada sebelah keri, sesak napas, mual dan muntah, keringat dingin, serta perasaan mudah lelah. Gejala akan bertambah parah seiring waktu.

Sementara henti jantung hanya ditandai oleh denyut nadi yang mendadak hilang, tak bernapas, dan hilang kesadaran.

Kendati demikian, dalam beberapa kasus, henti jantung ditandai oleh beberapa gejala awal seperti rasa tidak nyaman pada dada, kesulitan bernapas, rasa lemas, dan palpitasi.

3. Penanganan


Baik serangan jantung ataupun henti jantung sama-sama membutuhkan pertolongan medis sesegera mungkin.

Namun, pada kasus henti jantung, lengkapi penanganan sederhana dengan melakukan metode hands-only CPR atau kompresi dada dengan tangan. Kompresi dada dapat membantu meningkatkan kemungkinan menyelamatkan pasien henti jantung mendadak.

(asr)


Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201126073742-255-574619/beda-henti-jantung-pada-maradona-dengan-serangan-jantung