Ahli China Klaim Covid-19 Bukan dari Wuhan, Tapi Asli India
Posted Date : 28-11-2020, berita ini telah dikunjungi sebanyak 535 kali.
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah peneliti China menerbitkan jurnal ilmiah yang mengklaim bahwa asal virus corona Covid-19 bukan dari Wuhan, China. Mereka mengklaim memiliki teori baru yang menyatakan bahwa SARS-Cov-2 itu berasal dari India.
Penelitian ini telah ditinjau oleh sejawat (peer reviewed) dan diterbitkan dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution dan tertulis dipimpin oleh Shen Libing, dari Ilmu Biologi, Institut Shanghai.
Penelitian ini telah ditinjau oleh sejawat (peer reviewed) dan diterbitkan dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution dan tertulis dipimpin oleh Shen Libing, dari Ilmu Biologi, Institut Shanghai.
Sebelumnya, makalah yang berjudul 'The Early Cryptic Transmission and Evolution of Sars-CoV-2 in Human Hosts', bahkan mengklaim bahwa virus corona sudah ada di India dan Bangladesh. Namun penelitian oleh ahli China itu belum dilakukan peer reviewed.
Shen mengklaim berdasarkan mutasi dan sejarah evolusi virus di China, virus kelelawar tidak berkaitan dengan virus manusia. Atas dasar itu mereka mengklaim tidak ada yang bisa melacak pandemi Covid-19 sejak awal.
Mereka kemudian menggunakan metode baru yang hanya menghitung jumlah mutasi pada setiap jenis virus. Strain dengan lebih banyak mutasi telah ada untuk waktu yang lebih lama, dan mutasi yang lebih sedikit justru lebih dekat dengan nenek moyang asli SARS-CoV-2.
"Tim menemukan bahwa beberapa strain memiliki mutasi lebih sedikit daripada yang pertama kali dikumpulkan di Wuhan. Itu artinya Wuhan tidak bisa menjadi tempat pertama di mana penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia terjadi," klaim Shen mengutip SCMP, Jumat (27/11).
Lebih lanjut, makalah Shen tersebut menyatakan bahwa strain paling sedikit bermutasi ditemukan di delapan negara dari empat benua: Australia, Bangladesh, Yunani, AS, Rusia, Italia, India, dan Republik Ceko.
Shen mengklaim virus corona tidak bisa menular ke manusia dari semua tempat ini pada waktu yang bersamaan.
Area wabah corona pertama seharusnya memiliki keragaman genetik terbesar, menandakan bahwa wabah tersebut sudah ada lebih lama. Shen lalu mengklaim tidak ada daerah lain yang memiliki keragaman virus lebih banyak daripada India dan Bangladesh.
"Informasi geografis strain yang paling sedikit bermutasi dan keanekaragaman strain menunjukkan bahwa India menjadi tempat penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia yang paling awal terjadi," tegas Shen.
Shen kemudian menuding cuaca ekstrem mungkin telah memicu pandemi Covid-19 di India. Pada Mei 2019, India diserang gelombang panas terpanjang kedua. Kekeringan disebut memaksa hewan dan manusia ambil sumber air minum dari tempat yang sama.
"Ini mungkin telah meningkatkan kemungkinan virus menular ke manusia," kata Shen.
Namun, ilmuwan lain mempertanyakan temuan peneliti China Shen tersebut. Mereka mengatakan prinsip penelitian dan perangkat lunak yang digunakan tidak sesuai dengan standar yang diharapkan untuk jenis analisis filogenetik ini.
"Memilih urutan virus yang tampaknya memiliki jumlah perbedaan paling sedikit dari yang lain dalam kumpulan acak tidak mungkin menghasilkan 'nenek moyang' dari virus," kata Marc Suchard, profesor di Departemen Biostatistik dan Genetika Manusia di Universitas California, Los Angeles.
Penemuan Shen juga dibantah Mukesh Thakur, Ahli Virologi pemerintah India yang juga aktif di Zoological Survey of India. Thakur menekankan argumen yang dibangun oleh peneliti China tidak kuat.
"Tampaknya hasil salah tafsir," kata Thakur.
Corona Disebut Muncul Pertama di Italia
Sementara itu, menurut para ilmuwan di Italia, pasien dalam uji coba kanker ditemukan telah mengembangkan antibodi virus korona beberapa bulan sebelum kasus resmi pertama di Wuhan, Tiongkok.
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Covid-19 tidak diketahui sebelum wabah pertama kali dilaporkan di Wuhan, pada Desember. Beberapa bulan kemudian, kasus resmi pertama terdeteksi di Eropa.
Menurut temuan yang diterbitkan oleh Institut Kanker Nasional Milan (NCI), sampel dari empat pasien, sejak awal Oktober 2019, ditemukan mengandung antibodi Covid-19.
"Hasilnya berarti pasien tertular virus corona pada September. Sekitar lima bulan sebelum Italia mencatat pasien Covid-19 resmi pertamanya pada 21 Februari di sebuah kota dekat Milan, di wilayah utara Lombardy," sebut temuan NCI itu, mengutip Sky News, (17/11).
Studi yang diterbitkan oleh majalah ilmiah NCI Tumori Journal membeberkan bahwa 11,6 persen sampel darah dari 959 sukarelawan sehat, yang terdaftar dalam uji coba skrining kanker paru antara September 2019 dan Maret 2020, telah mengembangkan antibodi corona jauh sebelum Februari.
"Ini adalah temuan utama: orang tanpa gejala tidak hanya positif setelah tes serologis, tetapi juga memiliki antibodi yang mampu membunuh virus," tulis alah satu peneliti dari jurnal tersebut, Giovanni Apolone.
"Artinya, virus corona dapat beredar di antara populasi dalam waktu lama dan dengan tingkat kematian yang rendah bukan karena menghilang tetapi karena melonjak lagi," pungkasnya.
(dal/DAL)
Sumber : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201128000713-199-575549/ahli-china-klaim-covid-19-bukan-dari-wuhan-tapi-asli-india
Penelitian ini telah ditinjau oleh sejawat (peer reviewed) dan diterbitkan dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution dan tertulis dipimpin oleh Shen Libing, dari Ilmu Biologi, Institut Shanghai.
Penelitian ini telah ditinjau oleh sejawat (peer reviewed) dan diterbitkan dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution dan tertulis dipimpin oleh Shen Libing, dari Ilmu Biologi, Institut Shanghai.
Sebelumnya, makalah yang berjudul 'The Early Cryptic Transmission and Evolution of Sars-CoV-2 in Human Hosts', bahkan mengklaim bahwa virus corona sudah ada di India dan Bangladesh. Namun penelitian oleh ahli China itu belum dilakukan peer reviewed.
Shen mengklaim berdasarkan mutasi dan sejarah evolusi virus di China, virus kelelawar tidak berkaitan dengan virus manusia. Atas dasar itu mereka mengklaim tidak ada yang bisa melacak pandemi Covid-19 sejak awal.
Mereka kemudian menggunakan metode baru yang hanya menghitung jumlah mutasi pada setiap jenis virus. Strain dengan lebih banyak mutasi telah ada untuk waktu yang lebih lama, dan mutasi yang lebih sedikit justru lebih dekat dengan nenek moyang asli SARS-CoV-2.
"Tim menemukan bahwa beberapa strain memiliki mutasi lebih sedikit daripada yang pertama kali dikumpulkan di Wuhan. Itu artinya Wuhan tidak bisa menjadi tempat pertama di mana penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia terjadi," klaim Shen mengutip SCMP, Jumat (27/11).
Lebih lanjut, makalah Shen tersebut menyatakan bahwa strain paling sedikit bermutasi ditemukan di delapan negara dari empat benua: Australia, Bangladesh, Yunani, AS, Rusia, Italia, India, dan Republik Ceko.
Shen mengklaim virus corona tidak bisa menular ke manusia dari semua tempat ini pada waktu yang bersamaan.
Area wabah corona pertama seharusnya memiliki keragaman genetik terbesar, menandakan bahwa wabah tersebut sudah ada lebih lama. Shen lalu mengklaim tidak ada daerah lain yang memiliki keragaman virus lebih banyak daripada India dan Bangladesh.
"Informasi geografis strain yang paling sedikit bermutasi dan keanekaragaman strain menunjukkan bahwa India menjadi tempat penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia yang paling awal terjadi," tegas Shen.
Shen kemudian menuding cuaca ekstrem mungkin telah memicu pandemi Covid-19 di India. Pada Mei 2019, India diserang gelombang panas terpanjang kedua. Kekeringan disebut memaksa hewan dan manusia ambil sumber air minum dari tempat yang sama.
"Ini mungkin telah meningkatkan kemungkinan virus menular ke manusia," kata Shen.
Namun, ilmuwan lain mempertanyakan temuan peneliti China Shen tersebut. Mereka mengatakan prinsip penelitian dan perangkat lunak yang digunakan tidak sesuai dengan standar yang diharapkan untuk jenis analisis filogenetik ini.
"Memilih urutan virus yang tampaknya memiliki jumlah perbedaan paling sedikit dari yang lain dalam kumpulan acak tidak mungkin menghasilkan 'nenek moyang' dari virus," kata Marc Suchard, profesor di Departemen Biostatistik dan Genetika Manusia di Universitas California, Los Angeles.
Penemuan Shen juga dibantah Mukesh Thakur, Ahli Virologi pemerintah India yang juga aktif di Zoological Survey of India. Thakur menekankan argumen yang dibangun oleh peneliti China tidak kuat.
"Tampaknya hasil salah tafsir," kata Thakur.
Corona Disebut Muncul Pertama di Italia
Sementara itu, menurut para ilmuwan di Italia, pasien dalam uji coba kanker ditemukan telah mengembangkan antibodi virus korona beberapa bulan sebelum kasus resmi pertama di Wuhan, Tiongkok.
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Covid-19 tidak diketahui sebelum wabah pertama kali dilaporkan di Wuhan, pada Desember. Beberapa bulan kemudian, kasus resmi pertama terdeteksi di Eropa.
Menurut temuan yang diterbitkan oleh Institut Kanker Nasional Milan (NCI), sampel dari empat pasien, sejak awal Oktober 2019, ditemukan mengandung antibodi Covid-19.
"Hasilnya berarti pasien tertular virus corona pada September. Sekitar lima bulan sebelum Italia mencatat pasien Covid-19 resmi pertamanya pada 21 Februari di sebuah kota dekat Milan, di wilayah utara Lombardy," sebut temuan NCI itu, mengutip Sky News, (17/11).
Studi yang diterbitkan oleh majalah ilmiah NCI Tumori Journal membeberkan bahwa 11,6 persen sampel darah dari 959 sukarelawan sehat, yang terdaftar dalam uji coba skrining kanker paru antara September 2019 dan Maret 2020, telah mengembangkan antibodi corona jauh sebelum Februari.
"Ini adalah temuan utama: orang tanpa gejala tidak hanya positif setelah tes serologis, tetapi juga memiliki antibodi yang mampu membunuh virus," tulis alah satu peneliti dari jurnal tersebut, Giovanni Apolone.
"Artinya, virus corona dapat beredar di antara populasi dalam waktu lama dan dengan tingkat kematian yang rendah bukan karena menghilang tetapi karena melonjak lagi," pungkasnya.
(dal/DAL)
Sumber : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201128000713-199-575549/ahli-china-klaim-covid-19-bukan-dari-wuhan-tapi-asli-india
Aplikasi Android Bakal Bisa Dimainkan di Windows 10 pada 2021
Mungkinkah batu meteor bernilai puluhan miliar rupiah?
Edhy Prabowo dan kebijakan ekspor benih lobster, benarkah membuat 'everybody happy'?
Mengajar di TK Selama 57 Tahun, Nenek Chamimah Jadi Sarjana di Usia 78 Tahun.
Beda Henti Jantung pada Maradona dengan Serangan Jantung
Kepergian Maradona dan Memori Solidaritas Terhadap Palestina
Diego Maradona Berpulang
Rumah Tempat Penyimpanan Tabung Gas Elpiji Terbakar, 5 Orang Tewas
Intel Klaim Prosesornya Lebih Kencang dari Ryzen 4000 di Laptop
Jadi Mobil Favorit, Kijang Doyok Dipakai Wagub Jabar buat Kerja
Mungkinkah batu meteor bernilai puluhan miliar rupiah?
Edhy Prabowo dan kebijakan ekspor benih lobster, benarkah membuat 'everybody happy'?
Mengajar di TK Selama 57 Tahun, Nenek Chamimah Jadi Sarjana di Usia 78 Tahun.
Beda Henti Jantung pada Maradona dengan Serangan Jantung
Kepergian Maradona dan Memori Solidaritas Terhadap Palestina
Diego Maradona Berpulang
Rumah Tempat Penyimpanan Tabung Gas Elpiji Terbakar, 5 Orang Tewas
Intel Klaim Prosesornya Lebih Kencang dari Ryzen 4000 di Laptop
Jadi Mobil Favorit, Kijang Doyok Dipakai Wagub Jabar buat Kerja
Stasiun Luar Angkasa China Selesai Dibangun 2022
Hadirkan Mobil Listrik Pertama di Asia Tenggara, Lexus UX 300e Siap Mengaspal di Indonesia
Waspadai Dampak Sosial dari Rencana Perubahan Skema Gaji PNS
Erick Thohir Rombak Fokus Bisnis Bank BUMN
Bayi di Singapura Lahir dengan Antibodi Covid-19
Studi Temukan Jenis Teh Penangkal Covid-19
Anies Minta Warga DKI Tahan Diri Liburan Natal dan Tahun Baru
Penambang Pasir Ketiduran saat Gunung Semeru Meletus
Bermula 8 Siswa SMK Batuk dan Anosmia, Terbongkar 179 Siswa Positif Covid-19
'Gimana Ganja Mau Dipakai Medis, Diteliti Aja Enggak Boleh'
Hadirkan Mobil Listrik Pertama di Asia Tenggara, Lexus UX 300e Siap Mengaspal di Indonesia
Waspadai Dampak Sosial dari Rencana Perubahan Skema Gaji PNS
Erick Thohir Rombak Fokus Bisnis Bank BUMN
Bayi di Singapura Lahir dengan Antibodi Covid-19
Studi Temukan Jenis Teh Penangkal Covid-19
Anies Minta Warga DKI Tahan Diri Liburan Natal dan Tahun Baru
Penambang Pasir Ketiduran saat Gunung Semeru Meletus
Bermula 8 Siswa SMK Batuk dan Anosmia, Terbongkar 179 Siswa Positif Covid-19
'Gimana Ganja Mau Dipakai Medis, Diteliti Aja Enggak Boleh'