Remaja Bertopi "MAGA" Ini Bantah Mengejek Pria dari Suku Indian
Posted Date : 24-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 241 kali.
WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Remaja yang menjadi pusat perhatian karena dilaporkan mengejek seorang pria dari Suku Indian akhirnya angkat bicara.
Nick Sandmann, siswa dari SMA Katolik Covington di Kentucky, Amerika Serikat (AS), membantah dirinya mengejek tetua Suku Omaha Nathan Phillips.
Sandmann dan teman-temannya mengikuti Gerakan Hidup, sebuah aksi anti-aborsi yang berlangsung di Washington pada Jumat pekan lalu (18/1/2019).
Kebanyakan dari remaja itu mengenakan topi bertuliskan Make America Great Again (MAGA) yang merupakan jargon Presiden Donald Trump.
Di saat bersamaan, Phillips bersama anggota Suku Indian lain juga tengah menggelar aksi unjuk rasa Pergerakan Masyarakat Adat.
Dilansir BBC Senin (21/1/2019), dalam video yang beredar terdapat juga sekelompok pria Afro-Amerika menamakan diri mereka Hebrew Israelites.
Insiden terjadi ketika Phillips dan anggota Pergerakan Masyarakat Adat mulai bergerak menuju Lincoln Memorial di mans Sandmann dan teman-temannya berada.
Video pendek menunjukkan Sandmann tersenyum dan berdiri berhadapan dengan Phillips yang sedang bernyanyi dan menabuh drum.
Sementara di sekeliling Phillips, remaja yang lain mulai tertawa, berteriak, dan bertepuk tangan, dan membuat video itu menjadi viral.
Dalam keterangan tertulis, Sandmann memberikan klarifikasi di mana saat itu kelompok Hebrew Israelites mencemooh mereka dengan menyebut "rasis" serta "anak inces".
Dia mengungkapkan karena hinaan yang diberikan, salah seorang murid meminta izin kepada guru pendamping untuk meneriakkan yel-yel sekolah untuk menangkal ujaran kebencian itu.
Ketika mereka sedang bernyanyi itulah, Sandmann mengklaim Phillips bersama anggota pergerakan masyarakat adat lainnya mulai mendekati mereka.
Dia berkata tidak ada seorang pun yang mencoba menghalangi jalan Phillips. Namun veteran Perang Vietnam itu mendekati dan berhadapan dengannya.
"Sejujurnya, saya tertegun dan bingung mengapa dia mendekati saya," tutur Sandmann yang menambahkan, dia tidak merasa menghalangi jalan Phillips.
Dia melanjutkan, Phillips tidak berupaya untuk memutarinya. Terkait dengan video dia tersenyum kepada Phillips, dia memberikan penjelasan.
Dia mengatakan senyuman tersebut merupakan pesan bahwa dia tidak akan marah ataupun terprovokasi ke konfrontasi lebih besar.
Sandmann menjelaskan dia menghormati hak pria 68 tahun itu untuk menggunakan kebebasan berpendapatnya melalui aksi protes.
"Saya yakin dia harusnya memikirkan kembali taktiknya untuk menyerang wilayah personal seseorang. Namun, itu merupakan pilihannya," terang Sandmann.
Dia menegaskan teman-temannya hanya menggunakan yel-yel sekolah, dan mengaku tidak ada yang menyuarakan kalimat rasis atau hinaan.
Video tersebut menuai perhatian dari Trump di mana melalui unggahannya di Twitter, dia yakin kelompok remaja tersebut diperlakukan tidak adil.
"Tidak bagus tentunya. Namun dia pasti bakal kembali melanjutkan aktivitasnya dengan hebat," ujar Trump dilansir Business Insider.
Sebelumnya, Phillips menuturkan dia menerima ejekan ketika berusaha mencapai Lincoln Memorial guna memanjatkan doa.
Berdasarkan salah satu peserta aksi, ada yang meneriakkan "Buil the Wall!" yang notabene janji kampanye Trump untuk membangun tembok perbatasan di Meksiko.
"Mereka berkata satu sama lain seperti 'Di tempatku, para Indian ini tak lebih dari sekumpulan pemabuk'," keluh Phillips dikutip AP.
Kaya Taitano yang merekam video viral itu berkata kepada CNN bahwa dia merasa tidak aman karena di sekeliling Phillips, remaja itu melontarkan ejekan.
Adapun media AS lainnya memberitakan remaja itu melakukan haka yang bagi Suku Indian dianggap sebagai bentuk penghinaan.
Sementara Hebrew Israelites mengunggah bantahan di Facebook bahwa remaja tersebut yang memulai mengejek ketika mereka menggelar orasi.
Sumber : https://internasional.kompas.com/read/2019/01/22/13341031/remaja-bertopi-maga-ini-bantah-mengejek-pria-dari-suku-indian
Nick Sandmann, siswa dari SMA Katolik Covington di Kentucky, Amerika Serikat (AS), membantah dirinya mengejek tetua Suku Omaha Nathan Phillips.
Sandmann dan teman-temannya mengikuti Gerakan Hidup, sebuah aksi anti-aborsi yang berlangsung di Washington pada Jumat pekan lalu (18/1/2019).
Kebanyakan dari remaja itu mengenakan topi bertuliskan Make America Great Again (MAGA) yang merupakan jargon Presiden Donald Trump.
Di saat bersamaan, Phillips bersama anggota Suku Indian lain juga tengah menggelar aksi unjuk rasa Pergerakan Masyarakat Adat.
Dilansir BBC Senin (21/1/2019), dalam video yang beredar terdapat juga sekelompok pria Afro-Amerika menamakan diri mereka Hebrew Israelites.
Insiden terjadi ketika Phillips dan anggota Pergerakan Masyarakat Adat mulai bergerak menuju Lincoln Memorial di mans Sandmann dan teman-temannya berada.
Video pendek menunjukkan Sandmann tersenyum dan berdiri berhadapan dengan Phillips yang sedang bernyanyi dan menabuh drum.
Sementara di sekeliling Phillips, remaja yang lain mulai tertawa, berteriak, dan bertepuk tangan, dan membuat video itu menjadi viral.
Dalam keterangan tertulis, Sandmann memberikan klarifikasi di mana saat itu kelompok Hebrew Israelites mencemooh mereka dengan menyebut "rasis" serta "anak inces".
Dia mengungkapkan karena hinaan yang diberikan, salah seorang murid meminta izin kepada guru pendamping untuk meneriakkan yel-yel sekolah untuk menangkal ujaran kebencian itu.
Ketika mereka sedang bernyanyi itulah, Sandmann mengklaim Phillips bersama anggota pergerakan masyarakat adat lainnya mulai mendekati mereka.
Dia berkata tidak ada seorang pun yang mencoba menghalangi jalan Phillips. Namun veteran Perang Vietnam itu mendekati dan berhadapan dengannya.
"Sejujurnya, saya tertegun dan bingung mengapa dia mendekati saya," tutur Sandmann yang menambahkan, dia tidak merasa menghalangi jalan Phillips.
Dia melanjutkan, Phillips tidak berupaya untuk memutarinya. Terkait dengan video dia tersenyum kepada Phillips, dia memberikan penjelasan.
Dia mengatakan senyuman tersebut merupakan pesan bahwa dia tidak akan marah ataupun terprovokasi ke konfrontasi lebih besar.
Sandmann menjelaskan dia menghormati hak pria 68 tahun itu untuk menggunakan kebebasan berpendapatnya melalui aksi protes.
"Saya yakin dia harusnya memikirkan kembali taktiknya untuk menyerang wilayah personal seseorang. Namun, itu merupakan pilihannya," terang Sandmann.
Dia menegaskan teman-temannya hanya menggunakan yel-yel sekolah, dan mengaku tidak ada yang menyuarakan kalimat rasis atau hinaan.
Video tersebut menuai perhatian dari Trump di mana melalui unggahannya di Twitter, dia yakin kelompok remaja tersebut diperlakukan tidak adil.
"Tidak bagus tentunya. Namun dia pasti bakal kembali melanjutkan aktivitasnya dengan hebat," ujar Trump dilansir Business Insider.
Sebelumnya, Phillips menuturkan dia menerima ejekan ketika berusaha mencapai Lincoln Memorial guna memanjatkan doa.
Berdasarkan salah satu peserta aksi, ada yang meneriakkan "Buil the Wall!" yang notabene janji kampanye Trump untuk membangun tembok perbatasan di Meksiko.
"Mereka berkata satu sama lain seperti 'Di tempatku, para Indian ini tak lebih dari sekumpulan pemabuk'," keluh Phillips dikutip AP.
Kaya Taitano yang merekam video viral itu berkata kepada CNN bahwa dia merasa tidak aman karena di sekeliling Phillips, remaja itu melontarkan ejekan.
Adapun media AS lainnya memberitakan remaja itu melakukan haka yang bagi Suku Indian dianggap sebagai bentuk penghinaan.
Sementara Hebrew Israelites mengunggah bantahan di Facebook bahwa remaja tersebut yang memulai mengejek ketika mereka menggelar orasi.
Sumber : https://internasional.kompas.com/read/2019/01/22/13341031/remaja-bertopi-maga-ini-bantah-mengejek-pria-dari-suku-indian
Gempa Beruntun di Zona Subduksi Selatan Sumba
Jadi Detektif Kepolisian, Nicole Kidman Hampir Tak Bisa Dikenali
BKSDA Aceh Sita Orangutan yang Sudah 6 Bulan Dipelihara Warga
2 Pelaku Jambret Ditangkap Usai Beraksi di Tanjung Priok
Pengendara Motor di Jakbar Tewas Tertabrak Truk
Harga Rumah Subsidi di Papua dan Jakarta akan Naik Paling Tinggi
NASA-nya Eropa Mau Menambang di Bulan
Kasus 'Jogja Istimewa' Masih Bergulir, Polisi Akan Periksa Kill the DJ
Selain Bayar Utang, Pria di Bali Gadai 14 Mobil Rentalan untuk Modal Berjudi
BMKG Keluarkan Peringatan Waspada Gelombang 7 Meter di Perairan NTT
Jadi Detektif Kepolisian, Nicole Kidman Hampir Tak Bisa Dikenali
BKSDA Aceh Sita Orangutan yang Sudah 6 Bulan Dipelihara Warga
2 Pelaku Jambret Ditangkap Usai Beraksi di Tanjung Priok
Pengendara Motor di Jakbar Tewas Tertabrak Truk
Harga Rumah Subsidi di Papua dan Jakarta akan Naik Paling Tinggi
NASA-nya Eropa Mau Menambang di Bulan
Kasus 'Jogja Istimewa' Masih Bergulir, Polisi Akan Periksa Kill the DJ
Selain Bayar Utang, Pria di Bali Gadai 14 Mobil Rentalan untuk Modal Berjudi
BMKG Keluarkan Peringatan Waspada Gelombang 7 Meter di Perairan NTT
Empat Korban Hilang Kapal Tenggelam di Sungai Kapuas Ditemukan, Total 13 Orang Tewas
Jalani Operasi, Lorenzo Siap Bersaing di Seri Pembuka MotoGP 2019
Batal Sambut Kedatangan Abu Bakar Baasyir
4 Tips Rahasia Selamat Berkendara Kala Musim Hujan
Warga Kota Batu Diimbau Tak Dekat Pohon Saat Hujan Lebat
Tak Punya Hidung, Rupanya Begini Cara Semut Bisa Menemukan Jalan yang Benar
Banjir Setinggi Atap, Ribuan Warga Antang Makassar Memilih Bertahan di Rumah
50 Keluarga Korban Lion Air `Diusir` dari Hotel
Ketemu Sandiaga Uno, Emak-Emak Ini Merengek Minta Foto sampai Nangis
Ba’asyir Batal Bebas, Jokowi Dinilai Lemah dan Gak Mampu Kelola Pemerintah
Jalani Operasi, Lorenzo Siap Bersaing di Seri Pembuka MotoGP 2019
Batal Sambut Kedatangan Abu Bakar Baasyir
4 Tips Rahasia Selamat Berkendara Kala Musim Hujan
Warga Kota Batu Diimbau Tak Dekat Pohon Saat Hujan Lebat
Tak Punya Hidung, Rupanya Begini Cara Semut Bisa Menemukan Jalan yang Benar
Banjir Setinggi Atap, Ribuan Warga Antang Makassar Memilih Bertahan di Rumah
50 Keluarga Korban Lion Air `Diusir` dari Hotel
Ketemu Sandiaga Uno, Emak-Emak Ini Merengek Minta Foto sampai Nangis
Ba’asyir Batal Bebas, Jokowi Dinilai Lemah dan Gak Mampu Kelola Pemerintah