INDEF: Pemerintah Harusnya Tingkatkan Produksi Gula Bukan Impor
Posted Date : 27-01-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 211 kali.
Hidayatullah.com– Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menyoroti kebijakan impor gula yang dilakukan pemerintah RI di awal tahun 2019 ini.
Menurutnya, jika impor dilakukan dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri seharusnya pemerintah lebih mendorong produksi ketimbang memilih impor.
“Impor yang besar berarti potensi pasarnya besar, tapi kenapa tidak mendorong produksi dalam negeri naik,” ujarnya kepada hidayatullah.com di Bogor, Jawa Barat, Jumat (25/01/2019).
Eko juga menilai, kebijakan pemerintah terkait Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Harga Pokok Pembelian (HPP) kurang efektif merespons situasi pergulaan.
Ia menjelaskan, permasalahannya dimana harga beli di petani sekitar sepuluh ribu rupiah dan harga jualnya sekitar dua belas ribu rupiah per kilogram. Tapi fenemona global harga gula justru sedemikian murah, sekitar empat ribuan per-kilogram.
“Otomatis pada seneng impor,” ungkapnya.
Walaupun, lanjut Eko, impor tidak masalah dengan dalih mencukupi kebutuhan dalam negeri, tetapi harus ada tata kelola impor yang tidak benar. Yang mana oleh pemerintah gula rafinasi kuotanya sekitar 3,6 juta ton per tahun.
“Nah ini ternyata terlewati. Sudah kuota impornya terlewati, juga ada aspek hasil petani tebu lokal tidak terserap. Karena industri juga cenderung membeli impor. Padahal aturannya hasil petani diserap terlebih dahulu baru sisanya dari impor,” jelasnya.
“Jadi HET tidak merespons kondisi yang ada. Kebijakan ini salah mengelolanya,” pungkas Eko.*
Rep: Yahya G Nasrullah
Editor: Muhammad Abdus Syakur
Sumber : https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2019/01/26/159017/indef-pemerintah-harusnya-tingkatkan-produksi-gula-bukan-impor.html
Menurutnya, jika impor dilakukan dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri seharusnya pemerintah lebih mendorong produksi ketimbang memilih impor.
“Impor yang besar berarti potensi pasarnya besar, tapi kenapa tidak mendorong produksi dalam negeri naik,” ujarnya kepada hidayatullah.com di Bogor, Jawa Barat, Jumat (25/01/2019).
Eko juga menilai, kebijakan pemerintah terkait Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Harga Pokok Pembelian (HPP) kurang efektif merespons situasi pergulaan.
Ia menjelaskan, permasalahannya dimana harga beli di petani sekitar sepuluh ribu rupiah dan harga jualnya sekitar dua belas ribu rupiah per kilogram. Tapi fenemona global harga gula justru sedemikian murah, sekitar empat ribuan per-kilogram.
“Otomatis pada seneng impor,” ungkapnya.
Walaupun, lanjut Eko, impor tidak masalah dengan dalih mencukupi kebutuhan dalam negeri, tetapi harus ada tata kelola impor yang tidak benar. Yang mana oleh pemerintah gula rafinasi kuotanya sekitar 3,6 juta ton per tahun.
“Nah ini ternyata terlewati. Sudah kuota impornya terlewati, juga ada aspek hasil petani tebu lokal tidak terserap. Karena industri juga cenderung membeli impor. Padahal aturannya hasil petani diserap terlebih dahulu baru sisanya dari impor,” jelasnya.
“Jadi HET tidak merespons kondisi yang ada. Kebijakan ini salah mengelolanya,” pungkas Eko.*
Rep: Yahya G Nasrullah
Editor: Muhammad Abdus Syakur
Sumber : https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2019/01/26/159017/indef-pemerintah-harusnya-tingkatkan-produksi-gula-bukan-impor.html
Umar RA adalah Pintu Penjaga dari Fitnah
Pendukung Trump Mengaku Bersalah Atas Bom Masjid
DPP Hidayatullah Berbelasungkawa atas Bencana Sulsel
Polisi 3 Negara Buru Eksekutif Perusahaan Farmasi Terkait Pemalsuan Obat Kanker
Pekerja Belum Digaji, Penerbangan di Bandara Amerika Serikat Terganggu
Terkait Tabloid “Indonesia Barokah”, ICMI: Harus Dicegah
150 Ribu Orang Semarakkan ‘Muslim Movement Indonesia’ di Bandung
Rocky Gerung: Prabowo Akan Saya Kritik 12 menit Usai Dilantik, Catat!
Said Aqil : Imam Masjid, KUA, Menag, Khatib, Selain NU Semua Salah
Amien Rais: Petahana Sudah Inkompeten, Harus Diganti
Pendukung Trump Mengaku Bersalah Atas Bom Masjid
DPP Hidayatullah Berbelasungkawa atas Bencana Sulsel
Polisi 3 Negara Buru Eksekutif Perusahaan Farmasi Terkait Pemalsuan Obat Kanker
Pekerja Belum Digaji, Penerbangan di Bandara Amerika Serikat Terganggu
Terkait Tabloid “Indonesia Barokah”, ICMI: Harus Dicegah
150 Ribu Orang Semarakkan ‘Muslim Movement Indonesia’ di Bandung
Rocky Gerung: Prabowo Akan Saya Kritik 12 menit Usai Dilantik, Catat!
Said Aqil : Imam Masjid, KUA, Menag, Khatib, Selain NU Semua Salah
Amien Rais: Petahana Sudah Inkompeten, Harus Diganti
Di Acara Deklarasi Nasional Alumni Perguruan Tinggi, Rocky: yang akan Saya Bagikan Sertifikat Akal Sehat
Alasan Durian J-Queen Dibanderol dengan Harga Rp 14 Juta Per Butir
Di AS, Merokok di Mobil bisa Didenda hingga Rp 140 Juta
Ustaz ABB Batal Bebas, Ini Pernyataan Pedas Eggi Sudjana ke Jokowi
Kunjungi Warga di 1075 Titik, Sandiaga: Saya Tidak akan Khianati Janji Kampanye
Selangkah lagi, Irlandia jadi Negara Eropa Pertama yang Larang semua Produk Israel
Kesal Harga Anjlok, Petani Jambi Ramai-ramai Buang Sayuran ke Jalan Raya
DBD Mengkhawatirkan, Relawan ACT Gencar Fogging Gratis
Filipina Belum Bisa Pastikan Pelaku Teror Gereja Abu Sayyaf
Kupang KLB Demam Berdarah, 157 Warga Positif Terjangkit
Alasan Durian J-Queen Dibanderol dengan Harga Rp 14 Juta Per Butir
Di AS, Merokok di Mobil bisa Didenda hingga Rp 140 Juta
Ustaz ABB Batal Bebas, Ini Pernyataan Pedas Eggi Sudjana ke Jokowi
Kunjungi Warga di 1075 Titik, Sandiaga: Saya Tidak akan Khianati Janji Kampanye
Selangkah lagi, Irlandia jadi Negara Eropa Pertama yang Larang semua Produk Israel
Kesal Harga Anjlok, Petani Jambi Ramai-ramai Buang Sayuran ke Jalan Raya
DBD Mengkhawatirkan, Relawan ACT Gencar Fogging Gratis
Filipina Belum Bisa Pastikan Pelaku Teror Gereja Abu Sayyaf
Kupang KLB Demam Berdarah, 157 Warga Positif Terjangkit