Australia Kirim Senjata Canggih ke Arab Saudi
Posted Date : 20-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 152 kali.
REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Australia diketahui mengirimkan senjata-senjata canggih ke Arab Saudi yang kini dituduh terlibat dalam kejahatan perang di Yaman. Perusahaan senjata di Canberra bahkan mendapat dana jutaan dolar dari pemerintah untuk mengekspor persenjataan tersebut.
Selain bantuan dana 36 juta dolar, Menteri Pertahanan Christopher Pyne juga sudah bertahun-tahun melobi Pemerintah Arab Saudi untuk kepentingan perusahaan pertahanan Australia, Electro Optics Systems (EOS).
"Christopher Pyne MP mengunjungi negara lain bersama saya untuk menjadi jaminan bahwa Australia merupakan mitra dan pemasok pertahanan terpercaya untuk sekutu-sekutunya," kata CEO EOS Ben Greene dalam sebuah pernyataan.
Remote Weapons System atau RWS yang diproduksi EOS adalah platform yang mendukung meriam, senapan mesin, serta peluncur rudal yang dapat dipasang pada kendaraan militer atau kapal perang.
Sistem ini dapat dioperasikan secara aman dari jarak jauh oleh prajurit yang berada di dalamnya. Dokumen perusahaan senjata yang dilihat ABC menunjukkan Pemerintah Australia membantu perusahaan ini menjual sistem persenjataan tersebut ke Arab Saudi.
Hal itu terungkap di tengah upaya negara seperti AS dan Inggris untuk menghentikan dukungan militer ke Arab Saudi. Koalisi pimpinan Arab Saudi dituduh melakukan serangan militer membabi-buta yang menyebabkan tewasnya ribuan warga sipil tak bedosa di Yaman.
Direktur Human Rights Watch Australia, Elaine Pearson, mendesak pemerintah untuk terbuka tentang penjualan senjata ini.
"Kita ingin ada transparansi tentang senjata apa yang dipasok ke Arab Saudi, bagaimana kita pastikan persenjataan itu tidak digunakan di Yaman," ujarnya.
ABC melihat notulen rapat direksi EOS tentang penandatanganan Letter of Intent (LOI) untuk penjualan 500 unit sistem senjata jarak jauh untuk Kementerian Dalam Negeri (MOI) Arab Saudi. Notulen itu menyebutkan perusahaan setuju untuk memasok 20 unit sistem RWS ke Arab Saudi pada tahun itu.
EOS sendiri memiliki perjanjian bisnis dengan pabrikan senjata AS Orbital ATK untuk menyalurkan sistem RWS ke Arab Saudi. Ben Greene menyatakan mereka memasok sistem persenjataan ini ke "AS", bukan ke Arab Saudi, namun menolak menjawab apakah pengguna akhir senjata itu adalah Arab Saudi.
"Karena Anda menyinggung MOI, perlu diingat bahwa mandat MOI hanya sampai di perbatasan negara itu, sehingga secara definisi tak akan ada senjata yang dipasok ke MOI oleh siapa pun akan dikerahkan ke Yaman," katanya.
Sepengetahuannya, katanya, tidak ada senjata produksi EOS yang berakhir di Yaman.
"EOS tak terlibat di Yaman, tidak ada peralatan di Yaman, dan kami tak memiliki pengguna akhir peralatan EOS yang kemungkinan diterjunkan ke Yaman," katanya.
Notulen itu juga menyebutkan EOS menerima dana dari PIC di tahun 2017. PIC kemungkinan merujuk pada program yang pernah dijalankan Dephan bernama Priority Industry Capability Innovation Program (PICIP).
Dokumen PICIP menunjukkan pemerintah membantu 33 juta dolar ke EOS antara 2013 dan 2016 untuk sistem RWS. Tahun lalu, lembaga perkreditan ekspor pemerintah juga membantu 33 juta dolar ke EOS.
Siapakah EOS?
EOS adalah perusahaan teknologi pertahanan dan ruang angkasa Australia yang berambisi menjadi yang terdepan dalam sistem senjata jarak jauh generasi baru. Perusahaan ini sudah lama mengembangkan Remote Weapons System atau RWS bersama militer AS dan Australia.
Sistem semacam RWS merupakan kumpulan sensor, kamera, dan laser yang dipasang di sekitar meriam kecil, senapan mesin berat, peluncur rudal, atau kombinasi ketiganya. Itu semua dipasang di atas putaran yang bisa dipasang di atap truk militer atau dek kapal perang dan ditembakkan saat penggunanya aman di dalam kendaraan.
Senjata ini bisa menemukan target beberapa kilometer jauhnya dan begitu target telah ditemukan, bisa mengunci targetnya untuk ditembak.
Pada Januari lalu, EOS mengumumkan kontrak 410 juta dolar untuk memasok sistem RWS ini ke "pelanggan luar negeri". Pemerintah Australia maupun EOS menolak menyebutkan siapa pelanggan tersebut dengan dalih kepentingan nasional Australia dan rahasia perusahaan.
Pada Desember lalu, ABC melaporkan pelanggan itu adalah Uni Emirat Arab. Saat itu EOS mengatakan peralatannya "tak terlibat di Yaman" dan bukan pemegang lisensi ekspor yang boleh mengekspor persenjataan ke UAE. Namun, dua hari lalu Angkatan Bersenjata UEA mengkonfirmasi pihaknya sebagai pelanggan dimaksud.
EOS kemudian merilis pernyataan yang mengkonfirmasi bahwa mereka memang menjualnya ke UEA dengan nilai 450 juta dolar.
"Pengumuman ini mengkonfirmasi EOS sebagai penyedia terbesar sistem senjata jarak jauh," kata Dr Greene dalam pernyataannya.
Ekspor pertahanan Australia ke Arab Saudi dan UEA kemungkinan terkait dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan penjualan senjata dalam dekade mendatang.
Australia akan mengucurkan 200 juta dolar hingga tahun 2028 untuk jadi eksportir senjata terbesar ke-10 di dunia. Saat ini Australia berada di peringkat 20. Strateginya yaitu menjadikan Timur Tengah sebagai prioritas ekspor pertahanan mereka.
Simak berita selengkapnya dalam Bahasa Inggris di sini.
Sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-02-20/australia-kirim-senjata-canggih-ke-arab-saudi/10828672
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/19/02/20/pn7iit382-australia-kirim-senjata-canggih-ke-arab-saudi
Selain bantuan dana 36 juta dolar, Menteri Pertahanan Christopher Pyne juga sudah bertahun-tahun melobi Pemerintah Arab Saudi untuk kepentingan perusahaan pertahanan Australia, Electro Optics Systems (EOS).
"Christopher Pyne MP mengunjungi negara lain bersama saya untuk menjadi jaminan bahwa Australia merupakan mitra dan pemasok pertahanan terpercaya untuk sekutu-sekutunya," kata CEO EOS Ben Greene dalam sebuah pernyataan.
Remote Weapons System atau RWS yang diproduksi EOS adalah platform yang mendukung meriam, senapan mesin, serta peluncur rudal yang dapat dipasang pada kendaraan militer atau kapal perang.
Sistem ini dapat dioperasikan secara aman dari jarak jauh oleh prajurit yang berada di dalamnya. Dokumen perusahaan senjata yang dilihat ABC menunjukkan Pemerintah Australia membantu perusahaan ini menjual sistem persenjataan tersebut ke Arab Saudi.
Hal itu terungkap di tengah upaya negara seperti AS dan Inggris untuk menghentikan dukungan militer ke Arab Saudi. Koalisi pimpinan Arab Saudi dituduh melakukan serangan militer membabi-buta yang menyebabkan tewasnya ribuan warga sipil tak bedosa di Yaman.
Direktur Human Rights Watch Australia, Elaine Pearson, mendesak pemerintah untuk terbuka tentang penjualan senjata ini.
"Kita ingin ada transparansi tentang senjata apa yang dipasok ke Arab Saudi, bagaimana kita pastikan persenjataan itu tidak digunakan di Yaman," ujarnya.
ABC melihat notulen rapat direksi EOS tentang penandatanganan Letter of Intent (LOI) untuk penjualan 500 unit sistem senjata jarak jauh untuk Kementerian Dalam Negeri (MOI) Arab Saudi. Notulen itu menyebutkan perusahaan setuju untuk memasok 20 unit sistem RWS ke Arab Saudi pada tahun itu.
EOS sendiri memiliki perjanjian bisnis dengan pabrikan senjata AS Orbital ATK untuk menyalurkan sistem RWS ke Arab Saudi. Ben Greene menyatakan mereka memasok sistem persenjataan ini ke "AS", bukan ke Arab Saudi, namun menolak menjawab apakah pengguna akhir senjata itu adalah Arab Saudi.
"Karena Anda menyinggung MOI, perlu diingat bahwa mandat MOI hanya sampai di perbatasan negara itu, sehingga secara definisi tak akan ada senjata yang dipasok ke MOI oleh siapa pun akan dikerahkan ke Yaman," katanya.
Sepengetahuannya, katanya, tidak ada senjata produksi EOS yang berakhir di Yaman.
"EOS tak terlibat di Yaman, tidak ada peralatan di Yaman, dan kami tak memiliki pengguna akhir peralatan EOS yang kemungkinan diterjunkan ke Yaman," katanya.
Notulen itu juga menyebutkan EOS menerima dana dari PIC di tahun 2017. PIC kemungkinan merujuk pada program yang pernah dijalankan Dephan bernama Priority Industry Capability Innovation Program (PICIP).
Dokumen PICIP menunjukkan pemerintah membantu 33 juta dolar ke EOS antara 2013 dan 2016 untuk sistem RWS. Tahun lalu, lembaga perkreditan ekspor pemerintah juga membantu 33 juta dolar ke EOS.
Siapakah EOS?
EOS adalah perusahaan teknologi pertahanan dan ruang angkasa Australia yang berambisi menjadi yang terdepan dalam sistem senjata jarak jauh generasi baru. Perusahaan ini sudah lama mengembangkan Remote Weapons System atau RWS bersama militer AS dan Australia.
Sistem semacam RWS merupakan kumpulan sensor, kamera, dan laser yang dipasang di sekitar meriam kecil, senapan mesin berat, peluncur rudal, atau kombinasi ketiganya. Itu semua dipasang di atas putaran yang bisa dipasang di atap truk militer atau dek kapal perang dan ditembakkan saat penggunanya aman di dalam kendaraan.
Senjata ini bisa menemukan target beberapa kilometer jauhnya dan begitu target telah ditemukan, bisa mengunci targetnya untuk ditembak.
Pada Januari lalu, EOS mengumumkan kontrak 410 juta dolar untuk memasok sistem RWS ini ke "pelanggan luar negeri". Pemerintah Australia maupun EOS menolak menyebutkan siapa pelanggan tersebut dengan dalih kepentingan nasional Australia dan rahasia perusahaan.
Pada Desember lalu, ABC melaporkan pelanggan itu adalah Uni Emirat Arab. Saat itu EOS mengatakan peralatannya "tak terlibat di Yaman" dan bukan pemegang lisensi ekspor yang boleh mengekspor persenjataan ke UAE. Namun, dua hari lalu Angkatan Bersenjata UEA mengkonfirmasi pihaknya sebagai pelanggan dimaksud.
EOS kemudian merilis pernyataan yang mengkonfirmasi bahwa mereka memang menjualnya ke UEA dengan nilai 450 juta dolar.
"Pengumuman ini mengkonfirmasi EOS sebagai penyedia terbesar sistem senjata jarak jauh," kata Dr Greene dalam pernyataannya.
Ekspor pertahanan Australia ke Arab Saudi dan UEA kemungkinan terkait dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan penjualan senjata dalam dekade mendatang.
Australia akan mengucurkan 200 juta dolar hingga tahun 2028 untuk jadi eksportir senjata terbesar ke-10 di dunia. Saat ini Australia berada di peringkat 20. Strateginya yaitu menjadikan Timur Tengah sebagai prioritas ekspor pertahanan mereka.
Simak berita selengkapnya dalam Bahasa Inggris di sini.
Sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-02-20/australia-kirim-senjata-canggih-ke-arab-saudi/10828672
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/19/02/20/pn7iit382-australia-kirim-senjata-canggih-ke-arab-saudi
Waspadai Modus Penipuan Turis Saat Liburan di Luar Negeri
Pusat Perbelanjaan di Bandung Diminta tak Gunakan Plastik
Polisi: Kebakaran Tewaskan Tiga Orang Diduga Bunuh Diri
Penjualan ST-003 Capai Rp 3 Triliun
Ada Ledakan, Manajemen Mal Taman Anggrek Minta Maaf
Pemerintah Siapkan Digitalisasi 500 Pasar Tradisional
Setelah Bertunangan, Rina Nose Akhirnya Pamer Wajah Kekasih
Pelayanan Bea Cukai Pangkalan Bun Panen Pujian
Parlemen dan Parpol Australia Diretas Agen Asing
Tawuran di Kota Bekasi Kembali Renggut Korban Jiwa
Pusat Perbelanjaan di Bandung Diminta tak Gunakan Plastik
Polisi: Kebakaran Tewaskan Tiga Orang Diduga Bunuh Diri
Penjualan ST-003 Capai Rp 3 Triliun
Ada Ledakan, Manajemen Mal Taman Anggrek Minta Maaf
Pemerintah Siapkan Digitalisasi 500 Pasar Tradisional
Setelah Bertunangan, Rina Nose Akhirnya Pamer Wajah Kekasih
Pelayanan Bea Cukai Pangkalan Bun Panen Pujian
Parlemen dan Parpol Australia Diretas Agen Asing
Tawuran di Kota Bekasi Kembali Renggut Korban Jiwa
Penasihat Assad Tolak Ide Kurdi dan Erdogan
Visi Baznas Jadi Pengelola Zakat Terbaik di Dunia
Polisi: Ledakan di Mal Taman Anggrek Berasal dari Pipa Gas
Bayi di Kandungan Ibu Hamil yang Ditandu Meninggal, Benarkah?
Ada 6 Korban Ledakan Mal Taman Anggrek, Ini Perhitungan Derajat Luka Bakar
Museum di Swiss Ini Tampilkan Patung Lilin Fashion Blogger Indonesia
Preview Atl Madrid vs Juventus: Mematikan Ronaldo Saja Tak Akan Cukup untuk Atletico
2 Turis Inggris dan Prancis Hilang di Pantai Australia
Komedian Nana Krip Meninggal karena Penyakit Paru-paru
Barang Bukti Bunuh Diri Hangus, Polisi Visum Jasad Sekeluarga di Sukabumi
Visi Baznas Jadi Pengelola Zakat Terbaik di Dunia
Polisi: Ledakan di Mal Taman Anggrek Berasal dari Pipa Gas
Bayi di Kandungan Ibu Hamil yang Ditandu Meninggal, Benarkah?
Ada 6 Korban Ledakan Mal Taman Anggrek, Ini Perhitungan Derajat Luka Bakar
Museum di Swiss Ini Tampilkan Patung Lilin Fashion Blogger Indonesia
Preview Atl Madrid vs Juventus: Mematikan Ronaldo Saja Tak Akan Cukup untuk Atletico
2 Turis Inggris dan Prancis Hilang di Pantai Australia
Komedian Nana Krip Meninggal karena Penyakit Paru-paru
Barang Bukti Bunuh Diri Hangus, Polisi Visum Jasad Sekeluarga di Sukabumi