Parlemen dan Parpol Australia Diretas Agen Asing
Posted Date : 20-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 194 kali.
jpnn.com, CANBERRA - Pemerintah Australia kembali menjadi korban peretasan. Kali ini jaringan komputer parlemen dan beberapa partai politik dibobol menjelang pemilu Mei nanti. Perdana Menteri Scott Morrison pun menuduh negara asing menjadi otak di balik serangan siber tersebut.
Kemarin, Senin (18/2) Morrison menjelaskan hasil sementara penyelidikan oleh pemerintah. Menurut para ahli, aksi yang terdeteksi pada 8 Februari itu merupakan serangan yang terorganisasi.
"Kami menduga ada sebuah pemerintah yang bertanggung jawab di balik aksi ini," tegasnya sebagaimana dilansir Reuters.
Pemimpin Partai Liberal itu menolak menyebut pemerintah mana yang dimaksud. Dia juga tak menjelaskan informasi apa yang diincar. Pria berusia 50 tahun tersebut hanya mengatakan bahwa tidak ada bukti aksi itu berkaitan dengan rencana intervensi pemilu.
Namun, dia tetap menggandakan semua keamanan. Dia sudah meminta Australian Cyber Security Centre (ACSC), lembaga keamanan dunia maya milik pemerintah, untuk mengatur ulang sistem keamanan jaringan parlemen.
Dia mengimbau agar semua partai politik bisa mengganti kata sandi akun-akun mereka. "Semua terkena. Baik Liberal, Nasional, maupun Buruh," tegasnya menurut BBC.
Kepala ACSC Alastair MacGibbon tidak bisa menyimpulkan apakah ada informasi yang bisa diambil. Namun, dia memastikan bahwa agen-agen di bawah naungannya merespons dengan cepat ancaman yang ada. "Saat ini, penyelidikannya masih awal. Tapi, kami bergerak tepat dengan memublikasikan hasil sementara," ujarnya.
Pemimpin Buruh Bill Shorten meminta pemerintah bisa ikut menjaga keamanan server partai politik. Menurut dia, server di organisasi luar pemerintah itu justru lebih rentan terhadap serangan. Sebab, mereka tak punya unit khusus untuk mengatasi peretasan.
"Ini adalah peringatan keras bagi Australia. Pemerintah seharusnya ikut mengawal, tidak sekadar mengimbau," tegasnya. (bil/c6/dos)
Sumber : https://www.jpnn.com/news/parlemen-dan-parpol-australia-diretas-agen-asing
Kemarin, Senin (18/2) Morrison menjelaskan hasil sementara penyelidikan oleh pemerintah. Menurut para ahli, aksi yang terdeteksi pada 8 Februari itu merupakan serangan yang terorganisasi.
"Kami menduga ada sebuah pemerintah yang bertanggung jawab di balik aksi ini," tegasnya sebagaimana dilansir Reuters.
Pemimpin Partai Liberal itu menolak menyebut pemerintah mana yang dimaksud. Dia juga tak menjelaskan informasi apa yang diincar. Pria berusia 50 tahun tersebut hanya mengatakan bahwa tidak ada bukti aksi itu berkaitan dengan rencana intervensi pemilu.
Namun, dia tetap menggandakan semua keamanan. Dia sudah meminta Australian Cyber Security Centre (ACSC), lembaga keamanan dunia maya milik pemerintah, untuk mengatur ulang sistem keamanan jaringan parlemen.
Dia mengimbau agar semua partai politik bisa mengganti kata sandi akun-akun mereka. "Semua terkena. Baik Liberal, Nasional, maupun Buruh," tegasnya menurut BBC.
Kepala ACSC Alastair MacGibbon tidak bisa menyimpulkan apakah ada informasi yang bisa diambil. Namun, dia memastikan bahwa agen-agen di bawah naungannya merespons dengan cepat ancaman yang ada. "Saat ini, penyelidikannya masih awal. Tapi, kami bergerak tepat dengan memublikasikan hasil sementara," ujarnya.
Pemimpin Buruh Bill Shorten meminta pemerintah bisa ikut menjaga keamanan server partai politik. Menurut dia, server di organisasi luar pemerintah itu justru lebih rentan terhadap serangan. Sebab, mereka tak punya unit khusus untuk mengatasi peretasan.
"Ini adalah peringatan keras bagi Australia. Pemerintah seharusnya ikut mengawal, tidak sekadar mengimbau," tegasnya. (bil/c6/dos)
Sumber : https://www.jpnn.com/news/parlemen-dan-parpol-australia-diretas-agen-asing
Tawuran di Kota Bekasi Kembali Renggut Korban Jiwa
Gandeng Bizhare, Baba Rafi Hadirkan Format Investasi Gotong Royong
Santri Korban Pengeroyokan Meninggal, 17 Orang Pelaku Diamankan
Nauru Jegal Australia Implementasikan UU Evakuasi Medis Pencari Suaka
Amido Balde Ngamuk, Persebaya Hancurkan Persidago
Pos Keamanan Pakistan Diserang Saat Kunjungan MBS
Pakistan Panggil Duta Besarnya di India
India Bunuh Dua Pelaku Otak Serangan Bom Kashmir
Kebijakan Kelahiran Anak di Cina Masih Jadi Kontroversi
Gubernur NTB Resmikan Desa Wisata Bahari
Gandeng Bizhare, Baba Rafi Hadirkan Format Investasi Gotong Royong
Santri Korban Pengeroyokan Meninggal, 17 Orang Pelaku Diamankan
Nauru Jegal Australia Implementasikan UU Evakuasi Medis Pencari Suaka
Amido Balde Ngamuk, Persebaya Hancurkan Persidago
Pos Keamanan Pakistan Diserang Saat Kunjungan MBS
Pakistan Panggil Duta Besarnya di India
India Bunuh Dua Pelaku Otak Serangan Bom Kashmir
Kebijakan Kelahiran Anak di Cina Masih Jadi Kontroversi
Gubernur NTB Resmikan Desa Wisata Bahari
Pelayanan Bea Cukai Pangkalan Bun Panen Pujian
Setelah Bertunangan, Rina Nose Akhirnya Pamer Wajah Kekasih
Pemerintah Siapkan Digitalisasi 500 Pasar Tradisional
Ada Ledakan, Manajemen Mal Taman Anggrek Minta Maaf
Penjualan ST-003 Capai Rp 3 Triliun
Polisi: Kebakaran Tewaskan Tiga Orang Diduga Bunuh Diri
Pusat Perbelanjaan di Bandung Diminta tak Gunakan Plastik
Waspadai Modus Penipuan Turis Saat Liburan di Luar Negeri
Australia Kirim Senjata Canggih ke Arab Saudi
Penasihat Assad Tolak Ide Kurdi dan Erdogan
Setelah Bertunangan, Rina Nose Akhirnya Pamer Wajah Kekasih
Pemerintah Siapkan Digitalisasi 500 Pasar Tradisional
Ada Ledakan, Manajemen Mal Taman Anggrek Minta Maaf
Penjualan ST-003 Capai Rp 3 Triliun
Polisi: Kebakaran Tewaskan Tiga Orang Diduga Bunuh Diri
Pusat Perbelanjaan di Bandung Diminta tak Gunakan Plastik
Waspadai Modus Penipuan Turis Saat Liburan di Luar Negeri
Australia Kirim Senjata Canggih ke Arab Saudi
Penasihat Assad Tolak Ide Kurdi dan Erdogan