Australia Diminta Selamatkan Keluarga Uighur di Cina
Posted Date : 21-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 186 kali.
REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Seorang laki-laki Uighur di Australia memohon pemerintah Australia 'menyelamatkan' istri dan putranya yang masih bayi. Laki-laki yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan keluarga terancam ditahan di Cina.
Laki-laki itu mengatakan ia dipisahkan dari istrinya yang berwarga negara Cina pada 2017, ketika istrinya dilarang meninggalkan Cina. Sejak saat itu, ia mendapatkan kewarganegaraan Australia untuk putranya yang baru berusia 18 bulan.
Australia mengatakan akan menyediakan bantuan konsulat. Laki-laki 28 tahun mengatakan istrinya sempat ditahan di Xinjiang tahun lalu. Tapi lalu dilepaskan lagi karena harus merawat putra mereka.
"Bayi saya orang Australia, jadi saya sangat berharap pemerintah dapat melakukan sesuatu untuk membawanya pulang ke sini," kata laki-laki yang tinggal di Sydney itu kepada BBC, Kamis (21/2).
Laki-laki tersebut mengatakan ia khawatir istrinya kembali dimasukan ke dalam kamp penahanan. Putranya ditempatkan ke dinas sosial pemerintah Cina dan berpotensi diadopsi keluarga lain. Ia mengatakan hanya pernah melihat putranya dari foto. Laki-laki itu takut untuk berkomunikasi dengan istrinya karena dapat dicurigai pemerintah Cina.
"Kegelisahannya tersebut berlanjut karena situasi yang tidak pasti untuk Uighur di Xinjiang, selalu ada ancaman pengasingan," kata pengacara laki-laki itu, Michael Bradley.
Organisasi hak asasi manusia Human Rights Watch menjadi pihak yang paling diawasi di Cina. Mereka sudah dimintai sampel DNA dan biometrik. Kelompok hak asasi manusia sudah menuduh Cina mempersekusi minoritas Muslim tersebut. Pada tahun lalu PBB melaporkan ada sekitar 1 juta Muslim Uighur yang ditahan dalam kamp pengasingan di Xinjiang.
Bradley mengatakan pemerintah Australia memberitahu kliennya tidak mungkin mereka dapat membawa istrinya karena dia tidak memiliki kewarganegaraan Australia. Buzzfeed melaporkan pasangan tersebut menikah di Xinjiang pada 2016 lalu, setelah laki-laki tersebut mencari suaka di Australia dan menghabiskan waktu bertahun-tahun di sana.
Pemerintah Australia sudah berjanji untuk memberikan bantuan konsulat 'untuk laki-laki Australia yang keluarganya di Cina'. Tapi karena alasan privasi mereka tidak memberikan rinciannya.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan mereka mengetahui tentang sejumlah kasus warga Australia yang tidak dapat menghubungi teman dan keluarga mereka di Xinjiang. "Australia prihatin dengan situasi hak asasi manusia di Xinjiang dan terus meminta Cina untuk menghentikan penahanan sewenang-wenang terhadap warga Uighur dan kelompok Muslim lainnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri dan perdagangan Australia.
Beberapa waktu yang lalu warga Uighur Australia menuduh pemerintah Cina melecehkan dan menekan mereka. Tahun lalu, pemerintah Australia mengkonfirmasi ada tiga warga negara mereka yang ditahan dan dibebaskan di kamp pengasingan di Xinjiang.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/19/02/21/pn9bk7382-australia-diminta-selamatkan-keluarga-uighur-di-cina
Laki-laki itu mengatakan ia dipisahkan dari istrinya yang berwarga negara Cina pada 2017, ketika istrinya dilarang meninggalkan Cina. Sejak saat itu, ia mendapatkan kewarganegaraan Australia untuk putranya yang baru berusia 18 bulan.
Australia mengatakan akan menyediakan bantuan konsulat. Laki-laki 28 tahun mengatakan istrinya sempat ditahan di Xinjiang tahun lalu. Tapi lalu dilepaskan lagi karena harus merawat putra mereka.
"Bayi saya orang Australia, jadi saya sangat berharap pemerintah dapat melakukan sesuatu untuk membawanya pulang ke sini," kata laki-laki yang tinggal di Sydney itu kepada BBC, Kamis (21/2).
Laki-laki tersebut mengatakan ia khawatir istrinya kembali dimasukan ke dalam kamp penahanan. Putranya ditempatkan ke dinas sosial pemerintah Cina dan berpotensi diadopsi keluarga lain. Ia mengatakan hanya pernah melihat putranya dari foto. Laki-laki itu takut untuk berkomunikasi dengan istrinya karena dapat dicurigai pemerintah Cina.
"Kegelisahannya tersebut berlanjut karena situasi yang tidak pasti untuk Uighur di Xinjiang, selalu ada ancaman pengasingan," kata pengacara laki-laki itu, Michael Bradley.
Organisasi hak asasi manusia Human Rights Watch menjadi pihak yang paling diawasi di Cina. Mereka sudah dimintai sampel DNA dan biometrik. Kelompok hak asasi manusia sudah menuduh Cina mempersekusi minoritas Muslim tersebut. Pada tahun lalu PBB melaporkan ada sekitar 1 juta Muslim Uighur yang ditahan dalam kamp pengasingan di Xinjiang.
Bradley mengatakan pemerintah Australia memberitahu kliennya tidak mungkin mereka dapat membawa istrinya karena dia tidak memiliki kewarganegaraan Australia. Buzzfeed melaporkan pasangan tersebut menikah di Xinjiang pada 2016 lalu, setelah laki-laki tersebut mencari suaka di Australia dan menghabiskan waktu bertahun-tahun di sana.
Pemerintah Australia sudah berjanji untuk memberikan bantuan konsulat 'untuk laki-laki Australia yang keluarganya di Cina'. Tapi karena alasan privasi mereka tidak memberikan rinciannya.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan mereka mengetahui tentang sejumlah kasus warga Australia yang tidak dapat menghubungi teman dan keluarga mereka di Xinjiang. "Australia prihatin dengan situasi hak asasi manusia di Xinjiang dan terus meminta Cina untuk menghentikan penahanan sewenang-wenang terhadap warga Uighur dan kelompok Muslim lainnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri dan perdagangan Australia.
Beberapa waktu yang lalu warga Uighur Australia menuduh pemerintah Cina melecehkan dan menekan mereka. Tahun lalu, pemerintah Australia mengkonfirmasi ada tiga warga negara mereka yang ditahan dan dibebaskan di kamp pengasingan di Xinjiang.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/19/02/21/pn9bk7382-australia-diminta-selamatkan-keluarga-uighur-di-cina
Petugas Pantai AS Ini Rencanakan Pembunuhan Massal
Tentara Rusia Dilarang Pakai Telepon Pintar Saat Bertugas
40 Tahun Revolusi, Rakyat Iran Ramai-Ramai Bakar Bendera AS
Mantan PM Selandia Baru Bantah Tulis Artikel di Media Cina
Polisi Malaysia Ambil DNA WNI yang Dimutilasi
Serangan Penggembala Bersenjata di Nigeria, 17 Orang Tewas
Duh Kasihan, Femmy Permatasari Sampai Sakit Urus Persiapan Nikah
Perempuan Bersuami Ngamar dengan Kenalan di FB, Langsung Begituan 7 Kali
Luar Biasa! Sempat Tertinggal, Kekurangan Pemain, Manchester City Masih Menang
Mati-matian Menghalangi Bantuan untuk Rakyat
Tentara Rusia Dilarang Pakai Telepon Pintar Saat Bertugas
40 Tahun Revolusi, Rakyat Iran Ramai-Ramai Bakar Bendera AS
Mantan PM Selandia Baru Bantah Tulis Artikel di Media Cina
Polisi Malaysia Ambil DNA WNI yang Dimutilasi
Serangan Penggembala Bersenjata di Nigeria, 17 Orang Tewas
Duh Kasihan, Femmy Permatasari Sampai Sakit Urus Persiapan Nikah
Perempuan Bersuami Ngamar dengan Kenalan di FB, Langsung Begituan 7 Kali
Luar Biasa! Sempat Tertinggal, Kekurangan Pemain, Manchester City Masih Menang
Mati-matian Menghalangi Bantuan untuk Rakyat
Kebakaran di Bangladesh, 56 Orang Tewas
Keluar ISIS, Shamima Begum Incar Kewarganegaraan Belanda
Sejarah Hari Ini: Malcolm X Dibunuh
Pria Asal Australia Sebut Keluarganya Ditahan di Kamp Uighur
Hoda Muthana tak Diterima di AS
Rwanda Ingin Perluas Larangan Penggunaan Plastik
Pengguna Internet Uganda Menurun Setelah Penerapan Pajak Medsos
Skandal Pedofilia yang Menggerogoti Gereja Katolik Dibahas dalam Pertemuan 5 Hari
Warga Inggris Konsultan Humas Najib Razak Jadi Terdakwa Pencucian Uang 1MDB
Kawasan Bersejarah Dhaka Terbakar, Puluhan Orang Tewas
Keluar ISIS, Shamima Begum Incar Kewarganegaraan Belanda
Sejarah Hari Ini: Malcolm X Dibunuh
Pria Asal Australia Sebut Keluarganya Ditahan di Kamp Uighur
Hoda Muthana tak Diterima di AS
Rwanda Ingin Perluas Larangan Penggunaan Plastik
Pengguna Internet Uganda Menurun Setelah Penerapan Pajak Medsos
Skandal Pedofilia yang Menggerogoti Gereja Katolik Dibahas dalam Pertemuan 5 Hari
Warga Inggris Konsultan Humas Najib Razak Jadi Terdakwa Pencucian Uang 1MDB
Kawasan Bersejarah Dhaka Terbakar, Puluhan Orang Tewas