Mati-matian Menghalangi Bantuan untuk Rakyat
Posted Date : 21-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 196 kali.
jpnn.com, KARAKAS - Juan Guaido sukses menghimpun bantuan kemanusiaan dari Amerika Serikat (AS). Tapi, jangankan mendistribusikannya kepada rakyat yang membutuhkan, membawa bantuan itu masuk ke Venezuela saja sulit. Sebab, pemerintahan Presiden Nicolas Maduro menutup seluruh akses masuk ke negara tersebut. Baik dari darat, laut, maupun udara.
Sebagai presiden yang sah, Maduro tidak rela oposisi panen simpati. Bantuan kemanusiaan dari AS itu jelas akan menaikkan pamor Guaido di mata rakyat jika sampai benar-benar terdistribusikan.
Karena itu, Maduro mati-matian mencegah bantuan tersebut sampai ke tangan rakyat. "Perbatasan maritim dan udara dengan Aruba, Curacao, Bonaire, dan Falcon telah kami tutup," terang Komandan Militer Regional Venezuela Laksamana Madya Vladimir Quintero.
Penutupan perbatasan itu melumpuhkan transportasi. Tidak ada perahu dan pesawat yang melintasi perbatasan. Sebelumnya, pemerintahan Maduro menutup jalur darat yang menghubungkan Venezuela dan Kolombia.
"Pasukan bersenjata menjaga perbatasan untuk menghindari pelanggaran integritas teritorial," ujar Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino.
Maduro melipatgandakan penjagaan di perbatasan setelah Guaido bertekad membawa masuk bantuan kemanusiaan pada Sabtu (23/2). Rencana itu dia sampaikan dalam wawancara dengan Fox Business pada Selasa (19/2).
Untuk memasukkan bantuan, Guaido akan dibantu Brasil dan Kolombia. Selain dari Kota Cucuta di Kolombia, bantuan akan masuk lewat jalur laut.
"Brasil ambil bagian dalam inisiatif internasional penting ini untuk mendukung pemerintahan Guaido dan penduduk Venezuela," papar Juru Bicara Kepresidenan Brasil Jenderal Otavio Rego Barros seperti dikutip BBC.
Dia menambahkan bahwa oposisi akan memilah-milah bantuan. Yang berupa makanan dan obat-obatan akan disimpan di Kota Boa Vista dan Pacaraima. Rencananya, orang-orang Guaido sendiri yang akan mengambil bantuan dari dua kota di Brasil itu dengan truk dari Venezuela. Para pengemudi truk bantuan juga orang-orang Venezuela. Barros menegaskan, peran Brasil dalam misi distribusi bantuan tersebut hanyalah mengamankan pengiriman.
AS maupun Brasil tidak akan terlalu ketat mengawal truk-truk pengangkut bantuan tersebut untuk menghindari bentrok dengan militer. Apalagi, Guaido juga belum kunjung mendapatkan simpati militer. Meskipun politikus 35 tahun itu sudah mencoba berbagai cara, militer Venezuela tetap setia pada Maduro. Bahkan, ancaman AS terhadap militer juga tidak membuat mereka berubah haluan.
"Jika kekuatan asing membantu pemerintahan yang baru dengan kekuatan (militer), mereka harus melangkahi mayat kami lebih dulu," tegas Padrino.
Pemerintah Venezuela menegaskan bahwa mereka tak membutuhkan bantuan AS. Sebab, mereka sudah mendapatkan bantuan dari sekutunya, Rusia. Bantuan kemanusiaan seberat 300 ton itu diperkirakan tiba kemarin (20/2) waktu setempat. (sha/c7/hep)
Sumber : https://www.jpnn.com/news/mati-matian-menghalangi-bantuan-untuk-rakyat
Sebagai presiden yang sah, Maduro tidak rela oposisi panen simpati. Bantuan kemanusiaan dari AS itu jelas akan menaikkan pamor Guaido di mata rakyat jika sampai benar-benar terdistribusikan.
Karena itu, Maduro mati-matian mencegah bantuan tersebut sampai ke tangan rakyat. "Perbatasan maritim dan udara dengan Aruba, Curacao, Bonaire, dan Falcon telah kami tutup," terang Komandan Militer Regional Venezuela Laksamana Madya Vladimir Quintero.
Penutupan perbatasan itu melumpuhkan transportasi. Tidak ada perahu dan pesawat yang melintasi perbatasan. Sebelumnya, pemerintahan Maduro menutup jalur darat yang menghubungkan Venezuela dan Kolombia.
"Pasukan bersenjata menjaga perbatasan untuk menghindari pelanggaran integritas teritorial," ujar Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino.
Maduro melipatgandakan penjagaan di perbatasan setelah Guaido bertekad membawa masuk bantuan kemanusiaan pada Sabtu (23/2). Rencana itu dia sampaikan dalam wawancara dengan Fox Business pada Selasa (19/2).
Untuk memasukkan bantuan, Guaido akan dibantu Brasil dan Kolombia. Selain dari Kota Cucuta di Kolombia, bantuan akan masuk lewat jalur laut.
"Brasil ambil bagian dalam inisiatif internasional penting ini untuk mendukung pemerintahan Guaido dan penduduk Venezuela," papar Juru Bicara Kepresidenan Brasil Jenderal Otavio Rego Barros seperti dikutip BBC.
Dia menambahkan bahwa oposisi akan memilah-milah bantuan. Yang berupa makanan dan obat-obatan akan disimpan di Kota Boa Vista dan Pacaraima. Rencananya, orang-orang Guaido sendiri yang akan mengambil bantuan dari dua kota di Brasil itu dengan truk dari Venezuela. Para pengemudi truk bantuan juga orang-orang Venezuela. Barros menegaskan, peran Brasil dalam misi distribusi bantuan tersebut hanyalah mengamankan pengiriman.
AS maupun Brasil tidak akan terlalu ketat mengawal truk-truk pengangkut bantuan tersebut untuk menghindari bentrok dengan militer. Apalagi, Guaido juga belum kunjung mendapatkan simpati militer. Meskipun politikus 35 tahun itu sudah mencoba berbagai cara, militer Venezuela tetap setia pada Maduro. Bahkan, ancaman AS terhadap militer juga tidak membuat mereka berubah haluan.
"Jika kekuatan asing membantu pemerintahan yang baru dengan kekuatan (militer), mereka harus melangkahi mayat kami lebih dulu," tegas Padrino.
Pemerintah Venezuela menegaskan bahwa mereka tak membutuhkan bantuan AS. Sebab, mereka sudah mendapatkan bantuan dari sekutunya, Rusia. Bantuan kemanusiaan seberat 300 ton itu diperkirakan tiba kemarin (20/2) waktu setempat. (sha/c7/hep)
Sumber : https://www.jpnn.com/news/mati-matian-menghalangi-bantuan-untuk-rakyat
Bu Guru Tampak Salihah, Ternyata Ajak Murid Main Uh Ah Uh Ah
Koalisi Mahathir Retak, Saling Tuding hingga Konspirasi Pemberontakan
India Tuding Intel Pakistan di Balik Bom Bunuh Diri
Bawa Rp 284 Triliun, Pangeran MBS Disambut Bak Raja di Pakistan
Gerakan Menutup Aurat Bagikan 300 Jilbab di CFD Pekanbaru
Inggris Kutuk Israel atas Pengusiran Keluarga Palestina di Al Quds
Ungkap Kasus Pembunuhan Siswi SMK di Bogor, Polda Jabar Pinjam Alat FBI
Jet Tempur India Bertabrakan, 1 Pilot Tewas
Gratiskan Ongkos bagi Penghafal Al-Quran, Driver Ojol Ini Banjir Pujian
Sidang Kasus Eks Pilot Tempur Prancis Penyelundup 700Kg Kokain Dimulai
Koalisi Mahathir Retak, Saling Tuding hingga Konspirasi Pemberontakan
India Tuding Intel Pakistan di Balik Bom Bunuh Diri
Bawa Rp 284 Triliun, Pangeran MBS Disambut Bak Raja di Pakistan
Gerakan Menutup Aurat Bagikan 300 Jilbab di CFD Pekanbaru
Inggris Kutuk Israel atas Pengusiran Keluarga Palestina di Al Quds
Ungkap Kasus Pembunuhan Siswi SMK di Bogor, Polda Jabar Pinjam Alat FBI
Jet Tempur India Bertabrakan, 1 Pilot Tewas
Gratiskan Ongkos bagi Penghafal Al-Quran, Driver Ojol Ini Banjir Pujian
Sidang Kasus Eks Pilot Tempur Prancis Penyelundup 700Kg Kokain Dimulai
Luar Biasa! Sempat Tertinggal, Kekurangan Pemain, Manchester City Masih Menang
Perempuan Bersuami Ngamar dengan Kenalan di FB, Langsung Begituan 7 Kali
Duh Kasihan, Femmy Permatasari Sampai Sakit Urus Persiapan Nikah
Serangan Penggembala Bersenjata di Nigeria, 17 Orang Tewas
Polisi Malaysia Ambil DNA WNI yang Dimutilasi
Mantan PM Selandia Baru Bantah Tulis Artikel di Media Cina
40 Tahun Revolusi, Rakyat Iran Ramai-Ramai Bakar Bendera AS
Tentara Rusia Dilarang Pakai Telepon Pintar Saat Bertugas
Petugas Pantai AS Ini Rencanakan Pembunuhan Massal
Australia Diminta Selamatkan Keluarga Uighur di Cina
Perempuan Bersuami Ngamar dengan Kenalan di FB, Langsung Begituan 7 Kali
Duh Kasihan, Femmy Permatasari Sampai Sakit Urus Persiapan Nikah
Serangan Penggembala Bersenjata di Nigeria, 17 Orang Tewas
Polisi Malaysia Ambil DNA WNI yang Dimutilasi
Mantan PM Selandia Baru Bantah Tulis Artikel di Media Cina
40 Tahun Revolusi, Rakyat Iran Ramai-Ramai Bakar Bendera AS
Tentara Rusia Dilarang Pakai Telepon Pintar Saat Bertugas
Petugas Pantai AS Ini Rencanakan Pembunuhan Massal
Australia Diminta Selamatkan Keluarga Uighur di Cina