40 Tahun Revolusi, Rakyat Iran Ramai-Ramai Bakar Bendera AS
Posted Date : 21-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 195 kali.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ribuan rakyat Iran merayakan 40 tahun revolusi dengan pawai dan membakar bendera Amerika Serikat (AS). Pemerintah Iran juga merayakannya dengan memamerkan kekuataan militer misil balistik yang mereka miliki. Tentara, mahasiswa, ulama dan perempuan-perempuan yang menggendong anak memadati jalanan di Iran.
Berbagai foto pemimpin revolusi Ayatollah Ruhollah Khomeini, juga terpasang di mana-mana. Pada 11 Febuari 1979, militer Iran menyatakan netral terhadap revolusi yang sedang terjadi. Hal itu membuka jalan rakyat Iran menggulingkan diktaktor Shah Mohammad Reza Pahlevi yang didukung AS.
Stasiun televisi yang dikelola Pemerintah Iran menayangkan kerumunan yang mengibarkan bendera Iran. Mereka meneriakkan 'Kematian untuk Israel, Kematian untuk Amerika'. Slogan yang digunakan saat revolusi.
Pemerintah Iran sudah bersumpah untuk meningkatkan kekuatan militer mereka. Meski negara-negara Barat terus menekan agar Iran menghentikan program misil balistik. Dalam perayaan 40 tahun revolusi ini Iran memamerkan peluru kendali Qadr F yang dapat menjangkau 1.950 kilometer.
"Kami tidak meminta dan tidak akan pernah meminta izin untuk mengembangkan berbagai tipe misil dan akan melanjutkan langkah kami dan kekuatan militer kami," kata Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pidatonya di Teheran Azadi Square, Selasa (12/2).
Melalui media sosial Twitter Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintah Iran telah mengecewakan rakyat mereka. Cicitan Trump ini ditulis menggunakan bahasa Inggris dan Farsi yang digunakan rakyat Iran.
"40 tahun korupsi. 40 tahun represi. 40 tahun teror. Rezim Iran hanya memproduksi #40TahunKegagalan, rakyat Iran yang lama menderita pantas mendapatkan masa depan yang lebih cerah," cicit Trump.
Pejabat Iran pun menanggapi serangan Trump tersebut. Melalui Twitter Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan selama 40 tahun rakyat Iran juga tidak akan kembali ditundukan.
"#40TahunKegagalan menyesuaikan kebijakan AS dengan kenyataan. #40TahunKegagalan untuk mendestabilisasi Iran dengan darah dan harta. Setelah 40 tahun mengambil pilihan yang salah, sudah waktunya bagi @realDonaldTrump untuk memikirkan kembali kegagalan kebijakan AS," tulis Zarif.
Rakyat Iran sedang menghadapi gejolak perekonomian. Banyak yang menyalahkan ulama yang memimpin negara itu. Gambar-gambar di media sosial menunjukan banyak juga orang yang melakukan aksi unjuk rasa menentang korupsi, pengangguran dan tingginya harga kebutuhan sehari-hari.
"Kehadiran kami dalam perayaan 40 tahun revolusi menunjukan dukungan kami terhadap Republik Islam, tapi tidak berarti kami mendukung korupsi yang dilakukan beberapa pejabat dan pengkhianatan mereka kepada rakyat yang tertindas," tulis salah satu poster yang dipegang salah pengunjuk rasa.
Tahun lalu pemerintah Iran melakukan tindakan keras terhadap aksi unjuk rasa yang memprotes buruknya standar kehidupan rakyat Iran. Unjuk rasa itu menunjukan Pemerintah Iran kini menghadapi tantangan tersulit yang mereka hadapi sejak tahun 2009 ketika rakyat protes atas pemilu yang bermasalah.
Harga kebutuhan pokok naik sejak Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran 2015 pada tahun lalu. Perekonomian Iran mengalami guncangan ketika AS memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap mereka.
Pada Januari lalu, Rouhani mengatakan Iran sedang menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak Shah digulingkan. Tapi ia kembali mengingatkan akhir dari monarki Shah yang berhasil digulingkan karena hanya membela orang-orang kaya. "Rakyat Iran memiliki dan akan memiliki kesulitan ekonomi tapi kami akan mengatasi masalah dengan membantu satu sama lain," katanya.
Deputi Kepala bidang hubungan politik Garda Revolusi Iran Yadollah Javani mengatakan Iran akan menghancurkan kota-kota Israel jika AS menyerang. Ia mengatakan AS tidak memiliki keberanian untuk menembakan satu peluru pun.
"Terlepas dari aset defensif dan militernya, tapi jika mereka menyerang kami, kami akan meratakan Tel Aviv dan Haifa dengan tanah," kata Javani kepada kantor berita Iran, IRNA.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak takut dengan ancaman tersebut. Ia mengatakan tidak mengabaikan ancaman rezim Iran, tapi ia juga tidak terkesan dengan mereka.
"Jika rezim ini melakukan kesalahan yang sangat buruk dengan mencoba menghancurkan Tel Aviv dan Haifa, maka hal itu tidak akan berhasil, tapi jika mereka melakukannya maka mereka merayakan Hari Revolusi terakhir mereka, mereka harus memperhitungkannya," kata Netanyahu.
AS dan negara-negara Arab sudah memandang curiga revolusi Iran. Mereka khawatir ideologi radikal Khomenei menyebar ke seluruh Timur Tengah. Saat ini AS, sekutu Arab mereka dan juga Israel menyerang balik pengaruh Iran di Timur Tengah dimana mereka membuat proksi di Suriah, Lebanon dan Yaman.
Saat ini Iran juga memiliki pengaruh yang cukup besar di Irak. Kepala Garda Revolusi Iran di luar negeri Jendral Qassem Soleimani sering difoto dengan milisi Syiah yang bertempur melawan ISIS yang Sunni.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/19/02/12/pmsotu377-40-tahun-revolusi-rakyat-iran-ramairamai-bakar-bendera-as
Berbagai foto pemimpin revolusi Ayatollah Ruhollah Khomeini, juga terpasang di mana-mana. Pada 11 Febuari 1979, militer Iran menyatakan netral terhadap revolusi yang sedang terjadi. Hal itu membuka jalan rakyat Iran menggulingkan diktaktor Shah Mohammad Reza Pahlevi yang didukung AS.
Stasiun televisi yang dikelola Pemerintah Iran menayangkan kerumunan yang mengibarkan bendera Iran. Mereka meneriakkan 'Kematian untuk Israel, Kematian untuk Amerika'. Slogan yang digunakan saat revolusi.
Pemerintah Iran sudah bersumpah untuk meningkatkan kekuatan militer mereka. Meski negara-negara Barat terus menekan agar Iran menghentikan program misil balistik. Dalam perayaan 40 tahun revolusi ini Iran memamerkan peluru kendali Qadr F yang dapat menjangkau 1.950 kilometer.
"Kami tidak meminta dan tidak akan pernah meminta izin untuk mengembangkan berbagai tipe misil dan akan melanjutkan langkah kami dan kekuatan militer kami," kata Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pidatonya di Teheran Azadi Square, Selasa (12/2).
Melalui media sosial Twitter Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintah Iran telah mengecewakan rakyat mereka. Cicitan Trump ini ditulis menggunakan bahasa Inggris dan Farsi yang digunakan rakyat Iran.
"40 tahun korupsi. 40 tahun represi. 40 tahun teror. Rezim Iran hanya memproduksi #40TahunKegagalan, rakyat Iran yang lama menderita pantas mendapatkan masa depan yang lebih cerah," cicit Trump.
Pejabat Iran pun menanggapi serangan Trump tersebut. Melalui Twitter Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan selama 40 tahun rakyat Iran juga tidak akan kembali ditundukan.
"#40TahunKegagalan menyesuaikan kebijakan AS dengan kenyataan. #40TahunKegagalan untuk mendestabilisasi Iran dengan darah dan harta. Setelah 40 tahun mengambil pilihan yang salah, sudah waktunya bagi @realDonaldTrump untuk memikirkan kembali kegagalan kebijakan AS," tulis Zarif.
Rakyat Iran sedang menghadapi gejolak perekonomian. Banyak yang menyalahkan ulama yang memimpin negara itu. Gambar-gambar di media sosial menunjukan banyak juga orang yang melakukan aksi unjuk rasa menentang korupsi, pengangguran dan tingginya harga kebutuhan sehari-hari.
"Kehadiran kami dalam perayaan 40 tahun revolusi menunjukan dukungan kami terhadap Republik Islam, tapi tidak berarti kami mendukung korupsi yang dilakukan beberapa pejabat dan pengkhianatan mereka kepada rakyat yang tertindas," tulis salah satu poster yang dipegang salah pengunjuk rasa.
Tahun lalu pemerintah Iran melakukan tindakan keras terhadap aksi unjuk rasa yang memprotes buruknya standar kehidupan rakyat Iran. Unjuk rasa itu menunjukan Pemerintah Iran kini menghadapi tantangan tersulit yang mereka hadapi sejak tahun 2009 ketika rakyat protes atas pemilu yang bermasalah.
Harga kebutuhan pokok naik sejak Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran 2015 pada tahun lalu. Perekonomian Iran mengalami guncangan ketika AS memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap mereka.
Pada Januari lalu, Rouhani mengatakan Iran sedang menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak Shah digulingkan. Tapi ia kembali mengingatkan akhir dari monarki Shah yang berhasil digulingkan karena hanya membela orang-orang kaya. "Rakyat Iran memiliki dan akan memiliki kesulitan ekonomi tapi kami akan mengatasi masalah dengan membantu satu sama lain," katanya.
Deputi Kepala bidang hubungan politik Garda Revolusi Iran Yadollah Javani mengatakan Iran akan menghancurkan kota-kota Israel jika AS menyerang. Ia mengatakan AS tidak memiliki keberanian untuk menembakan satu peluru pun.
"Terlepas dari aset defensif dan militernya, tapi jika mereka menyerang kami, kami akan meratakan Tel Aviv dan Haifa dengan tanah," kata Javani kepada kantor berita Iran, IRNA.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak takut dengan ancaman tersebut. Ia mengatakan tidak mengabaikan ancaman rezim Iran, tapi ia juga tidak terkesan dengan mereka.
"Jika rezim ini melakukan kesalahan yang sangat buruk dengan mencoba menghancurkan Tel Aviv dan Haifa, maka hal itu tidak akan berhasil, tapi jika mereka melakukannya maka mereka merayakan Hari Revolusi terakhir mereka, mereka harus memperhitungkannya," kata Netanyahu.
AS dan negara-negara Arab sudah memandang curiga revolusi Iran. Mereka khawatir ideologi radikal Khomenei menyebar ke seluruh Timur Tengah. Saat ini AS, sekutu Arab mereka dan juga Israel menyerang balik pengaruh Iran di Timur Tengah dimana mereka membuat proksi di Suriah, Lebanon dan Yaman.
Saat ini Iran juga memiliki pengaruh yang cukup besar di Irak. Kepala Garda Revolusi Iran di luar negeri Jendral Qassem Soleimani sering difoto dengan milisi Syiah yang bertempur melawan ISIS yang Sunni.
Sumber : https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/19/02/12/pmsotu377-40-tahun-revolusi-rakyat-iran-ramairamai-bakar-bendera-as
Mantan PM Selandia Baru Bantah Tulis Artikel di Media Cina
Polisi Malaysia Ambil DNA WNI yang Dimutilasi
Serangan Penggembala Bersenjata di Nigeria, 17 Orang Tewas
Duh Kasihan, Femmy Permatasari Sampai Sakit Urus Persiapan Nikah
Perempuan Bersuami Ngamar dengan Kenalan di FB, Langsung Begituan 7 Kali
Luar Biasa! Sempat Tertinggal, Kekurangan Pemain, Manchester City Masih Menang
Mati-matian Menghalangi Bantuan untuk Rakyat
Bu Guru Tampak Salihah, Ternyata Ajak Murid Main Uh Ah Uh Ah
Koalisi Mahathir Retak, Saling Tuding hingga Konspirasi Pemberontakan
India Tuding Intel Pakistan di Balik Bom Bunuh Diri
Polisi Malaysia Ambil DNA WNI yang Dimutilasi
Serangan Penggembala Bersenjata di Nigeria, 17 Orang Tewas
Duh Kasihan, Femmy Permatasari Sampai Sakit Urus Persiapan Nikah
Perempuan Bersuami Ngamar dengan Kenalan di FB, Langsung Begituan 7 Kali
Luar Biasa! Sempat Tertinggal, Kekurangan Pemain, Manchester City Masih Menang
Mati-matian Menghalangi Bantuan untuk Rakyat
Bu Guru Tampak Salihah, Ternyata Ajak Murid Main Uh Ah Uh Ah
Koalisi Mahathir Retak, Saling Tuding hingga Konspirasi Pemberontakan
India Tuding Intel Pakistan di Balik Bom Bunuh Diri
Tentara Rusia Dilarang Pakai Telepon Pintar Saat Bertugas
Petugas Pantai AS Ini Rencanakan Pembunuhan Massal
Australia Diminta Selamatkan Keluarga Uighur di Cina
Kebakaran di Bangladesh, 56 Orang Tewas
Keluar ISIS, Shamima Begum Incar Kewarganegaraan Belanda
Sejarah Hari Ini: Malcolm X Dibunuh
Pria Asal Australia Sebut Keluarganya Ditahan di Kamp Uighur
Hoda Muthana tak Diterima di AS
Rwanda Ingin Perluas Larangan Penggunaan Plastik
Pengguna Internet Uganda Menurun Setelah Penerapan Pajak Medsos
Petugas Pantai AS Ini Rencanakan Pembunuhan Massal
Australia Diminta Selamatkan Keluarga Uighur di Cina
Kebakaran di Bangladesh, 56 Orang Tewas
Keluar ISIS, Shamima Begum Incar Kewarganegaraan Belanda
Sejarah Hari Ini: Malcolm X Dibunuh
Pria Asal Australia Sebut Keluarganya Ditahan di Kamp Uighur
Hoda Muthana tak Diterima di AS
Rwanda Ingin Perluas Larangan Penggunaan Plastik
Pengguna Internet Uganda Menurun Setelah Penerapan Pajak Medsos