India Tuding Intel Pakistan di Balik Bom Bunuh Diri
Posted Date : 21-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 215 kali.
jpnn.com, KASHMIR - Insiden bom bunuh diri yang menewaskan 40 tentara India di Pulwama, Negara Bagian Kashmir, membuat hubungan India dan Pakistan memanas. Pemerintah India mulai mengancam Pakistan dan menuduh badan intelijen negeri itu sebagai otak serangan. Sebaliknya, Pakistan menantang India untuk membuktikan semua tuduhan tersebut.
Perdana Menteri India Narendra Modi sudah memberikan kebebasan terhadap militer di wilayah Kashmir yang berbatasan dengan Pakistan. Dekrit itu dikeluarkan karena tekanan dari rakyat India yang marah besar. Apalagi, Modi harus menghadapi pemilu Mei nanti.
Akhirnya, terjadilah baku tembak antara tentara India dan anggota kelompok militan Jaish-e-Mohammad (JeM) Senin (18/2). Pertempuran itu bertahan selama 17 jam sebelum tiga anggota JeM tewas. Namun, empat tentara India, seorang polisi, dan seorang warga sipil juga meninggal.
''Mereka pasti unggul karena di wilayah sendiri. Sedangkan personel kami ada di tempat terbuka,'' ujar Rajendra Kumar, mantan direktur jenderal kepolisian di Jammu dan Kashmir, dilansir Reuters.
Adu senjata itu dikhawatirkan tak akan jadi yang terakhir. Letjen Kanwal Jeet Singh Dhillon memberikan peringatan kepada anggota JeM agar segera menyerah. Menurut dia, semua yang melawan dalam operasi tersebut akan dimusnahkan.
Dhillon juga menyatakan bahwa Pakistan punya andil dalam serangan tersebut. Lebih tepatnya lembaga spionase Pakistan Inter-Services Intelligence (ISI). Meski, dia tak menyediakan bukti kuat atas keterlibatan pemerintah Pakistan.
Memang, serangan bom bunuh diri dilakukan pemuda Pakistan. Pria 20 tahun itu diakui keluarga bergabung kelompok militan setelah dipukuli tentara India tiga tahun lalu. Dua dari tiga anggota kelompok militan yang tewas Senin lalu juga warga Pakistan. Termasuk otak serangan Abdul Rashid Gazi alias Kamran Bhai.
Pakistan merespons tuduhan India dengan keras. Menurut mereka, pemerintahan Modi terlalu arogan sehingga berani menuduh Pakistan tanpa mengungkapkan bukti. Dia pun menantang agar India bisa memberikan bukti kepada Pakistan.
Kashmir merupakan wilayah sensitif bagi kedua negara. Wilayah yang berada di sekitar Gunung Himalaya itu diklaim kedua negara. Meski, mereka hanya menguasai sebagian secara de facto. Karena wilayah tersebut, Pakistan dan India sudah dua kali berperang.
Pada 2016, India sempat melakukan serangan di perbatasan setelah 19 tentara meninggal atas insiden serupa. Saat itu, industri Bollywood sampai melarang pemain film asal Pakistan sebagai bentuk protes.
Di tengah kericuhan dengan India, Pakistan terus berupaya mencari dukungan dari negara lain. Hal itu didapatkan saat Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) berkunjung ke Islamabad.
Pakistan girang. Bagaimana tidak, MBS baru saja menandatangani kontrak investasi senilai USD 20 miliar (Rp 282 triliun) di negara tersebut. (bil/c17/dos)
Sumber : https://www.jpnn.com/news/india-tuding-intel-pakistan-di-balik-bom-bunuh-diri
Perdana Menteri India Narendra Modi sudah memberikan kebebasan terhadap militer di wilayah Kashmir yang berbatasan dengan Pakistan. Dekrit itu dikeluarkan karena tekanan dari rakyat India yang marah besar. Apalagi, Modi harus menghadapi pemilu Mei nanti.
Akhirnya, terjadilah baku tembak antara tentara India dan anggota kelompok militan Jaish-e-Mohammad (JeM) Senin (18/2). Pertempuran itu bertahan selama 17 jam sebelum tiga anggota JeM tewas. Namun, empat tentara India, seorang polisi, dan seorang warga sipil juga meninggal.
''Mereka pasti unggul karena di wilayah sendiri. Sedangkan personel kami ada di tempat terbuka,'' ujar Rajendra Kumar, mantan direktur jenderal kepolisian di Jammu dan Kashmir, dilansir Reuters.
Adu senjata itu dikhawatirkan tak akan jadi yang terakhir. Letjen Kanwal Jeet Singh Dhillon memberikan peringatan kepada anggota JeM agar segera menyerah. Menurut dia, semua yang melawan dalam operasi tersebut akan dimusnahkan.
Dhillon juga menyatakan bahwa Pakistan punya andil dalam serangan tersebut. Lebih tepatnya lembaga spionase Pakistan Inter-Services Intelligence (ISI). Meski, dia tak menyediakan bukti kuat atas keterlibatan pemerintah Pakistan.
Memang, serangan bom bunuh diri dilakukan pemuda Pakistan. Pria 20 tahun itu diakui keluarga bergabung kelompok militan setelah dipukuli tentara India tiga tahun lalu. Dua dari tiga anggota kelompok militan yang tewas Senin lalu juga warga Pakistan. Termasuk otak serangan Abdul Rashid Gazi alias Kamran Bhai.
Pakistan merespons tuduhan India dengan keras. Menurut mereka, pemerintahan Modi terlalu arogan sehingga berani menuduh Pakistan tanpa mengungkapkan bukti. Dia pun menantang agar India bisa memberikan bukti kepada Pakistan.
Kashmir merupakan wilayah sensitif bagi kedua negara. Wilayah yang berada di sekitar Gunung Himalaya itu diklaim kedua negara. Meski, mereka hanya menguasai sebagian secara de facto. Karena wilayah tersebut, Pakistan dan India sudah dua kali berperang.
Pada 2016, India sempat melakukan serangan di perbatasan setelah 19 tentara meninggal atas insiden serupa. Saat itu, industri Bollywood sampai melarang pemain film asal Pakistan sebagai bentuk protes.
Di tengah kericuhan dengan India, Pakistan terus berupaya mencari dukungan dari negara lain. Hal itu didapatkan saat Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) berkunjung ke Islamabad.
Pakistan girang. Bagaimana tidak, MBS baru saja menandatangani kontrak investasi senilai USD 20 miliar (Rp 282 triliun) di negara tersebut. (bil/c17/dos)
Sumber : https://www.jpnn.com/news/india-tuding-intel-pakistan-di-balik-bom-bunuh-diri
Bawa Rp 284 Triliun, Pangeran MBS Disambut Bak Raja di Pakistan
Gerakan Menutup Aurat Bagikan 300 Jilbab di CFD Pekanbaru
Inggris Kutuk Israel atas Pengusiran Keluarga Palestina di Al Quds
Ungkap Kasus Pembunuhan Siswi SMK di Bogor, Polda Jabar Pinjam Alat FBI
Jet Tempur India Bertabrakan, 1 Pilot Tewas
Gratiskan Ongkos bagi Penghafal Al-Quran, Driver Ojol Ini Banjir Pujian
Sidang Kasus Eks Pilot Tempur Prancis Penyelundup 700Kg Kokain Dimulai
Ratusan Orang Keracunan, Kedai KFC di Mongolia Ditutup Sementara
Tindakan Diskriminasi Polisi India terhadap Umat Muslim
Libanon Ungkap Detail Penangkapan Agen Mossad dalam Upaya Pembunuhan yang Gagal
Gerakan Menutup Aurat Bagikan 300 Jilbab di CFD Pekanbaru
Inggris Kutuk Israel atas Pengusiran Keluarga Palestina di Al Quds
Ungkap Kasus Pembunuhan Siswi SMK di Bogor, Polda Jabar Pinjam Alat FBI
Jet Tempur India Bertabrakan, 1 Pilot Tewas
Gratiskan Ongkos bagi Penghafal Al-Quran, Driver Ojol Ini Banjir Pujian
Sidang Kasus Eks Pilot Tempur Prancis Penyelundup 700Kg Kokain Dimulai
Ratusan Orang Keracunan, Kedai KFC di Mongolia Ditutup Sementara
Tindakan Diskriminasi Polisi India terhadap Umat Muslim
Libanon Ungkap Detail Penangkapan Agen Mossad dalam Upaya Pembunuhan yang Gagal
Koalisi Mahathir Retak, Saling Tuding hingga Konspirasi Pemberontakan
Bu Guru Tampak Salihah, Ternyata Ajak Murid Main Uh Ah Uh Ah
Mati-matian Menghalangi Bantuan untuk Rakyat
Luar Biasa! Sempat Tertinggal, Kekurangan Pemain, Manchester City Masih Menang
Perempuan Bersuami Ngamar dengan Kenalan di FB, Langsung Begituan 7 Kali
Duh Kasihan, Femmy Permatasari Sampai Sakit Urus Persiapan Nikah
Serangan Penggembala Bersenjata di Nigeria, 17 Orang Tewas
Polisi Malaysia Ambil DNA WNI yang Dimutilasi
Mantan PM Selandia Baru Bantah Tulis Artikel di Media Cina
40 Tahun Revolusi, Rakyat Iran Ramai-Ramai Bakar Bendera AS
Bu Guru Tampak Salihah, Ternyata Ajak Murid Main Uh Ah Uh Ah
Mati-matian Menghalangi Bantuan untuk Rakyat
Luar Biasa! Sempat Tertinggal, Kekurangan Pemain, Manchester City Masih Menang
Perempuan Bersuami Ngamar dengan Kenalan di FB, Langsung Begituan 7 Kali
Duh Kasihan, Femmy Permatasari Sampai Sakit Urus Persiapan Nikah
Serangan Penggembala Bersenjata di Nigeria, 17 Orang Tewas
Polisi Malaysia Ambil DNA WNI yang Dimutilasi
Mantan PM Selandia Baru Bantah Tulis Artikel di Media Cina
40 Tahun Revolusi, Rakyat Iran Ramai-Ramai Bakar Bendera AS