Perangi Polusi Udara Bangkok, Thailand Semprotkan Air Pakai Drone
Posted Date : 03-02-2019, berita ini telah dikunjungi sebanyak 173 kali.
TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok drone, truk dan pesawat kecil menyemprotkan air untuk mengurangi polusi udara di sekitar ibu kota Thailand, Bangkok.
Ini adalah hasil pertemuan antara pemerintah kota Bangkok dan para aktivis untuk membahas cara meningkatkan kualitas udara ibu kota.
Dikutip dari ABC News, 1 Februari 2019, polusi udara mencapai tingkat terburuk untuk kesehatan dan pada hari Rabu sekolah di ibu kota ditutup selama sepekan. Penduduk juga mulai mengenakan masker penyaring udara ketika keluar rumah.
Gubernur Bangkok, Jenderal Polisi Asawin Kwanmuang, yang mendengar keluhan publik atas dampak kesehatan, mulai menyatakan "zona pengendalian polusi udara" di ibu kota. Selain itu, Asawin juga memberlakukan langkah lebih radikal dengan menutup sejumlah jalan dan membatasi emisi diesel, pembakaran di luar ruangan dan kegiatan konstruksi.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha juga memerintahkan inspeksi ke pabrik-pabrik untuk menekan polusi yang mereka buang. Namun Prayuth mengatakan tindakan radikal mungkin tidak akan disetujui sejumlah pihak.
"Untuk melarang kendaraan atau melarang kendaraan pada tanggal ganjil dan genap, akankah orang menerimanya? Jika kami menyediakan transportasi umum yang lebih banyak, apakah orang akan menggunakannya?" ujar Prayuth.
Namun Prayuth lebih memilih meningkatkan efisiensi mobil dan mengalihkan sumber energi bus ke gas.
Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa asap dan kabut dari tetangga timur Thailand yang kurang berkembang, Kamboja, juga menuju ke Bangkok, menimbulkan sedikit eko-nasionalisme. Tetapi Departemen Pengendalian Polusi Thailand mengatakan tidak ada bukti yang mendukung teori ini. Namun, beberapa bagian Thailand utara menderita krisis polusi udara tahunan karena kebakaran akibat pembukaan lahan pertanian baru dan sebab-sebab lain di daerah pedesaan terpencil dan di tetangga lain, Myanmar.
Gubernur Asawin mengakui bahwa drone bukan solusi jangka panjang, tetapi mengatakan ia berpikir setiap upaya dapat membantu. Pada konferensi pers, ia mengatakan para kritikus yang menyebut drone sebagai aksi yang tidak berarti akan mengkritiknya karena tidak melakukan apa-apa.
Asawin mengundang para pakar dan akademisi dari sektor swasta untuk berbagi ide untuk meningkatkan kualitas udara.
Para kritikus mengatakan upaya pihak berwenang untuk memerangi polusi dengan menggunakan drone untuk menyemprotkan air tidak efektif.
Direktur Greenpeace Thailand, Tara Buakumsri, mengatakan upaya ini akan berdampak psikologis pada penduduk kota, tetapi itu tidak akan meningkatkan kualitas udara. Tara mengatakan pemerintah Thailand harus menentukan sumber polusi udara di Bangkok dan membuat strategi jangka panjang untuk mengurangi emisi dari sumber-sumber tersebut.
Sumber : https://dunia.tempo.co/read/1171307/perangi-polusi-udara-bangkok-thailand-semprotkan-air-pakai-drone/full&view=ok
Ini adalah hasil pertemuan antara pemerintah kota Bangkok dan para aktivis untuk membahas cara meningkatkan kualitas udara ibu kota.
Dikutip dari ABC News, 1 Februari 2019, polusi udara mencapai tingkat terburuk untuk kesehatan dan pada hari Rabu sekolah di ibu kota ditutup selama sepekan. Penduduk juga mulai mengenakan masker penyaring udara ketika keluar rumah.
Gubernur Bangkok, Jenderal Polisi Asawin Kwanmuang, yang mendengar keluhan publik atas dampak kesehatan, mulai menyatakan "zona pengendalian polusi udara" di ibu kota. Selain itu, Asawin juga memberlakukan langkah lebih radikal dengan menutup sejumlah jalan dan membatasi emisi diesel, pembakaran di luar ruangan dan kegiatan konstruksi.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha juga memerintahkan inspeksi ke pabrik-pabrik untuk menekan polusi yang mereka buang. Namun Prayuth mengatakan tindakan radikal mungkin tidak akan disetujui sejumlah pihak.
"Untuk melarang kendaraan atau melarang kendaraan pada tanggal ganjil dan genap, akankah orang menerimanya? Jika kami menyediakan transportasi umum yang lebih banyak, apakah orang akan menggunakannya?" ujar Prayuth.
Namun Prayuth lebih memilih meningkatkan efisiensi mobil dan mengalihkan sumber energi bus ke gas.
Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa asap dan kabut dari tetangga timur Thailand yang kurang berkembang, Kamboja, juga menuju ke Bangkok, menimbulkan sedikit eko-nasionalisme. Tetapi Departemen Pengendalian Polusi Thailand mengatakan tidak ada bukti yang mendukung teori ini. Namun, beberapa bagian Thailand utara menderita krisis polusi udara tahunan karena kebakaran akibat pembukaan lahan pertanian baru dan sebab-sebab lain di daerah pedesaan terpencil dan di tetangga lain, Myanmar.
Gubernur Asawin mengakui bahwa drone bukan solusi jangka panjang, tetapi mengatakan ia berpikir setiap upaya dapat membantu. Pada konferensi pers, ia mengatakan para kritikus yang menyebut drone sebagai aksi yang tidak berarti akan mengkritiknya karena tidak melakukan apa-apa.
Asawin mengundang para pakar dan akademisi dari sektor swasta untuk berbagi ide untuk meningkatkan kualitas udara.
Para kritikus mengatakan upaya pihak berwenang untuk memerangi polusi dengan menggunakan drone untuk menyemprotkan air tidak efektif.
Direktur Greenpeace Thailand, Tara Buakumsri, mengatakan upaya ini akan berdampak psikologis pada penduduk kota, tetapi itu tidak akan meningkatkan kualitas udara. Tara mengatakan pemerintah Thailand harus menentukan sumber polusi udara di Bangkok dan membuat strategi jangka panjang untuk mengurangi emisi dari sumber-sumber tersebut.
Sumber : https://dunia.tempo.co/read/1171307/perangi-polusi-udara-bangkok-thailand-semprotkan-air-pakai-drone/full&view=ok
Umat Kristen Korea Utara Berdoa Ditutupi Selimut atau di Toilet
Palsukan Ijazah, Penderita Schizophrenia Kerja Jadi Dokter
Balas AS, Putin: Rusia Keluar dari Perjanjian Rudal Nuklir INF
Pemerintah PNG Didesak Akhiri Kebijakan Non-Intervensi Isu Papua
Makam Berisi 50 Mumi Ditemukan di Mesir
Investasi Portofolio Jepang Berpotensi Ditingkatkan
Pemerintah Afrika Tengah Sepakat Berdamai dengan Pemberontak
Ganja 4 Kg Diedarkan di Kabupaten Bandung, Pelaku Dibekuk
Setelah Kebakaran Hutan, Kalifornia Dihantam Badai
Orang Tua Sibuk, Tak Sadar Anak Hilang Tenggelam di Sungai
Palsukan Ijazah, Penderita Schizophrenia Kerja Jadi Dokter
Balas AS, Putin: Rusia Keluar dari Perjanjian Rudal Nuklir INF
Pemerintah PNG Didesak Akhiri Kebijakan Non-Intervensi Isu Papua
Makam Berisi 50 Mumi Ditemukan di Mesir
Investasi Portofolio Jepang Berpotensi Ditingkatkan
Pemerintah Afrika Tengah Sepakat Berdamai dengan Pemberontak
Ganja 4 Kg Diedarkan di Kabupaten Bandung, Pelaku Dibekuk
Setelah Kebakaran Hutan, Kalifornia Dihantam Badai
Orang Tua Sibuk, Tak Sadar Anak Hilang Tenggelam di Sungai
Serangan Granat di Masjid Filipina, 2 Orang Tewas
Pentingnya Suara Umat Islam di Pemilu
Tokoh Katolik Texas Sebut Nama 300 Pendeta Pedofil
ADF: Serangan Udara Australia Tewaskan Warga Sipil Iraq
Operasi Gabungan Sita Dua Ton Lebih Kokain di Genoa
Kemenag Akan Bangun Pusat Halal Indonesia Tahun ini
Pakar Hukum: Vonis Ahmad Dhani tampak Terlalu Dipaksakan
Albert Einstein: Siapa Bilang Yahudi Adalah Umat Pilihan
Gerindra: Jokowi Sebaiknya Fokus Kerja Selesaikan Janji, Gausah Nyindir-Nyindir
Hensat: Aksi 212 Dituding Wisatawan Penghamba Uang Bikin Blunder Kenceng Banget
Pentingnya Suara Umat Islam di Pemilu
Tokoh Katolik Texas Sebut Nama 300 Pendeta Pedofil
ADF: Serangan Udara Australia Tewaskan Warga Sipil Iraq
Operasi Gabungan Sita Dua Ton Lebih Kokain di Genoa
Kemenag Akan Bangun Pusat Halal Indonesia Tahun ini
Pakar Hukum: Vonis Ahmad Dhani tampak Terlalu Dipaksakan
Albert Einstein: Siapa Bilang Yahudi Adalah Umat Pilihan
Gerindra: Jokowi Sebaiknya Fokus Kerja Selesaikan Janji, Gausah Nyindir-Nyindir
Hensat: Aksi 212 Dituding Wisatawan Penghamba Uang Bikin Blunder Kenceng Banget